NURUL ABROR

Kamis, 02 Oktober 2014

Hikmah Qurban 'Idul Adha

Hikmah Qurban 'Idul Adha

Kamis, 2 Oktober 2014 (4:00 am) / Tsaqafah
Sebentar lagi kita akan kedatangan tamu istimewa, Hari Raya ‘Idul Adha, dimana di hari itu dan hari tasyrik dilakukan penyembelihan hewan qurba. Jika Anda belum memutuskan untuk berkurban tahun ini, ada baiknya Anda menyimak hikmah dan keutamaan qurban pada hari-hari tersebut:
1. Kebaikan dari setiap helai bulu hewan kurban
Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn Majah]
2. Berkurban adalah ciri keislaman seseorang
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]
3. Ibadah kurban adalah salah satu ibadah yang paling disukai oleh Allah
Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” [HR. Ibn Majah dan Tirmidzi. Tirmidzi menyatakan: Hadits ini adalah hasan gharib]
4. Berkurban membawa misi kepedulian pada sesama, menggembirakan kaum dhuafa
“Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah” [HR. Muslim]
5. Berkurban adalah ibadah yang paling utama
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” [Qur’an Surat Al Kautsar : 2]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar menguraikan : “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurban), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” [Qur’an Surat Al An’am : 162]
Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat…”
6. Berkurban adalah sebagian dari syiar agama Islam
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)” [Qur’an Surat Al Hajj : 34]
7. Mengenang ujian kecintaan dari Allah kepada Nabi Ibrahim
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” [Qur’an Surat Ash Shaffat : 102 - 107]


Tawaf

Tawaf Jangan Lepas dari Mahram

02 Oktober 2014 | Kategori: 

Bismillahi Allahu Akbar, Bismillahi Allahu Akbar, Bismillahi Allahu Akbar.” Katakata ini terus diucapkan jamaah umrah ketika memulai tawaf sambil melihat ke arah pintu Ka’bah dan mengangkat tangan serta melemparkan cium melalui tangan ke arah pintu ka’bah.
Tawaf adalah suatu ritual mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali sebagai bagian pelaksanaan ibadah haji atau umrah. Memang terlihat sangat sederhana namun saat dilakukan bersama ribuan orang menjadi hal yang cukup menantang.
Terlebih ketika musim haji tiba, keadaan akan semakin padat. Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Cholil Nafis PhD menjelaskan pada saat tawaf salah satu syaratnya haruslah dalam keadaan suci atau dalam keadaan berwudhu. Namun, karena padatnya lokasi tawaf, jamaah pasti akan sering tersenggol dengan umat Muslim lainnya yang bukan mahramnya.
Menurut madzhab Imam Syafii, hal tersebut akan membatalkan wudhu. Sebaiknya pindah ke madzhab Imam Maliki, sebab, menurutnya, tidak akan batal wudhu jika bersentuhan dengan bukan mahram selama tidak syahwat. “Selama di Tanah Suci kita ikuti mahzab yang jika bersentuhan tidak batal wudhu,” katanya.
Ia menambahkan, dalam keadaan padat seperti itu akan sangat mungkin terlepas dari rombongan. Untuk itu, ia menyarankan agar jangan sampai lepas mitra. Harus selalu dekat dengan mahramnya, boleh suami, istri ataupun ibu. “Bergandengan tangan saja, atau dipeluk,” katanya. Selain itu, wanita, baik istri ataupun ibu harus ditempatkan di depan. Jangan dibiarkan di belakang sang suami.
Wanita itu lebih lemah fisiknya, karena itu harus dijaga oleh mahramnya. Sebelum memulai tawaf, lanjutnya, sebaiknya tentukan meeting pointsebagai bentuk antisipasi jika terlepas dari rombongan. Tandai akan ketemu di arah mana. Misalnya di pintu Alfatah atau tempat lain arah ke Safa Marwah sebelum melakukan sa’i.
Mengenai doa, saat tawaf tidak ada doa-doa yang diwajibkan. Semua doa sunnah. Terlebih ketika keadaan padat akan sulit membaca doa dari buku karena akan tersenggol. “Karena itu, bacalah doa yang dihafal saja, boleh dzikir, shalawat, istighfar atau yang lainnya,” jelasnya. Ia menambahkan jamaah juga sering lupa akan hitungan putaran. Untuk menghindari agar tidak lupa, jamaah sebaiknya menghitung dengan kepalan tangan atau dengan tasbih yang hanya terdiri dari tujuh buah.
Menurutnya, posisi terbaik tawaf adalah selalu menghadap Ka’bah. Allah akan memberikan pahala yang besar dan Allah akan menurunkan 80 rahmat. “Pada saat tidak tawaf pun bagus sering-sering lihat Ka’bah,” katanya. Tak hanya itu, saat tawaf tidak boleh melewati Hijr Ismail, sebab tawaf itu sama saja dengan putaran awal tujuh langit.
“Putarnya ke kiri, kalau putar ke kanan sulit,” katanya. Waktu paling padat saat hari biasa un tuk melakukan tawaf adalah saat shalat Ashar hingga menjelang salat Maghrib dan Isya. Penyebabnya, banyak orang ingin shalat berjamaah di area Ka’bah sehingga area tawaf menjadi semakin sempit dan jamaah wanita akan diminta pergi ke area shalat perempuan.
Reply:by Amir effendi

http://www.jurnalhaji.com/

Kesalahan Jama'ah Seamasa Tawaf


  1. Mengejar mutawif takut tersesat atau ketinggalan
  2. Membaca doa dengan suara nyaring baik sendiri atau berjamaah
  3. Berbicara saat tawaf
  4. Mancari kawan atau istri yang tersesat
  5. asik baca doa dengan melihat buku
  6. Menegecup hajar aswad tanpa membetulkan kain ihram di bahu
  7. Menyentuh dinding ka'bah atau hijir ismail
  8. Menyentuh kiswah atau kelambu ka'bah
  9. Istilam tanpa membetulkan bahu
  10. Membawa tas yg didalamnya terdapat kaus kaki yg kena najis
  11. Mendokong anak lelaki yg belum khitan semasa tawaf
  12. Mendokong anak kecil yang buang air kecil atau air besar dalam pempers
  13. Wanita yg malambai tangan atau istilam hajar aswad dan tampak lengannya
  14. Tidak menghabiskan keliling sampai permulaan tawaf
  15. Bahu kiri tidak lurus ke dinding ka'bah atau keluar dari sasaran