NURUL ABROR

Jumat, 26 Oktober 2018

Keutamaan Surat Al Kahfi

surat Al Kahfi atau Ashabul kahfi adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang ada dalam juz 15 dan di awal juz 16. Surat Al Kahfi termasuk dalam golongan surat Makiyyah atau surat yang diturunkan di kota Makkah (baca Ciri-ciri surat Makiyah dan surat Madaniyah). Dalam surat Al Kahfi terdapat 110 ayat dan merupak surat ke 18 dari keseluruhan 114 surat yang terdapat dalam Al qur’anul karim.

Pentingnya membaca surat al kahfi

Surat Al Kahfi adalah salah satu surat dalam Al quran yang memiliki banyak manfaat dan keutamaan jika umat islam mau mengamalkan maupun membaca bahkan jika mau menghafalnya. Rasullulah SWT menganjurkan umatnya untuk membacanya di hari jum’at atau malam jum’at. Amat disayangkan jika dewasa ini umat islam banyak yang meninggalkan Al qur’an dan enggan membacanya.

Hal ini dijelaskan pula oleh seorang ulama. Dr. Muhammad Bakar Isma’il dalam Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnah menjelaskan bhawa membaca surat al kahfi merupakan salah satu amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah).Sebenarnya membaca surat Al kahfi tidak hanya baik dibaca pada hari jumat saja melainkan setiap hari. Hal ini dikarenakan hari jumat adalah hari baik bagi umat islam di seluruh dunia. Memang dianjurkan bahwa sebaiknya surat Al Kahfi dibaca saat terbenamnya matahari di hari Kamis hingga terbenamnya matahari di hari selanjutnya yakni hari jum’at.

Mengapa membaca surat Al Kahfi di anjurkan pada umat muslim? Dan apa faedah yang kita dapatkan apabila membaca surat Al Kahfi? Simak penjelasan berikut ini mengenai keutamaan surat al kahfi :

1. Menghindarkan diri dari fitnah dajjal

Umat islam yang membaca surat Al-Kahfi pada Hari Jumat akan menghindarkan dari fitnah Dajjal. Nabi Muhammad SAW bahkan bersabda bahwa jika seorang manusia rajin membaca surat AL Kahfi tidak hanya di hari jum’at saja maka dia akan terhindar dari fitnah dajjal yang keji.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.” (HR. Abu Bakr bin Mardawaih)

Dajjal sebagaimana yang sering kita dengar ceritnya adalah makhluk yang sangat buruk dan memiliki satu mata di dahinya. Dajjal memiliki kulit berwarna merah dan berbadan besar. Di ceritakan bahwa ia akan muncul di akhir jaman dan muncul dari segitiga bermuda. Di dahinya juga kan terukir tulisan “Kaf Fa Ro” yang artinya “Kafir”. Dajjal adalah salah satu tanda-tanda kiamat. Diriwayatkan dalam sebuah hadist bahwa

“Dajjal tidak akan muncul sehingga manusia melupakannya dan para Imam meninggalkan untuk mengingatnya di atas mimbar-mimbar.” (HR Ahmad).

Fitnah Dajjal sangatlah kejam serta dapat membawa kita kepada kesesatan dan siksa neraka Jahanam. Hal tersebut diperkuat oleh hadist- hadist berikut ini :

“Barang siapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka Dajjal tidak bisa memudharatkannya.” (HR Dailami).

“Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.” (HR Muslim)

“Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” (HR Muslim)

“Barang siapa diantara kalian yang mendaoatinya (dajjal), hendaklah dia membacakan ayat-ayat pembuka surah Al-Kahfi kepadanya, karena bacaan itu melindungi kalian dari fitnahnya (dajjal tersebut).” (HR. Abu Daud).

Imam Nawawi juga menjelaskan bahwa pada awal-awal surat al-Kahfi itu tedapat keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS Al kahfi ayat 102:

أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ

“Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku?…” Qs. Al-Kahfi: 102.

2. Mendapatkan Ridho dari Allah SWT

Umat islam di dunia ini mengharapkan berkah dan rahmat Allah SWT dalam hidupnya. Dengan mendapatkan berkat, ridho dan rahmat Allah maka hidup manusia akan semakin tentram dan damai. Membaca surat Al Kahfi dapat mendekatkan kita pada ridho Allah dan mendapatkan cahaya berkah serta menghilangkan penyebab hati gelisah.
Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadist bahwa Rasullullah SAW bersabda :

“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi, maka jadilah baginya cahaya dari kepala hingga kakinya, dan siapa yang membaca keseluruhannya maka jadilah baginya cahaya antara langit dan bumi.” (HR Ahmad).

3. Diampuni Dosanya oleh Allah SWT

Setiap manusia pasti memiliki dosa dan khilaf baik yang disadari maupun tidak disadari. Setan akan berusaha dengan sekuat-kuatnya untuk menjebak dan memperdaya manusia dalam berbuat dosa sehingga manusia bisa menjadi teman mereka di neraka kelak. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang mau bertobat dan salah satunya adalah dengan membaca surat Al Kahfi. Diriwayatkan dalam sebuah hadist bahwa Rasullulah SAW bersabda bahwa

‘Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua Jum’at.’”.

4. Dijaga dari gangguan setan

Setan adalah musuh terbesar manusia dalam beramal soleh dan berbuat kebaikan. Setan membawa keburukan dalam hidup manusia dan kita sebagai manusia perlu mewaspadainya. Manusia yang jatuh dalam godaan setan akan terjerumus pada lubang kenistaan dan masuk dalam keburukan.Setan juga akan berusaha mengajak kita berbuat mungkat dan membisikkan hal-hal yang dapat menghapus amal ibadah manusia. Setan juga mengajak kita untuk menyekutukan Allah dan hal itu merupakan salah satu dosa yang tak terampuni oleh Allah SWT.

Mendekatkan diri pada Allah dan memohon perlindungannya dari setan. Salah satu usaha mendekatkan diri pada Allah SWT adalah dengan membaca dan mengamalkan Al Qur’an dan membaca surat Al Kahfi termasuk di dalamnya. Sebuah hadist yang oleh Ibnu Mardawaih dari Abdullah bin Mughaffal, bahwa sebuah rumah yang selalu dibacakan surat Al-Khafi dan surat Al-Baqarah maka rumah itu tidak akan dimasuki setan sepanjang malam tersebut.

5. Disinari Cahaya Kebaikan

Umat islam yang membaca surat Al Kahfi baik di hari jum’at atau hari yang lain akan diberikan pahala dan ganjaran serta disinari oleh cahaya kebaikan serta diberkahi dengan syafaat di hari pembalasan sama seperti keutamaan Ar Rahman . Cahaya tersebut akan diberikan Allah SWT di hari kiamat dan cahaya tersebut akan memancar dari kedua telapak kakinya hingga sampai ke langit. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat AL Hadid ayat 12 yang berbunyi

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ

“Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (Qs. Al-Hadid: 12)

Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri Juga menyebutkan bahwa dari Rasullulah SAW bersabda:

مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ

“Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul ‘atiq.” (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736)

Demikian manfaat dan keutamaan yang dapat kita peroleh dari surat Al Kahfi jika kita membaca dan mengamalkannya. Membaca Alqur’an setiap hari meimiliki banyak manfaat (baca Manfaat baca Al’qur’an setiap hari ) begitu pula dengan berzikir ( baca keutamaan zikir kepada Allah ). Ada baiknya apabila sebelum membaca Al Qur’an kita berwudhu dengan menggunakan cara berwudhu yang benar  serta membaca basmalah sebelumnya karena keutamaan membaca basmalah sebelum membaca Al Qur’an amatlah banyak (baca Fadhilah Bismillah). Semoga kita sebagai umat islam bisa mengamalkan dan menjalankan amal tersebut dan menambah bekal yang akan kita bawa ke akhirat kelak.

Categories:Al-quran

Tags: al-quranislamkeutamaansurat al-kahfi

MEMBACA SURAT AS-SAJDAH PADA SHALAT SHUBUH PADA HARI JUM’AT

MEMBACA SURAT AS-SAJDAH PADA SHALAT SHUBUH PADA HARI JUM’AT

Pertanyaan.

Ada beberapa masjid yang setiap shalat Shubuh pada hari Jum’at selalu membaca ha mim sajdah seakan-akan wajib. Apakah begitu dicontohkan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Mohon penjelasannya

Jawaban.

Di antara kebiasaan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah  membaca Alif  Lâm Mîm (bukan: ha mim) Sajdah, yaitu surat ke-32, dan surat al-Insan, yaitu surat ke 76, di dalam shalat Shubuh pada hari jum’at, sebagaimana dikisahkan oleh sebagian sahabat. Antara lain sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: «كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الجُمُعَةِ فِي صَلاَةِ الفَجْرِ الم تَنْزِيلُ السَّجْدَةَ، وَهَلْ أَتَى عَلَى الإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ»

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata, “Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Jum’at dalam shalat Fajar (Shubuh) biasa membaca Alif  Lâm Mîm Tanzîl as-Sajdah dan Hal ata ‘alal insâni hînum minad dahri”. [HR. Al-Bukhâri, no. 891 dan 1068]

Hadits di atas diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Demikian juga hadits ini diriwayatkan dari Ibnu Abbâs.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، ” أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ، يَوْمَ الْجُمُعَةِ: الم تَنْزِيلُ السَّجْدَةِ، وَهَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ، وَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي صَلَاةِ الْجُمُعَةِ سُورَةَ الْجُمُعَةِ، وَالْمُنَافِقِينَ “.

Dari Ibnu Abbâs  Radhiyallahu anhu , “Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat Fajar (Shubuh) di hari jum’at biasa membaca: Alîf  Lâm Mîm Tanzîl as-Sajdah dan Hal ata ‘alal insâni hînum minad dahri. Dan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca Dalam shalat Jum’at surat al-Jum’at dan al-Munâfiqûn”. [HR. Muslim, no. 879]

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani rahimahullah berkata mengomentari hadits ini, “Dalam hadits ini terdapat dalil disukainya (yang berisi anjuran) membaca dua surat ini dalam shalat (Shubuh) ini pada hari hari Jum’at. Karena bentuk kalimat menunjukkan dan mengisyaratkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya secara rutin atau Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering melakukannya. Bahkan terdapat riwayat dari hadits Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu anhu yang menyatakan secara terang benderang tentang Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang rutin melakukannya. Hadits itu diriwayatkan oleh ath-Thabrani dengan lafazh, “Beliau terus-menerus melakukannya”. Riwayat ini asalnya ada dalam Sunan Ibnu Mâjah dengan tanpa tambahan ini. Para perawinya tsiqât (terpercaya), namun Abu Hâtim menyatakan bahwa yang benar haditsnya mursal (riwayat tabi’i langsung kepada Nabi-red)”. [Fathul Bâri, 2/378]

Dengan hadits-hadits di atas dan penjelasanya, kita mengetahui bahwa membaca surat as-Sajdah dan al-Insan dalam shalat Shubuh di hari Jum’at hukumnya mustahab (sunnah), oleh karena itu sebaiknya diamalkan. Namun terkadang perlu ditinggalkan, yaitu dengan membaca surat-surat yang lainnya, supaya orang-orang awam tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang diwajibkan.

Wallâhu A’lam.

l : more https://almanhaj.or.id/5691-membaca-surat-assajdah-pada-shalat-shubuh-pada-hari-jumat.html

ciri mudah mengenali ahli sunnah wal jamaah :

ciri mudah mengenali ahli sunnah wal jamaah :

1. *Konsisten* pada *_kitabulloh_ Al-Quran* dan *_sunnah nabi_ Al-Hadits*
2. *Konsisten Ikut Ijma’*
3. *Tidak  Takfiri*/qs:49:11 (Tidak saling mengkafirkan)
4 *Tidak mencela sahabat nabi* tabiin, tabiit, dan ualiya rasyidin
5. *Tidak Saling Membid'ahkan*
6.  *Menghindari kemusyrikan* (QS. Ar-Rum 30: Ayat 31)  sebagaimana kaum syiah mengugungkan para imamnnya melebihi para wali dan nabi
7. *Menghindari bangga golongan* (QS. 30:  32) dengan menjaga *toleransi antar madhab* yg msh dalam satu furu' dan akidah
............................

1. *Disebut Sebagai Aliran Jama’ah*

Merujuk penelitian Imam Abu al-Muzzhaffar al-Isfirayini (w. 471 H), sejak dulu seluruh orang awam dan tokoh aliran-aliran menyebut *Asya’irah dan Maturidiyah* dengan *nama Ahlussunnah wal Jama’ah*. Nama ini juga *_tidak bisa_* mencakup *_KHAWARIJ dan SYI’AH_* karena mereka tidak memegang konsep jamaah dan *_tidak mencakup MU’TAZILAH_* karena mereka *_menafikan Ijma’_*.

Sementara di sisi lain, banyak *ulama lintas mazhab* yang justru menilai *Wahabi dan ‘Salafi*, sebagai *Neo Khawarij*, karena akidah *takfirinya*. Sekedar sebagi contoh berikut pernyataan para ulama:

*Mazhab Hanbali*

Syaikh Abdullah bin Shafwan al-Qadumi (1241-1330 H), menyatakan bahwa hadits-hadits tentang Khawarij seperti:

اَلْخَوَارِجُ كِلَابُ النَّارِ. (رواه أحمد. صحيح)

“Khawarij adalah anjing-anjing neraka.”(HR. Ahmad. Shahih)

Diberlakukan oleh ulama terhadap *mereka yang melawan Khalifah Ali dan kelompoknya*, begitu pula Khawarij masa sekarang (Wahabi), sama dengan Khawarij masa lalu dalam sifat-sifat-nya.

*Mazhab Hanafi*

Ibn ‘Abidin (1238-1307 H/1823-1889 M) menyatakan, *WAHABI* termasuk *KHAWARIJ* karena, meyakini orang "selain mereka* adalah *kafir/musyrik*.

*Mazhab Maliki*

Syaikh Ahmad as-Shawi (1175-1241 H/1761-1825 M), menyatakan *Kaum Khawarij* adalah  mereka yang *_mendistori penafsiran al-Qur’an dan as-Sunnah_*. Karenanya *_mereka halalkan darah dan harta kaum Muslimin_*, mereka adalah satu golongan di tanah *Hijaz* yang bernama *Wahabi*.

*Mazhab Syafi’i*

Al-Habib Alawi bin Ahmad al-Haddad, menyatakan bahwa sekian hadits yang menjelaskan Khawarij menegaskan, sesungguhnya *Ibn Abdil Wahhab dan pengikutnya termasuk Khawarij*. Ciri-ciri mereka dari Najd, dari arah Timur Kota Madinah dan mencukur rambut.

2. *Konsisten Mengikuti Ijma’*

*Asya’irah dan Maturidiyah* menggunakan *Al-Qur’an, Hadits, Ijma, Qiyas* sebagai *dalil-dalil  hukum*. Selain mereka pasti menolak salah satunya. Ini menunjukkkan keselamatan mereka sebab menggunakan seluruh dasar syariat tanpa menafikan salah satunya.

Sementara *Ibn Taimiyah* yang menjadi *rujukan* utama *Wahabi ‘Salafi’*, menurut penelitian Al-Hafizh Waliyuddin al-’Iraqi (762-826 H), *_melanggar ijma’ dalam sekitar 60 masalah, mayoritas di bidang akidah dan sebagian dalam bidang furu’_*. Bahkan merujuk Ibn Hajar al-Haitami (909-974 H) yang mengutip dari as-Subki dan ulama lainnya menyampaikan secara rinci, di antara pendapat Ibn Taimiyah di bidang akidah yang *menentang ijma’* adalah:

Allah menjadi tempat bagi sifat-sifat yang baru/hadits.Zat Allah tersusun.Alam bersifat qadim dengan macamnya.Para Nabi tidak ma’shum.

3. *Menjaga Kekompakan, Tidak Saling Mengafirkan dan Membid’ahkan*

Ahlussunnah wal Jama’ah sepakat dalam ajarannya, dan tidak mengafirkan terhadap sesamanya. Kelompok-kelompok penentangnya pasti saling mengafirkan terhadap sesamanya.
..........................👇
baca lebih lengkap

https://aswajamuda.com/ahlussunnah-wal-jamaah-di-indonesia/

Kamis, 25 Oktober 2018

Ahlussunnah Wal Jama’ah di Indonesia

Ahlussunnah Wal Jama’ah di Indonesia

 Ahmad Muntaha AM


Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah

Dalam ranah bahasa Ahlussunnah wal Jama’ah terdiri dari tiga (3) kata yaitu: Ahlun, as-Sunnah dan al-Jama’ah. Sedangkan kata ahlun berarti keluarga, segolongan orang yang disatukan sebab kesamaan nasab, agama, pekerjaan dan penganut suatu mazhab;  kata as-Sunnah berarti jejak; dan 3) Jama’ah, yang berarti segolongan orang yang berkumpul.

Sedangkan dalam perspektif istilah perbandingan aliran-aliran adalah istilah bagi Umat Islam yang mengikuti ajaran salaf, yaitu berpedoman pada al-Qur’an, hadits dan atsar yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW dan para Sahabatnya, yang berbeda dengan sekte-sekte bid’ah.

Urgensi mengikuti Ahlussunnah wal Jama’ah berangkat dari petunjuk hadits perpecahan umat yang menegaskan, bahwa kelompok yang selamat dari neraka hanya Ahlussunnah wal Jama’ah, sebagaimana hadits-hadits berikut:

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ  قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ : اِفْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ؛ وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، فَإِحْدَى وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ؛ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَاثْنَتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ. قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَنْ هُمْ؟ قَالَ: اَلْجَمَاعَةُ. (رواه ابن ماجه)

“Diriwayatkan dari ‘Auf bin Malik  ia berkata:  “Rasulullah bersabda:“Umat Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, satu golongan di surga dan 70 golongan di neraka; umat Nasrani terpecah menjadi 72 golongan, 71 golongan di neraka dan satu golongan di surga; dan demi Zat yang diri Muhammad ada dalam kekuasaan-Nya, sungguh umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, satu golongan di surga dan 72 golongan di neraka.” (HR. Ibn Majah)

اِفْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى أَوِ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَالنَّصَارَى كَذَلِكَ، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً. قَالُوا: مَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي. (رواه أبو داود والترمذي والحاكم وابن حبان  وصححوه)

“Umat Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, begitu pula umat Nasrani; dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu golongan.” Para Sahabat bertanya: “Siapa golongan itu, wahai Rasululllah?” Beliau menjawab: “Yaitu golongan yang memedomani ajaran yang Aku dan para sahabatku pedomani.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, al-Hakim, Ibn Hibban dan dishahihkan oleh mereka)

Hadits di atas dan hadits-hadits semisalnya mengantarkan pada pemahaman, bahwa di tengah perpecahan umat Islam yang selamat hanya satu golongan, yaitu Ahlussunnah wal Jama’ah yang konsisten memedomani ajaran yang dipedomani Rasulullah SAW dan para Sahabat.

Dalil (Argumentasi) Ahlussunnah wal Jama’ah

Lalu siapakah Ahlussunnah wal Jama’ah yang sebenarnya? Kelompok manakah di antara berbagai kelompok umat Islam yang konsisten pada prinsip ma ana ‘alaihi wa ashabi, memedomani ajaran yang dipedomani Rasulullah  dan para Sahabatnya ? Apa argumentasinya? Karena setiap orang dan setiap kelompok dapat mengklaim sebagai Ahlussunnah wal Jama’ah.

Dalam perjalanan sejarah umat Islam hanya dua golongan yang mengaku 
sebagai Ahlussunnah wal Jama’ah:

Golongan mayoritas kaum Muslimin (jumhur al-muslimin) yang mengikuti mazhab al-Asy’ari (260-324 H/874-936 M) dan al-Maturidi (248-852 H/333 H/944 M).Kelompok minoritas yang mengikuti Ibn Taimiyah (661-728 H/1263-1328 M) dan Muhammad bin Abdul Wahhab (1115-1206 H/1703-1792 M), yang sekarang dikenal dengan nama Wahabi dan “Salafi”.

Pertanyaannya, siapakah yang paling absah dianggap sebagai Ahlussunnah wal Jama’ah yang sebenarnya? Siapakah yang paling konsisten memegang prinsip-prinsip Jama’ah? Atau secara lebih detail dapat diturunkan dalam beberapa pertanyaan berikut ini:

Siapa yang disebut sebagai aliran Jama’ah?Siapa yang konsisten memedonani atau mengikuti Ijma’?Siapa yang selalu menjaga kekompakan, tidak saling mengafirkan dan membid’ahkan?Siapa yang menjadi mayoritas umat Islam?

1. Disebut Sebagai Aliran Jama’ah

Merujuk penelitian Imam Abu al-Muzzhaffar al-Isfirayini (w. 471 H), sejak dulu seluruh orang awam dan tokoh aliran-aliran menyebut Asya’irah dan Maturidiyah dengan nama Ahlussunnah wal Jama’ah. Nama ini juga tidak bisa mencakup KHAWARIJ dan SYI’AH karena mereka tidak memegang konsep jamaah dan tidak mencakup MU’TAZILAH karena mereka menafikan Ijma’.

Sementara di sisi lain, banyak ulama lintas mazhab yang justru menilai Wahabi dan ‘Salafi’, sebagai Neo Khawarij, karena akidah takfirinya. Sekedar sebagi contoh berikut pernyataan para ulama:

Mazhab Hanbali

Syaikh Abdullah bin Shafwan al-Qadumi (1241-1330 H), menyatakan bahwa hadits-hadits tentang Khawarij seperti:

اَلْخَوَارِجُ كِلَابُ النَّارِ. (رواه أحمد. صحيح)

“Khawarij adalah anjing-anjing neraka.”(HR. Ahmad. Shahih)

Diberlakukan oleh ulama terhadap mereka yang melawan Khalifah Ali dan kelompoknya, begitu pula Khawarij masa sekarang (Wahabi), sama dengan Khawarij masa lalu dalam sifat-sifat-nya.

Mazhab Hanafi

Ibn ‘Abidin (1238-1307 H/1823-1889 M) menyatakan, WAHABI termasuk KHAWARIJ karena, meyakini orang selain mereka adalah kafir/musyrik.

Mazhab Maliki

Syaikh Ahmad as-Shawi (1175-1241 H/1761-1825 M), menyatakan Kaum Khawarij adalah  mereka yang mendistori penafsiran al-Qur’an dan as-Sunnah. Karenanya mereka halalkan darah dan harta kaum Muslimin, mereka adalah satu golongan di tanah Hijaz yang bernama Wahabi.

Mazhab Syafi’i

Al-Habib Alawi bin Ahmad al-Haddad, menyatakan bahwa sekian hadits yang menjelaskan Khawarij menegaskan, sesungguhnya Ibn Abdil Wahhab dan pengikutnya termasuk Khawarij. Ciri-ciri mereka dari Najd, dari arah Timur Kota Madinah dan mencukur rambut.

2. Konsisten Mengikuti Ijma’

Asya’irah dan Maturidiyah menggunakan Al-Qur’an, Hadits, Ijma, Qiyas sebagai dalil-dalil  hukum. Selain mereka pasti menolak salah satunya. Ini menunjukkkan keselamatan mereka sebab menggunakan seluruh dasar syariat tanpa menafikan salah satunya.

Sementara Ibn Taimiyah yang menjadi rujukan utama Wahabi ‘Salafi’, menurut penelitian Al-Hafizh Waliyuddin al-’Iraqi (762-826 H), melanggar ijma’ dalam sekitar 60 masalah, mayoritas di bidang akidah dan sebagian dalam bidang furu’. Bahkan merujuk Ibn Hajar al-Haitami (909-974 H) yang mengutip dari as-Subki dan ulama lainnya menyampaikan secara rinci, di antara pendapat Ibn Taimiyah di bidang akidah yang menentang ijma’ adalah:

Allah menjadi tempat bagi sifat-sifat yang baru/hadits.Zat Allah tersusun.Alam bersifat qadim dengan macamnya.Para Nabi tidak ma’shum.

3. Menjaga Kekompakan, Tidak Saling Mengafirkan dan Membid’ahkan

Ahlussunnah wal Jama’ah sepakat dalam ajarannya, dan tidak mengafirkan terhadap sesamanya. Kelompok-kelompok penentangnya pasti saling mengafirkan terhadap sesamanya.

Sedangkan di kalangan Wahabi telah terjadi perpecahan, saling membid’ahkan dan mengafirkan. Sebagaimana Dr. Abdul Muhsin al-Abbad al-Badar, ulama Wahabi Madinah sampai menulis buku berjudul Rifqan Ahl as-Sunnah bi Ahl as-Sunnah (Rekonsiliasi Ahlussunnah dengan Ahlussunnah), karena sesama Wahhabi telah terjadi tafarruq (perpecahan), ikhtilaf (perselisihan), tabdi’ (saling membid’ahkan), tahajur (saling tidak bertegur sapa), taqathu’ (saling memutus hubungan) dan semisalnya.

4. Menjadi Mayoritas Umat Islam

Mazhab Asy’ari dan yang menyamainya merupakan mazhab yang dipedomani mayoritas umat Islam dan mayoritas ulama karena merupakan keberlangsungan alamiah dari ajaran Nabi , para Sahabat , Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in, sebagaimana dijelaskan ulama. Ulamanya menjadi tokoh dalam berbagai ilmu syariat.

Sementara Wahabi ‘Salafi’ selain menjadi minoritas sejak lahirnya hingga sekarang, juga mendapatkan pertentangan dari ulama Islam di berbagai penjuru dunia.

">Komparasi Konsistensi Asy’ariyah-Maturidiyah Vs. Wahabi/Salafi dalam Memedomani Prinsip-Prinsip Ahlussunah wal Jama’ah

Kelahiran Ahlussunnah wal Jama’ah

Kapan Ahlussunnah wal Jama’ah lahir? Pertanyaan ini tidak akan terjawab kecuali dengan jawaban bahwa secara substansial Ahlussunnah wal Jama’ah bersamaan dengan lahirnya Islam itu sendiri. Sebagaimana telah diterangkan bahwa Ahlussunnah wal Jama’ah merupakan keberlangsungan alamiah dari ajaran Nabi , para Sahabat , Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in, sebagaimana dijelaskan ulama. Seperti  penjelasan Tajuddin bin Ali as-Subki (727-771 H/1327-1370 M) dan Muhammad Zahid al-Kautsari (1296-1371 H/1879-1952 M) secara berurutan berikut ini:

اِعْلَمْ أَنَّ أَبَا الْحَسَنِ لَمْ يُبْدِعْ رَأْيًا وَلَمْ يُنْشِ مَذْهَبًا. وَإِنَّمَا هُوَ مُقَرِّرٌ لِمَذَاهِبِ السَّلَفِ مُنَاضِلٌ عَمَّا كَانَتْ عَلَيْهِ صَحَابَةُ رَسُولِ اللهِ . فَالْاِنْتِسَابُ إِلَيْهِ إِنَّمَا هُوَ بِاعْتِبَارِ أَنَّهُ عَقَدَ عَلَى طَرِيقِ السَّلَفِ نِطَاقًا وَتَمَسَّكَ بِهِ وَأَقَامَ الْحُجَّجَ وَالْبَرَاهِينِ عَلَيْهِ، فَصَارَ الْمُقْتَدِى بِهِ فِي ذَلِكَ السَّالِكُ سَبِيلَهُ فِي الدَّلَائِلِ يُسَمَّى أَشْعَرِيًّا.

“Ketahuilah, sungguh Abu al-Hasan al-Asy’ari tidak menyampaikan pendapat baru dan membuat mazhab. Beliau hanya menetapkan pendapat-pendapat ulama Salaf dan membela akidah yang dipedomani para Sahabat Rasulullah , maka penisbatan kepadanya hanyalah karena mempertimbangkan beliau berperan mengokohkan kajiannya, memedomaninya, dan menetapkan hujjah dan argumentasinya, sehingga orang yang mengikutinya dan menempuh metodenya dalam dalil-dalil akidah disebut Asy’ari (orang yang bermazhab Asya’ri).”

وَإِمَامُ الْهُدَى أَبُو مَنْصُورِ الْمَاتُرِيدِيُّ  وَعَنْ سَائِرِ الْأَئِمَّةِ بَنَى تَوْضِيحَ الدَّلَائِلِ عَلَى تِلْكَ الرَّسَائِلِ كَمَا جَرَى عَلَى ذَلِكَ الْإِمَامُ الْمُجْتَهِدِ أَبُو جَعْفَرِ الطَّحَاوِيُّ فِي كِتَابِ  بَيَانِ الاعْتِقَادِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ  عَلَى مَذْهَبِ فُقَهَاءِ الْمِلَّةِ: أَبِي حَنِيفَةَ وَ أَبِي يُوسُفَ وَمُحَمَّدِ بْنِ الْحَسَنِ  الْمَعْرُوفُ بِعَقِيدَةِ الطَّحَاوِيَّةِ.

“Imam al-Huda Abu Manshur al-Maturidi—radhiyallahu ‘anhu wa ‘an sairil aimmah—membangun penjelasan dalil-dalil akidah berdasarkan risalah-risalah karya Abu Hanifah tersebut, seperti halnya yang dilakukan Imam Abu Ja’far at-Thahawi dalam kitabnya Bayan al-I’tiqad Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah ‘ala Mazhab Fuqaha al-Millah, Abi Hanifah wa Abi Yusuf wa Muhammad bin al-Hasan  yang terkenal dengan judul ‘Aqidah at-Thahawiyyah.”

Dari keterangan ini menjadi jelas, akidah Ahlussunnah wal Jama’ah merupakan akidah Islam sendiri yang diwarisi dari Rasulullah , para Sahabat , dan ulama penerusnya.

">Struktur Geneologi (Sanad Keilmuan) Asy’ariyah-Maturidiyah

Perkembangan Ahlussunnah wal Jama’ah di Indonesia dan Peran Ulama dalam Menyebarkannya

Jauh sebelum Indonesia merdeka Ahlussunnah wal Jama’ah sudah mengakar kuat di bumi Nusantara, sebagaimana direkam oleh Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama (NU):

قَدْ كَانَ مُسْلِمُو الْأَقْطَارِ الْجَاوِيَّةِ فِي الزَّمَانِ الْخَالِيَةِ مُتَّفِقِي الْآرَاءِ وَالْمَذْهَبِ، وَمُتَّحِدِ الْمَأْخَذِ وَالْمَشْرَبِ. فَكُلُّهُمْ فِي الْفِقْهِ عَلىٰ الْمَذْهَبِ النَّفِيسِ مَذْهَبِ الْإِمَامِ مُحَمَّدِ بْنِ إِدْرِيسَ، وَفِي أُصُولِ الدِّينِ عَلىٰ الْمَذْهَبِ الْإِمَامِ أَبِي الْحَسَنِ الْأَشْعَرِيِّ، وَفِي التَّصَوُّفِ عَلىٰ الْمَذْهَبِ الْإِمَامِ الْغَزَالِيِّ وَالْإِمَامِ أَبِي الْحَسَنِ الشِاذِلِيِّ .

“Kaum muslimin di pulau Jawa (Nusantara) pada zaman dahulu sepakat pendapat dan mazhabnya, tunggal sumber ajaran agamanya. Semuanya dalam fikih mengikuti mazhab yang sangat indah yaitu mazhab Imam Muhammad bin Idris as-Syafi, dalam ushul ad-din (akidah) mengikuti mazhab Imam Abu Hasan al-Asy’ari, dan dalam tasawuf mengikuti Imam al-Ghazali dan Abu al-Hasan as-Syadzili .”

Namun seiring perjalanan waktu muncul berbagai sekte seperti Wahabi, Syi’ah dan semisalnya. Dari sini para ulama semakin giat mendakwahkan, mensyiarkan dan melestarikan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah dengan berbagai cara. Di antaranya dengan mengcounter pemahaman-pemahaman yang menyimpang dengan berbagai karya tulis, seperti Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah karya KH. M. Hasyim al-Asy’ari,Syarh Kawakib al-Lama’ah karya KH. Abu Fadhal  Senori Tuban dan semisalnya hingga sekarang. Selain itu, yang juga tidak kalah manfaatnya adalah kekompakan para ulama Nusantara untuk bersatu padu merapatkan barisan perjuangan dengan mengistitusionalisasikan Ahlussunnah wal Jama’ah dalam organisasi modern, NU.

Melalui NU inilah medan perjuangan para ulama Nusantara semakin luas tidak hanya di bidang agama, akan tetapi dalam semua aspek kehidupan sosial, berbangsa dan bernegara. Bahkan tidak hanya dalam skala nasional, namun dalam skala lebih luas di dunia internasional, seperti keberhasilan komite Hijaz NU dalam mempertahankan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah di Masjidil Haram merespon berbagai kebijakan Arab Saudi yang hendak menghapusnya, dimana jasa besar ini diakui dunia Islam hingga kini.

Prinsip Fundamental Ahlussunnah wal Jama’ah

Moderasi Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai keberlangsungan alamiah agama Islam tercermin dalam prinsip-prinsip fundamentalnya, yaitu: tawassuth (moderat) dan i’tidal (adil), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang) dan amar ma’ruf nahi munkar.

Prinsip fundamental moderasi Ahlusunnah wal Jama’ah inilah yang kemudian oleh para Kiai NU diterjemahkan secara lugas dalam Sikap Kemasyarakatan NU yang menjadi bagian keputusan Muktamar NU ke-27 di Situbondo, No. 02/MNU-27/1984 tentang Khitthah NU sebagaimana berikut:

Sikap Tawassuth dan I’tidal

Sikap tengah yang berintikan pada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah kehidupan bersama. Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrim).

Sikap Tasamuh

Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah, serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.

Sikap Tawazun

Sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyerasikan khidmah kepada Allah SWT, khidmah kepada sesama manusia serta kepada lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini, dan masa mendatang.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan baik, berguna, dan bermanfaat bagi kehidupan bersama; serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.

Prinsip fundamental Ahlussunnah wal Jama’ah dan Sikap Kemasyarakatan NU ini selaras dengan ayat dan hadits:

 وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا. (البقرة : 143)

 “Dan demikian (pula) kami menjadikan kamu (Umat Islam), umat penengah (adil dan pilihan), agar kamu menjadi saksi atas seluruh manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas kamu.” (QS. al-Baqarah: 143)

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا. (الإسراء: 29)

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. al-Isra’: 29)

وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا (الإسراء: 110)

 “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. al-Isra’: 110)

خَيْرُ اْلأُمُوْرِ أَوْسَاطُهَا. (رواه البيهقي)

“Sebaik-baik persoalan adalah sikap-sikap moderat.”  (HR. al-Baihaqi)

 وَخَيْرُ اْلأَعْمَالِ أَوْسَطُهَا وَدِيْنُ اللهِ بَيْنَ الْقَاسِي وَالْغَالِي. (رواه البيهقي)

“Dan sebaik-baik amal perbuatan adalah yang pertengahan, dan agama Allah berada di antara yang beku dan yang mendidih.”(HR. al-Baihaqi)

Judul Asli: Mengenal Ahlussunnah Wal Jama’ah di Indonesia

Referensi:

Kitab al-Maqallat, 210.Risalah Ahlussunnah, 5.Mausu’ah Kasyf Ishtilahat, 570.Hammad Sinan dan Fauzi al-‘Anjari, Ahlussnnah al-Asya’irah, 80.Hadits-hadits seperti inilah yang semestinya dijadikan pedoman, yang dishahihkan oleh banyak ulama dan di riwayatkan dari banyak sahabat, yaitu dari Ali bin Abi Thalib, Sa’d bin Abi Waqqash, Ibn Umar, Abu ad-Darda’, Mu’awiyah, Ibn ‘Abbas, Jabir, Abu Umamah, Watsilah, ‘Auf bin Malik dan ‘Umar bin ‘Auf al-Muzani, bukan hadits yang bertentangan dengannnya. Baca, Muhammad Ja’far al-Kattani, Nazhm al-Mutanatsir, 47:

وَفِي شَرْحِ عَقِيْدَةِ السَفَارِيْنِي مَا نَصَّهُ: وَأَمَّا الحَدِيْثُ الَّذِي أَخْبَرَ النَّبِي : أَنَّ أُمَّتَهُ سَتَفْتَرِقُ إِلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فُرْقَةً وَاحِدَةُ فِي الجَنَّةِ وَاثْنَتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، فَرُوِيَ مِنْ حَدِيْثِ أَمِيْرِ المُؤْمِنِيْنَ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طاَلِبِ وَسَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَاصٍ وَاِبْنِ عُمَرَ وَأَبِي الدَّرْدَاءِ وَمُعَاوِيَةَ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَجَابِرِ وَأَبِي أُمَامَةَ وَوَاثِلَةَ وَعَوْفِ بْنِ مَالِكِ وَعَمْرِو بْنِ عَوْفِ المُزَنِيِّ. فَكُلُّ هَؤُلاَءِ قَالُوا: وَاحِدَةٌ فِي الجَنَّةِ وَهِيَ الجَمَاعَةُ. وَلَفْظُ حَدِيْثِ مُعَاوِيَةَ مَا تَقَدَّمَ. فَهُوَ الَّذِي يَنْبَغِي أَنْ يَعُولَ عَلَيهِ دُونَ الحَدِيْثِ المَكْذُوبِ عَلَى النَّبِي  اهـ.

“Dalam Syarh ‘Aqidah as-Safarini ada penjelasan: “Adapun hadits yang beritakan Nabi  bahwa umatnya akan terpecah menjadi 73 golongan, satu golongan di surga dan 72 golongan di neraka, maka diriwayatkan dari hadits Amir al-Mukminin Ali bin Abi Thalib, Sa’ad bin Abi Waqqash, Ibn Umar, Abu al-Darda’, Mu’awiyah, Ibn Abbas, Jabir, Abu Umamah, Watsilah, ‘Auf bin Malik, Amar bin Auf al-Muzai”.  Mereka seluruhnya mengatakan: “Satu golongan berada di surga, yaitu al-Jama’ah.” Lafal hadits riwayat Mu’awiyah adalah redaksi yang telah disebutkan. Hadits itulah yang semestinya dijadikan pegangan, bukan hadits yang didustakan atas Nabi .”

Abu al-Muzzhaffar al-Isfirayini, at-Tabshir fi ad-Din, 185-186.Abdullah bin Shafwan al-Qadumi, ar-Rihlah al-Hijaziyah, 117Ibn ‘Abidin, Radd al-Muhtar, VI/413.Ahmad as-Shawi, Hasyiyyah as-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain, III/307.Alawi bin Ahmad al-Haddad, Misbah al-Anam wa Jala’ az-Zhalam, 5.Al-Isfirayini, at-Tabshir fi ad-Din, 185-186.Waliyuddin al-’Iraqi, al-Ajwibah al-Mardhiyyah, 91-95.Ibn Hajar al-Haitami, al-Fatawi al-Haditsiyyah, 116.Al-Isfirayini, at-Tabshir fi ad-Din, 186.Sinan dan al-‘Anjari, Ahlussnnah al-Asya’irah, 248.As-Subki, Thabaqat as-Syafi’iyyah al-Kubra, III/365.Muhammad Zahid al-Kautsari, al-‘Aqidah wa ‘Ilm al-Kalam (Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1425 H/2004 M), 564.Risalah karya Abu Hanifah yang dimaksud yaitu: (a) Al-Alim wa al-Muta’allim riwayat Abu Hafsh bin Salim as-Samarqandi, (b) ar-Risalah Ila ‘Alim al-Bashrah ‘Utsman bin Muslim al-Batti riwayat Abu Yusuf, (c) al-Fiqh al-Akbar yang terkenal dengan al-Fiqh al-Ausath riwayat Abu Muti’, (d) al-Fiqh al-Akbar riwayat Hammad bin Abi Hanifah, dan (e) al-Washiyyah riwayat Abu Yusuf. Hal ini juga dijelaskan oleh al-Qadhi Kamaluddin Ahmad al-Bayadhi al-Hanafi yang menyebut Abu Manshur al-Maturidi sebagai Mufasshil li Madzhab al-Imam (yang menjelaskan secara terperinci pendapat Imam Abu Hanifah). Baca, Ahmad al-Bayadhi, Isyarat al-Maram min ‘Ibarat al-Imam, (Karachi: Zamzam Publisher, 1425 H/2004 M), h. 23.Abdul Muchith Muzadi, NU dalam Perspektif Sejarah dan Ajaran; Refleksi 65 Th. Ikut NU (Surabaya: Khalista, 2007), cet. IV, 25-26.Khashaish Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyyah dalam Keputusan Muktamar Nahdlatul Ulama Ke-XXXIII di Jombang 7-11 Rabi’ul Akhir 1431 H/ 1-6 Agustus 2015 M tentang: Masail al-Diniyyah al-Madhu’iyyah.

Ilustrasi: santrial-luqmaniyyah

Categories: AkidahFiqihKebangsaan

Tags: AswajaIndonesia

Aswaja Muda

Powered by WordPress

Back to top

Siapakah Ahlussunnah wal Jama'ah?


Siapakah Ahlussunnah wal Jama'ah?

Mahbib, NU Online | Sabtu, 03 September 2016 09:08

Oleh Maulana Syekh Ali Jum'ah

Ahlussunnah Wal Jamā'ah (Aswaja) membedakan antara teks wahyu (Al-Qur'an dan Sunnah), penafsiran dan penerapannya, dalam upaya melakukan tahqīq manāth (memastikan kecocokan sebab hukum pada kejadian) dan takhrīj manāth (memahami sebab hukum). Metodologi inilah yang melahirkan Aswaja. 

Aswaja adalah mayoritas umat Islam sepanjang masa dan zaman, sehingga golongan lain menyebut mereka dengan sebutan: "Al-'Āmmah (orang-orang umum) atau Al-Jumhūr", karena lebih dari 90 persen umat Islam adalah Aswaja.

Mereka mentransmisikan teks wahyu dengan sangat baik, mereka menafsirkannya, menjabarkan yang mujmal (global), kemudian memanifestasikannya dalam kehidupan dunia ini, sehingga mereka memakmurkan bumi dan semua yang berada di atasnya. 

Aswaja adalah golongan yang menjadikan hadis Jibrīl yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahīh-nya, sebagai dalil pembagian pilar agama menjadi tiga: Iman, Islam dan Ihsān, untuk kemudian membagikan ilmu kepada tiga ilmu utama, yaitu: akidah, fiqih dan suluk. Setiap imam dari para imam Aswaja telah melaksanakan tugas sesuai bakat yang Allah berikan.

Mereka bukan hanya memahami teks wahyu saja, tapi mereka juga menekankan pentingnya memahami realitas kehidupan. Al-Qarāfī dalam kitab Tamyīz Al-Ahkām menjelaskan: Kita harus memahami realitas kehidupan kita. Karena jika kita mengambil hukum yang ada di dalam kitab-kitab dan serta-merta menerapkannya kepada realitas apapun, tanpa kita pastikan kesesuaian antara sebab hukum dan realitas kejadian, maka kita telah menyesatkan manusia. 

Disamping memahami teks wahyu dan memahami realitas, Aswaja juga menambahkan unsur penting ketiga, yaitu tata cara memanifestasikan atau menerapkan teks wahyu yang absolut kepada realitas kejadian yang bersifat relatif. Semua ini ditulis dengan jelas oleh mereka, dan ini juga yang dijalankan hingga saat ini. Segala puji hanya bagi Allah yang karena anugerah-Nya semua hal baik menjadi sempurna. 

Inilah yang tidak dimiliki oleh kelompok-kelompak radikal. Mereka tidak memahami teks wahyu. Mereka meyakini bahwa semua yang terlintas di benak mereka adalah kebenaran yang wajib mereka ikuti dengan patuh. Mereka tidak memahami realitas kehidupan. Mereka juga tidak memiliki metode dalam menerapkan teks wahyu pada tataran realitas. Karena itu mereka sesat dan menyesatkan, seperti yang imam Al-Qarāfī jelaskan. 

Aswaja tidak mengafirkan siapapun, kecuali orang yang mengakui bahwa ia telah keluar dari Islam, juga orang yang keluar dari barisan umat Islam. Aswaja tidak pernah mengafirkan orang yang salat menghadap kiblat. Aswaja tidak pernah menggiring manusia untuk mencari kekuasaan, menumpahkan darah, dan tidak pula mengikuti syahwat birahi (yang haram). 

Aswaja menerima perbedaan dan menjelaskan dalil-dalil setiap permasalahan, serta menerima kemajemukan dan keragaman dalam akidah, atau fiqih, atau tasawuf: 
(mengutip 3 bait dari Al-Burdah):

"Para nabi semua meminta dari dirinya.
Seciduk lautan kemuliaannya dan setitik hujan ilmunya.
Para nabi sama berdiri di puncak mereka.
Mengharap setitik ilmu atau seonggok hikmahnya.
Dialah Rasul yang sempurna batin dan lahirnya.
Terpilih sebagai kekasih Allah Pencipta manusia."

Aswaja berada di jalan cahaya terang yang malamnya seterang siangnya, orang yang keluar dari jalan itu pasti celaka.
 
Aswaja menyerukan pada kebajikan, dan melarang kemungkaran. Mereka juga waspada dalam menjalankan agama, mereka tidak pernah menjadikan kekerasan sebagai jalan. 

Diriwayatkan dari sahabat Abu Musa Al-Asy'arī, bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "...hingga seseorang membunuh tetangganya, saudaranya, pamannya dan sepupunya.", Para sahabat tercengang: "Subhānallah, apakah saat itu mereka punya akal yang waras?" Rasulullah menjawab: "Tidak. Allah telah mencabut akal orang-orang yang hidup pada masa itu, sehingga mereka merasa benar, padahal mereka tidaklah dalam kebenaran."

Rasulullah juga bersabda: "Barangsiapa yang keluar dari barisan umatku, menikam (membunuh) orang saleh dan orang jahatnya, ia tidak peduli pada orang mukmin juga tidak menghormati orang yang melakukan perjanjian damai (ahlu dzimmah), sungguh dia bukanlah bagian dari saya, dan saya bukanlah bagian dari dia."

Aswaja memahami syariat dari awalnya. Mereka memahami "Bismillāhirrahmānirrahīm" (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Allah Menyebutkan dua nama-Nya, yaitu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah tidak mengatakan: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Membalas dan Maha Kuat". Justru Allah menyampaikan pesan keindahan dalam keindahan (melalui Ar-Rahmān dan Ar-Rahīm). Allah tidak mengenalkan diri-Nya dengan keagungan-Nya SWT.

Kami belajar "Bismillāhirrahmānirrahīm" di Al-Azhar. Para ulama Al-Azhar saat menafsirkannya menjelaskan dengan banyak ilmu. Mereka menjelaskan "Bismillāhirrahmānirrahīm" dari banyak perspektif ilmu: fiqih, mantiq (logika), akidah, suluk dan balaghah. Mereka sabar duduk menjelaskannya dengan begitu lama dan panjang, hingga kita menyangka bahwa penjelasan mereka tidak ada ujungnya. 

Kemudian, setelah musibah (teror golongan radikal) ini menimpa, kita baru memahami bahwa metode mengajar ulama Al-Azhar itu merupakan kebenaran. Mereka membangun piramida (ilmu kita) sesuai cara yang benar: membangun pondasi piramida dari bawah, hingga sampai pada ujung lancipnya yang berada di atas. Sementara kelompok radikal membalik cara membangun piramida (ilmu mereka, ujungnya di bawah, dan pondasinya di atas) hingga piramida itu runtuh mengenai kepala mereka sendiri. 

Aswaja tidak memungkiri peran akal, bahkan mereka mampu mensinergikan akal dan teks wahyu, serta mampu hidup damai bersama golongan lain. Aswaja tidak pernah membuat opini umum palsu (memprovokasi). Mereka tidak pernah bertabrakan (melakukan kekerasan) dengan siapapun di jagad raya. Aswaja justru membuka hati dan jiwa mereka untuk semua orang, hingga mereka berbondong-bondong masuk Islam. 

Para ulama Aswaja telah melaksanakan apa yang harus mereka lakukan pada zaman mereka. Karena itu kita juga harus melaksanakan kewajiban kita di zaman ini dengan baik. Kita wajib memahami teks wahyu, memahami realitas dan mempelajari metode penerapan teks wahyu pada realitas. 

Aswaja memperhatikan dengan cermat 4 faktor perubahan, yaitu: waktu, tempat, individu dan keadaan. Al-Qarāfī menulis kitab luar biasa yang bernama Al-Furūq untuk membangun naluri ilmiah (malakah) hingga kita mampu melihat perbedaan detail. 
Awal yang benar akan mengantar pada akhir yang benar juga. Karena itu, barangsiapa yang mempelajari alfabet ilmu (pondasi awal ilmu) dengan salah, maka ia akan membaca dengan salah juga, lalu memahami dengan salah, kemudian menerapkan dengan salah, hingga ia menghalangi manusia dari jalan Allah tanpa ia sadari. Inilah yang terjadi (dan yang membedakan) antara orang yang belajar ilmu bermanfaat, terutama Al-Azhar sebagai pemimpin lembaga-lembaga keilmuan, dan antara orang yang mengikuti hawa nafsunya, merusak dunia dan menjelekkan citra Islam serta kaum muslimin. 

Pesan saya kepada umat Islam dan dunia luar: Ketahuilah bahwa Al-Azhar adalah pembina Aswaja. Sungguh oknum-oknum (yang membencinya) telah menyebar kabar keji, dusta dan palsu bahwa Al-Azhar telah mengalami penetrasi (dan lumpuh). Mereka ingin membuat umat manusia meragukan Al-Azhar sebagai otoritas yang terpercaya, hingga mereka tidak mau kembali lagi kepada Al-Azhar sebagai tempat rujukan dan perlindungan.

Al-Azhar tetap berdiri dengan pertolongan Allah SWT, dibawah pimpinan grand syaikhnya. Setiap hari Al-Azhar berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan mulianya, juga membuka mata seluruh dunia, menyelamatkan mereka dari musibah (radikalisme) yang menimpa. 
Al-Azhar tidak disusupi dan tak akan lumpuh selamanya hingga hari akhir, karena Allah Yang membangunnya dan melindunginya. Allah juga Yang mentakdirkan orang-orang pilihan-Nya untuk mejalankan manhaj Aswaja di Al-Azhar, meski orang fasik tidak menyukainya. 

Doakanlah untuk kami, semoga Allah memberi kami tuntunan taufīq agar kami bisa melakukan hal yang dicintai dan diridhoi-Nya.
 
Doakan agar kami mampu menyebar luaskan agama yang benar ini, dengan pemahaman dan praktek yang benar juga, dan semoga kami mampu menjelaskan jalan yang penuh cahaya ini kepada umat manusia, sesuai ajaran Rasulullah. 

Doakan kami semoga Allah membimbing kita semua -di muktamar ini, dan pasca muktamar- semoga muktamar ini bisa menjadi awal perbaikan citra Islam di kalangan korban Islamophobia, baik muslim maupun non-muslim.

*) Tulisan ini disampaikan pada sambutan pembukaan Muktamar Ahlussunnah wal-Jama'ah di Chechnya, 25 Agustus 2016. Dialihbahasakan ke bahasa Indonesia oleh KH Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriyah PBNU

Baca Juga

Ini Pesan Ulama Yaman di Masjid Raya Baiturrahman Aceh

Pengembangan Ahlussunnah wal Jamaah di Lingkungan NU

Tidak Semua Aliran Islam Mengaku Ahlussunnah Wal Jamaah

Tradisi Aswaja Wajib Dipertahankan Sampai Kapanpun

Bentengi Wahabi, Santri Astanajapura Bangkitkan Forum Al-Musyawirin

Buku "Meluruskan Dakwah MTA" Dicetak Ulang

  

KONTAK

Nahdlatul Ulama
Jl. Kramat Raya 164, Jakarta 46133 - Indonesia, redaksi[at]nu.or.id

© 2016 NU Online. All rights reserved. Nahdlatul Ulama

Rabu, 24 Oktober 2018

Sejarah islam

Kupas Kipas

Jumat, 19 Agustus 2016

Nabi bertemu suroqoh dalam perjalanan hijrah di Kudaif


Sahabat, Fikiran dan hati nurani manusia dianugerahi oleh Allah swt kekuatan yang luar biasa, apalagi bila senantiasa selaras dengan kekuatan Allah Yang Maha Kuasa.. Maka kita akan banyak menemui keajaiban dalam hidup kita. Rasulullah adalah teladan terbaik kita. Banyak kisah keajaiban dan mukjizat yang terjadi di zaman Rasulullah SAW.

Ada sebuah kisah di zaman Rasulullah. Suatu hari seorang kafir bernama Da'tsur berniat membubnuh Rasulullah S.A.W. Da’tsur melihat Rasulullah SAW duduk sendirian di bawah pohon kurma. Saat itu beliau tengah istirahat. Segera saja ia menghampiri beliau, menghunus pedang lalu menodongkannya ke leher Rasulullah SAW.

“Wahai Muhammad, sekarang engkau sendirian. Siapa yang akan menolongmu?,” gertak Da’tsur. Dengan mantap Rasulullah bersabda, “Allah!” Mendengar kata “Allah”, Da’tsur langsung gemetar, lemas sekujur tubuhnya, hingga pedang yang dihunusnya jatuh. Rasul segera mengambil pedang itu, lalu balik menodongkannya pada Da’tsur, “Sekarang, siapa yang akan menolongmu?,” seru beliau. “Tidak ada wahai Muhammad, kecuali engkau mau menolongku!”

Sahabat..

Dengan sangat cepat, Rasulullah SAW mampu mengalihkan perhatian dari makhluk kepada kepada Dzat Yang Menguasai makhluk. Mata beliau melihat Da’tsur, namun hati belua fokus kepada Allah yang menguasai Da’tsur. Sehingga apa yang beliau ucapkan sangat powerfull. Kata “Allah” diucapkan sepenuh keyakinan. Itulah yang membuat Da’tsur terguncang.

Saudaraku, ketika kita melihat lukisan yang sangat indah, biasanya pikiran kita langsung tersambung kepada pembuat lukisan tersebut. “Oh sungguh hebat pelukis itu!” Ketika kita melihat robot canggih, kita akan berdecak kagum terhadap insinyur yang merancangnya. Maka, bagaimana mungkin ketika kita melihat kehebatan alam ini, hati dan pikiran kita tidak tersambung kepada Penciptanya? Padahal, semua yang ada di alam ini, termasuk diri kita, mutlak ciptaan Allah! Di sinilah ilmu ma’rifatullah bermain. Andai kita memiliki kesadaran ini, kapan pun, di mana pun dan kapan pun yang ada hanyalah keterpesonaan pada ke-Mahabesar-an Allah. Hati dan lisan kita akan sulit berhenti memuji dan berzikir kepada-Nya.

Salah satu kunci makrifat adalah kecepatan kita dalam mengalihkan fokus pandangan dari makhluk kepada Al-Khaliq. Mata melihat makhluk, telinga mendengar suara, kulit merasa, namun hati dan pikiran yang mengendalikan semua itu terhubung dan tembus kepada Allah. Nah, kecepatan kita mengalihkan fokus pandangan, akan menentukan kualitas hidup dan kebahagiaan diri kita. Semakin cepat mengalihkan perhatian kepada Allah, semakin cepat pula kita meraih kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan hakiki. Sebab, dunia ma’rifat adalah dunia kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan.

Allah Swt. berfirman, Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (QS Al Baqarah [2]: 155-157).

Karena itu, jangan sampai kesibukkan kita bekerja, berbisnis, dan hiruk-pikuk duniawi melalaikan kita dari mengingat Allah. Sungguh tidak akan pernah bahagia orang yang jauh dari Allah. Dunia bukan hal yang bisa mendatangkan kebahagiaan. Dunia sekadar permainan belaka (QS Muhammad [47]: 36). Dunia sekadar sarana untuk mendekat kita pada Allah.

Maka, tidak ada pilihan bila kita ingin bahagia, kecuali hati kita tembus kepada Allah. Mata pada benda, hati pada Allah. Intinya, nikmat hidup bukan pada yang ada dan tiada. Nikmat hidup hanya ada bila kita selalu dekat dengan Yang Selalu Ada. Itulah para ulil albab. "(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS Ali Imran [3]: 191). Wallaahu a’lam.

Suraqah bin Malik Menanti Janji Rasulullah

Rasa kecewa, marah dan putus asa berkecamuk dalam dada para pembesar Quraisy. Mereka gagal menghadang langkah Rasulullah saw dan Abu Bakar yang hijrah ke Yatsrib. Padahal mereka sudah mengepung rumah Rasulullah, bahkan sudah sampai di mulut Gua Tsur---tempat persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar. Akhirnya mereka memutuskan membuat sayembara untuk menangkap keduanya. Agar tidak terlalu berat menanggung malu, sayembara itu diumumkan ke segenap kabilah yang terpencar di sepanjang jalan antara Makkah dan Yatsrib.

"Barang siapa yang berhasil membawa Muhammad, hidup atau mati, maka baginya seratus ekor unta betina yang hampir beranak." Demikian bunyi pengumuman spektakuler itu.

Berita itu menyebar ke mana-mana. Tak terkecuali ke Madlaj, kampung kecil di pinggiran kota Makkah. Ketika utusan dari Makkah datang membawa berita sayembara itu, beberapa penduduk kampung itu sedang nongkrong di Balai Desa. Mendengar pengumuman itu, seorang pemuda bernama Suraqah bin Malik al-Madlaji sangat tertarik. Dia bertekad merebut hadiah besar itu. Rasa tamak membuatnya ingin memenangkan sayembara itu sendirian. Karena itu, ia tidak membeberkan rencananya ke orang lain.

Kebetulan, ada seorang lelaki datang ke Balai Desa. Laki-laki itu bercerita bahwa baru saja dia berpapasan dengan tiga orang musafir. Kuat dugaannya, ketiga orang itu adalah Muhammad, Abu Bakar dan seorang penunjuk jalan.

"Tidak mungkin!" bantah Suraqah. "Mereka adalah Bani Fulan yang tadi lewat sini untuk mencari unta mereka yang hilang," lanjut Suraqah mengaburkan perhatian mereka.

"Mungkin saja," kata yang lain mengiyakan Suraqah. Siasat Suraqah tidak menimbulkan kecurigaan orang-orang yang berada di Balai Desa. Ketika mereka beralih membicarakan masalah lain, diam-diam Suraqah menyelinap keluar. Ia bergegas pulang. Sampai di rumah, ia menyuruh pelayannya menyiapkan kuda dan membawanya ke sebuah lembah yang disepakati dan menambatkannya di sana.

"Keluarlah dari pintu belakang. Hati-hati, jangan sampai dilihat orang! Siapkan juga senjataku," perintah Suraqah.

Beberapa saat kemudian, Suraqah pergi menyusul. Setelah berjumpa dengan pelayannya, segera ia mengenakan baju besi, menyandang pedang dan memasang pelana. Kemudian ia memacu kudanya sekencang-kencangnya. Dalam benaknya terbayang seratus ekor unta akan berada dalam genggamannya.

Suraqah bin Malik terkenal sebagai penunggang kuda yang cetakan. Perawakannya tinggi besar, pandangan matanya tajam. Pantas ia menjadi pencari jejak yang andal. Tidak ada jalan yang sulit baginya. Apalagi kudanya tangkas dan terlatih baik.

Suraqah terus memacu kudanya setelah dekat kira-kira satu tombak nabi berdo'a :

اللهم اكفينا

"Ya Allah cukup engkau yang melindungi"
Tanpa diduga, tiba-tiba kaki kudanya tersandung. Suraqah pun jatuh terguling. "Kuda sialan!" katanya menyumpah kesal.

Tanpa mempedulikan rasa sakit, ia melompat lagi ke punggung kudanya, dan langsung menghelanya. Baru beberapa tombak, kudanya tersandung lagi. Suraqah semakin kesal sekaligus heran. Belum pernah ia mengalami kejadian seperti ini. Sempat terbesit di hatinya, ingin kembali saja ke kampungnya. Tapi ambisinya untuk memiliki seratus ekor unta membakar semangatnya untuk memacu lagi kudanya.

Tiba-tiba dada Suraqah berdesir. Kegembiraan yang luar biasa meluap dalam hatinya. Tidak begitu jauh di depan, ia melihat tiga orang sedang berjalan. Ia yakin mereka adalah objek buruannya. Pelan-pelan ia mendakat. Dan dalam jarak yang sangat dekat, tangannya bergerak mengambil busur. Aneh, tiba-tiba tangannya menjadi kaku, sedikitpun tak dapat digerakkan. Kaki kudanya terbenam pasir. Debu-debu berterbangan di sekitarnya, membuat matanya kelilipan dan tak dapat melihat. Dicobanya menggertak kuda tetapi sia-sia saja. Kaki kudanya lekat di bumi bagai dipaku. Dalam keadaan panik, Suraqah akhirnya berteriak, "Hai, berdo'alah kepada Tuhan kalian, supaya Dia melepaskan kaki kudaku. Aku berjanji tidak akan mengganggu kalian!"

يا محمد الأمان  الأمان  الأمان

"Ya Muhammad Keamanan keselamatan"

Rasulullah menoleh, tersenyum, dan berdo'a. Sungguh menakjubkan, kaki kuda Suraqah terbebas dari jepitan pasir. Suraqah merasa heran dan kagum. Namun rasa tamak sudah menguasai dirinya. Melupakan janjinya, secara tiba-tiba ia maju menerjang Rasulullah. Malang baginya, kaki kudanya terperosok lagi, bahkan lebih parah dari semula. Rasa takut menggentarkan hati Suraqah. Ia segera memohon belas kasihan kepada Rasulullah.

"Ambillah perbekalanku, harta, dan senjataku. Aku berjanji, demi Allah, tidak akan mengganggu kalian lagi," ucap Suraqah.

"Kami tidak butuh hartamu. Jika kamu menyuruh kembali setiap orang yang hendak mengejar kami, itu sudah cukup bagi kami," jawab Rasulullah saw. Rasulullah lantas berdo'a, dan bebaslah Suraqah dan kudanya.

"Demi Tuhan, saya tidak akan mengganggu tuan-tuan lagi. Aku akan menyuruh kembali setiap orang yang berusaha melacak kalian sesudahku nanti," janji Suraqah seraya beranjak kembali.

"Apa yang engkau kehendaki dari kami?" tanya Rasulullah.

"Demi Allah, wahai Muhammad, saya yakin agama yang engkau bawa akan menang dan kekuasaan engkau akan tinggi. Berjanjilah padaku, apabila aku nanti datang menemuimu, sudilah engkau bermurah hati padaku."

يا سراقة كيف أنت تقتلنى وبيديك سوارى كسر من الذهب

"Hai Suraqah, bagaimana bagaimana enkau membunuhku, sementara nanti pada suatu waktu engkau memakai gelang kebesaran Kisra?" tanya Rasulullah.

"Gelang kebesaran Kisra bin Hurmuz?" cetus Suraqah kaget.

"Ya, gelang kebesaran Kisra bin Hurmuz!"

"Tuliskanlah itu untuk saya."

Rasulullah menyuruh Abu Bakar menulis pada sepotong tulang(ada yang mengatakan di kertas), lalu beliau memberikan tulang itu kepada Suraqah.
1. Suroqoh tidak memberi kalau bertemu di pantai ini
2. Muhammad menjamin keselamatan suroqoh kapanpun.

Setelah yakin Rasulullah bisa melanjutkan kembali perjalanannya dengan aman, Suraqah kembali pulang. Di tengah jalan ia berpapasan dengan orang-orang yang hendak mengejar Rasulullah.
Maka Suroqoh berkata, "Kembalilah kalian semuanya! Telah kuperiksa seluruh tempat dan jalan-jalan yang mungkin dilaluinya. Namun aku tidak menemukan Muhammad! dan kalian semua tidak sepandai aku dalam mencari jejak!" teriak Suraqah kepada mereka.

Dengan kecewa, orang-orang itu mengurungkan niatnya. Sementara Suraqah tetap merahasiakan pertemuannya dengan Rasulullah. Setelah ia yakin benar Rasulullah telah tiba di Madinah, barulah ia membuka rahasia itu. Mendengar cerita Suraqah, Abu Jahal marah besar dan berteriak, "Pengecut! Tak tahu malu! Engkau benar-benar bodoh!" teriak Abu Jahal.

جواب سراقة :  يا أبا حكم والله لو كنت شاهداً لأمر جوادي إذ تسوخ قوائمه عجبت ولم تشكك بأن محمداً رسول وبرهان فمن ذا يقاومه عليك بكف القوم عنه فإنني أرى أمره يوماً ستبدو معالمه

"Hai Abu Hakam(abu jahal), demi Allah jika engkuu menyaksikan, kudaku yang terperosok kaki-kakinya, Aku heran dan tidak ragu lagi, bahwa Muhammad adalah seorang rasul dan bukti nyata, maka siapa yang hendak melawannya aku minta kamu menghentikan kaum darinya, Karena aku telah buktikan hari ini, yang akan tampak nyata pilar-pilarnya(akibatnya)

"Hai Abul Hakam! Demi Allah, kalaulah engkau mengalami peristiwa yang kualami ketika kaki kudaku amblas ke dalam pasir, engkau akan yakin dan tak akan ragu sedikit pun, bahwa Muhammad itu benar-benar utusan Allah. Nah, siapa yang sanggup menantangnya, silakan!" sahut Suraqah tak kalah galaknya.

Hari terus berganti. Sepuluh tahun kemudian, Rasulullah yang dulunya harus meninggalkan kampung halamannya berhasil menaklukkan Makkah, kota kelahirannya. Saat itulah, para pembesar Quraisy yang selama ini memusuhinya, datang menghadap dengan kepala tunduk. Rasa takut dan cemas memenuhi hati mereka. Keinginan mereka hanya satu: mohon belas kasihan. Dan Rasulullah bukanlah pendendam, karenanya mereka semua dilepas dan dimaafkan. "Pergilah, kalian semua bebas," ucap Rasulullah.

Suroqoh orang To'if ketangkap kaum muslimin

Beberapa saat kemudian, datang seorang lelaki dengan menunggang kuda. Ia ingin sekali menemui Rasulullah. Lelaki itu adalah Suraqah yang ingin menyatakan imannya di hadapan Rasulullah langsung. Tidak lupa dia membawa sepotong tulang bertuliskan perjanjian Rasulullah kepadanya sepuluh tahun yang lalu. Suraqah berhasil menemui Rasulullah di Ju'ranah, di perkemahan pasukan berkuda bersama kaum Anshar. Tetapi orang-orang yang ada di sekitar perkemahan itu tidak mengizinkan Suraqah untuk mendekat. Bahkan di antara mereka ada yang memukulnya dengan gagang tombak.

"Berhenti! Berhenti! Hendak ke mana engkau?" cegah mereka.

Suraqah diam saja. Pukulan dan upaya para sahabat untuk menghalanginya tidak ia hiraukan. Ia terus menyeruak di antara mereka hingga bisa mendekati Rasulullah yang sedang duduk di atas unta. Begitu Rasulullah melihatnya, Suraqah segera mengangkat tulang yang dipegangnya.

"Wahai Rasulullah, saya Suraqah bin Malik. Dan ini tulang bertuliskan perjanjian engkau kepadaku dahulu."

قال رسول : يوم بر ووباء

"Mendekatlah ke sini wahai Suraqah, mendekatlah! Hari ini adalah hari menepati janji!" sahut Rasulullah.

Di hadapan Rasulullah, Suraqah mengikrarkan keislamannya. Tak lama kemudian, hanya dalam waktu lebih kurang sembilan bulan sesudah ia menyatakan masuk Islam, Rasulullah kembali menghadap Allah swt. Semua sahabat bersedih, tak terkecuali Suraqah. Bayangan masa lalunya muncul, ketika ia hendak membunuh Rasulullah yang mulia, hanya karena mengharapkan seratus ekor unta. Padahal sekarang andaikata seluruh unta di muka bumi dikumpulkan untuknya, tiadalah berharga dibanding seujung kuku Nabi. Tanpa disadarinya, dia mengulang ucapan Rasulullah kepadanya, "Bagaimana, hai Suraqah, jika engkau memakai gelang kebesaran Kisra?"

perang Qodsiyah

Sepeninggal Rasulullah, ummat Islam dipimpin oleh Abu Bakar. Tapi, hingga Abu Bakar wafat Suraqah belum mendapatkan janji Rasulullah itu. Karena memang Persia belum ditaklukkan. Namun Suraqah tidak pernah ragu, suatu waktu janji itu pasti terbukti. Barulah pada akhir masa khalifah Umar bin Khatab, tentara kaum Muslimin berhasil menaklukkan kerajaan Persia.

Beberapa utusan panglima Sa'ad bin Abi Waqqash yang telah menaklukkan Persia itu tiba di Madinah. Di samping melaporkan kemenangan-kemenangan yang dicapai tentara Muslim, mereka juga menyetorkan seperlima harta rampasan perang yang diperoleh selama mereka berjuang menegakkan kalimatullah.

Khalifah Umar tertegun memandangi tumpukan rampasan perang itu. Ada mahkota raja-raja, pakaian kebesaran kerajaan bersulam, dan benda-benda lain yang sangat indah. Khalifah membalik-balik tumpukan itu dengan tongkatnya. Kemudian berpaling kepada orang-orang yang hadir di sekitarnya seraya berkata, "Alangkah jujurnya orang-orang yang menyetorkan semua ini."

Ali bin Abi Thalib yang turut hadir ketika itu menyahut, "Wahai Amirul Mukminin, lantaran engkau jujur maka rakyat pun jujur pula. Tetapi bila engkau curang, maka rakyat akan curang pula."

Khalifah Umar mengambil dua gelang kebesaran Kisra dan menyerahkannya kepada Suraqah bin Malik dan memerintahkan untuk berkeliling, kemudian beliau memanggil suroqoh "

يا سراقة أتسمعوا نى , قل ما قال نبيك فى  هجرة

Saat itulah Suraqah teringat kembali janji Rasulullah kepadanya. Setelah menanti sekian lama, janji itu terbukti sudah. 

 صدق رسول الله

"Benar apa yang dikatakan rasulullah"
Rasa haru dan bahagia bergetar di hatinya. Sungguh besar hidayah Allah yang telah membuatnya percaya pada kerasulan Muhammad saw. Ia juga tidak akan pernah melupakan kasih sayang Rasulullah, yang telah memaafkannya padahal ia hendak membunuhnya. Ya, kasih sayang itu terus dikenangnya, bahkan dirindukannya hingga akhir hayatnya.

Mukjizat Muhammad

Mukjizat Nabi Muhammad (معجزات محمد) adalah kemampuan luar biasa yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk membuktikan kenabiannya.[1] Dalam Islam, mukjizat terjadi hanya karena izin Allah, di antara mukjizat Nabi Muhammad adalah Isra dan Mi'raj dalam tidak sampai satu hari. Selain itu, Nabi Muhammad Saw juga pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah, wahyu Al-Qur'an, dll.

Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah Bersabda, “Tidak ada seorang pun di antara para nabi kecuali mereka diberi sejumlah mukjizat yang di antaranya manusia beriman kepadanya dan mukjizat yang aku terima adalah wahyu. Allah mewahyukannya kepadaku. Maka aku berharap kiranya menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat.”[2]

Menurut syariat Islam, tidak ada mukjizat yang diberikan Allah kepada seorang nabi melainkan mukjizat itu pun diberikan kepada Nabi saw. secara persis sama atau bahkan lebih hebat.[3] Seperti Sulayman yang sanggup berbicara kepada hewan, Isa yang dapat mengetahui rahasia hati umatnya dan seterusnya.

Irhasat (Pertanda)

Tradisi Islam banyak menceritakan bahwa pada masa kelahiran dan masa sebelum kenabian, Nabi Muhammad SAW sudah diliputi banyak irhasat (pertanda).[4] Muhammad dilahirkan pada tanggal 22 April 570 di kalangan keluarga bangsawan Arab, Bani Hasyim. Ibnu Hisyam, dalam Sirah Nabawiyah menuliskan Muhammad memperoleh namanya dari mimpi ibunya,[5] Aminah binti Wahab ketika mengandungnya. Aminah memperoleh mimpi bahwa ia akan melahirkan "pemimpin umat". Mimpi itu juga yang menyuruhnya mengucapkan, "Aku meletakkan dirinya dalam lindungan Yang Maha Esa dari segala kejahatan dan pendengki." Kisah Aminah dan Abdul Muthalib juga menunjukkan bahwa sejak kecil Muhammad adalah anak yang luar biasa.[6]

Berikut ini adalah irhasat yang terjadi pada saat sebelum, sesudah kelahiran dan masa kecil Muhammad:

Sebelum dan sesudah kelahiran

Aminah binti Wahab, ibu Muhammad pada saat mengandung Rasulullah Muhammad SAW tidak pernah merasa lelah seperti wanita pada umumnya,

Raja Khosrow (Kekaisaran Sassania dari Persia) dan para pendita Majusi bermimpi yang menakutkan.[7]

Dinding istana Raja Khosrow tiba-tiba retak dan empat belas menaranya Dewan Kekaisaran ini runtuh,[8]

Padamnya api yang disembah penganut Agama Majusi secara tiba-tiba,[8]

Terjadinya gempa yang merobohkan tempat ibadah di sekitar Kerajaan Rum,

Danau dan sawah mengering.[8]

Saat melahirkan Muhammad, Aminah binti Wahab tidak merasa sakit seperti wanita sewajarnya.

Keluarnya cahaya dari faraj Aminah yang menerangi istana negeri Syam.[9]

Muhammad dilahirkan dalam keadaan sudah berkhitan.[10]

Lahir dengan tali pusar sudah terputus.[11]

Balita dan kanak-kanak

Halimah binti Abi-Dhua'ib, ibu susuan Muhammad dapat menyusui kembali setelah sebelumnya ia dinyatakan telah kering susunya.[12] Halimah dan suaminya pada awalnya menolak Muhammad karena yatim. Namun, karena alasan ia tidak ingin dicemooh Bani Sa'd, ia menerima Muhammad. Selama dengan Halimah, Muhammad hidup nomaden bersama Bani Sa'd di gurun Arab selama empat tahun.[13]

Ternak kambing Halimah menjadi gemuk-gemuk dan susunya pun bertambah,[14]

Pada usia 5 bulan ia sudah pandai berjalan, usia 9 bulan ia sudah mampu berbicara dan pada usia 2 tahun ia sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing.

Abdul Muthalib, kakek Muhammad menuturkan bahwa berhala yang ada di Ka'bah tiba-tiba terjatuh dalam keadaan bersujud saat kelahiran Muhammad. Ia juga menuturkan bahwa ia mendengar dinding Ka'bah berbicara, "Nabi yang dipilih telah lahir, yang akan menghancurkan orang-orang kafir dan membersihkan dariku dari beberapa patung berhala ini, kemudian memerintahkan untuknya kepada Zat Yang Merajai Seluruh Alam Ini."[15]

Ketika Muhammad berusia empat tahun,[16] ia pernah dibedah perutnya oleh dua orang berbaju putih yang terakhir diketahui sebagai malaikat. Peristiwa itu terjadi di ketika Muhammad sedang bermain dengan anak-anak Bani Sa'd dari suku Badui. Setelah kejadian itu, Muhammad dikembalikan oleh Halimah kepada Aminah.[17] Sirah Nabawiyyah, memberikan gambaran detai bahwa kedua orang itu, "membelah dadanya, mengambil jantungnya, dan membukanya untuk mengelurkan darah kotor darinya. Lalu mereka mencuci jantung dan dadanya dengan salju."[18] Peristiwa seperti itu juga terulang 50 tahun kemudian saat Muhammad diIsra'kan ke Yerusalem lalu ke Sidratul Muntaha dari Mekkah.[19]

Dikisahkan pula pada masa kecil Muhammad, ia telah dibimbing oleh Allah. Hal itu mulai tampak setelah ibu dan kakeknya meninggal. Dikisahkan bahwa Muhammad pernah diajak untuk menghadiri pesta dalam tradisi Jahiliyah, namun dalam perjalanan ke pesta ia merasa lelah dan tidur di jalan sehingga ia tidak mengikuti pesta tersebut.[20]

Remaja

Pendeta Bahira menuturkan bahwa ia melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad. Muhammad saat itu berusia 12 tahun sedang beristirahat di wilayah Bushra dari perjalannya untuk berdagang bersama Abu Thalib ke Syiria. Pendeta Bahira menceritakan bahwa kedatangan Muhammad saat itu diiringi dengan gumpalan awan yang menutupinya dari cahaya matahari. Ia juga sempat berdialog dengan Muhammad dan menyaksikan adanya sebuah "stempel kenabian" (tanda kenabian) di kulit punggungnya.[21]

Tanah yang dilalui oleh unta Muhammad diperpendek jaraknya oleh Jibril, sebelah sisi kanan dijaga oleh Israfil dan sisi kirinya dijaga oleh Mikail kemudian mendung menaunginya.[22][23]

Mukjizat

Berikut adalah mukjizat-mikjizat yang diperolehnya ketika Muhammad telah menerima wahyu ketika ia berusia 40 tahun. Abu Sa'ad an-Nisaburi menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Kitabu Syarafil Musthafa, bahwa kekhususan Muhammad berjumlah enam puluh. Sebagian ulama menyebutkan bahwa Nabi saw. telah dianugerahi tiga ribu mukjizat dan kekhususan. Sedangkan di dalam Al-Quran itu sendiri terdapat sekitar enam puluh ribu mukjizat. [24].

Fisik

Dapat melihat dengan jelas dalam keadaan gelap.[25]

Wajah Muhammad memancarkan cahaya dikegelapan pada waktu sahur.[26]

Dua Sahabat Muhammad dibimbing oleh dua cahaya, setelah bertemunya.[27]

Peluh yang keluar dari tubuh Muhammad memiliki bau harum,[28] jika Muhammad berjabat tangan dengan seseorang maka aroma harum itu akan membekas selama beberapa hari ditangan orang tersebut. [29]

Tubuh Muhammad memancarkan petir ketika hendak di bunuh oleh Syaibah bin 'Utsman pada Perang Hunain.

Muhammad yang sanggup menghancurkan batu besar dengan tiga kali pukulan, dikala menjelang Perang Khandaq, padahal pada saat itu Muhammad belum makan selama 3 hari.[30]

Muhammad sanggup merubuhkan seorang pegulat bertubuh tinggi dan kekar, Rukanah al-Mutthalibi bin Abdu Yazid hanya dengan dua kali dorongan saja.[31]

Do'a

Mendo'akan kedua mantan menantunya (Uthbah dan Uthaibah) dimakan binatang buas, setelah mereka berkata kasar kepada Muhammad.[32]

Mendoakan untuk menumbuhkan gigi salah seorang sahabatnya bernama Sabiqah yang rontok sewaktu perang.

Mendoakan Anas bin Malik dengan banyak harta dan anak.[33]

Mendoakan supaya Kerajaan Kisra hancur, kemudian doa tersebut dikabulkan.[34]

Mendoakan Ibnu Abbas menjadi orang yang faqih dalam agama Islam.[35]

Kharisma dan kewibawaan

Tatapan mata membuat Umar bin Al-Khaththab dan Abu Jahm lari terbirit-birit, ketika mereka berencana untuk membunuh Muhammad pada malam hari.[36]

Tatapan mata yang menggetarkan Ghaurats bin Harits, yaitu seorang musuh yang pernah menghunus pedang kearah leher Muhammad.[37]

Menjadikan tangan Abu Jahal kaku.

Jin yang bernama Muhayr bin Habbar membantu dakwah Muhammad, kemudian jin itu diganti namanya oleh Muhammad menjadi Abdullah bin Abhar.

Menghilang, menidurkan dan mengalahkan musuh

Menghilang saat akan dibunuh oleh utusan Amr bin at-Thufail dan Ibad bin Qays utusan dari Bani Amr pada tahun 9 Hijriah atau Tahun Utusan.[38]

Menghilang saat akan dilempari batu oleh Ummu Jamil, bibi Muhammad ketika ia duduk di sekitar Ka'bah dengan Abu Bakar.[39]

Menghilang saat akan dibunuh Abu Jahal dimana saat itu ia sedang salat.[40]

Menidurkan 10 pemuda Mekkah yang berencana membunuhnya dengan taburan pasir. Keluarnya beliau melalui orang-orang yang menunggunya di pintu rumahnya untuk membunuhnya.

Melemparkan segenggam tanah ke arah musuh sehingga mereka dapat dikalahkan pada Perang Hunain.

Fenomena Alam

Menghentikan gempa yang terjadi di Mekkah[41] dan Madinah,[42] dengan cara menghentakkan kakinya dan memerintahkan bukit supaya tenang.

Menurunkan hujan[43] dan meredakan banjir saat musim kemarau tahun 6 Hijriah di Madinah yang saat itu mengalami musim kemarau.[44]

Berbicara dengan gunung untuk mengeluarkan air bagi Uqa'il bin Abi Thalib yang kehausan.

Menahan matahari tenggelam.[45]

Membelah bulan dua kali untuk membuktikan kenabiannya pada penduduk Mekkah.[46][47]

Bumi menelan seorang Quraisy yang hendak membunuh Muhammad dan Abu Bakar pada saat hijrah.

Makanan dan minuman

Paha kambing yang telah diracuni berbicara kepada Muhammad setelah terjadi Perang Khaibar.[48]

Makanan yang di makan oleh Muhammad mengagungkan Nama Allah.[49]

Makanan sedikit yang bisa dimakan sebanyak 800 orang pada Perang Khandaq.[50]

Roti sedikit cukup untuk orang banyak.[51]

Sepotong hati kambing cukup untuk 130 orang.[52]

Makanan yang dimakan tidak berkurang justru bertambah tiga kali lipat.[53]

Menjadikan beras merah sebanyak setengah kwintal yang diberikan kepada orang Badui Arab tetap utuh tidak berkurang selama berhari-hari.[54]

Ikan al Anbar menjadi hidangan bagi 300 pasukan Muhammad.[55]

Menjadikan minyak samin Ummu Malik tetap utuh tidak berkurang walau telah diberikan kepada Muhammad. [56]

Air memancar dari sela-sela jari.[57] Kemudian air itu untuk berwudhu 300 orang sahabat hanya dengan semangkuk air.[58][59][60]

Wadah yang selalu penuh dengan air, walau sudah dituangkan hingga habis.[61]

Mengeluarkan air dari sumur yang ada di tengah gurun pasir, ketika Khalid bin walid pada saat itu masih menjadi musuhnya.[62]

Mengeluarkan mata air baru untuk pamannya Abu Thalib yang sedang kehausan.[63]

Semangkuk susu yang bisa dibagi-bagikan kepada beberapa orang-orang Shuffah, Abu Hurayrah dan Muhammad.[64]

Susu dan kencing unta bisa menyembuhkan penyakit orang Urainah.[65]

Bayi, hewan, tumbuhan dan benda mati

Seorang bayi berumur satu hari bersaksi atas kerasulan Muhammad.[66]

Bayi berumur 2 tahun memberi salam kepada Muhammad.[67]

Persaksian seekor srigala[68] dan dhab (sejenis biawak pasir)[69][70] terhadap kerasulan Muhammad.

Seekor kijang berbicara kepada Muhammad.[71]

Berbicara dengan beberapa ekor unta.[72][73][74]

Unta besar yang melindungi Muhammad dari kejahatan Abu Jahal.[75]

Seekor burung mengadu kepada Muhammad tentang kehilangan anaknya.[76]

Pohon kurma dapat berbuah dengan seketika.[77]

Batang pohon kurma meratap kepada Muhammad.[78][79][80]

Sebuah tandan kurma yang bercahaya diberikan kepada Qatadah bin Nu'man sebagai obor penerang jalannya pulang.[81]

Pohon menjadi saksi dan dibuat berbicara kepada Muhammad dan orang dusun (Arab Badui).[82][83]

Memerintahkan pohon untuk menjadi penghalang ketika Muhammad hendak buang hajat pada suatu perjalanan.[84]

Batang kayu yang kering menjadi hijau kembali ditangannya.

Permadani yang besaksi atas kerasulan Muhammad atas permintaan Malik bin as-Sayf.[85]

Mimbar menangis setelah mendengar bacaan ayat-ayat Allah.[86]

Batu,[87] pohon dan gunung[88] memberi salam kepada Muhammad.[89]

Batu kerikil bertasbih ditelapak tangan Muhammad.[90]

Memanggil batu agar menyeberangi sungai dan mengapung, menuju kearah Muhammad dan Ikrimah bin Abu Jahal.[91]

Berhala-berhala runtuh dengan hanya ditunjuk oleh Muhammad.[92]

Memberinya sebatang kayu yang berubah menjadi pedang kepada Ukasyah bin Mihsan, ketika pedangnya telah patah dalam sebuah pertempuran.

Berbicara dengan gilingan tepung Fatimah yang takut dijadikan batu-batu neraka.

Merubah emas hadiah raja Habib bin Malik menjadi pasir di Gunung Abi Qubaisy.

Memerintahkan gilingan tepung untuk berputar dengan sendirinya.[93]

Secara tiba-tiba ada sarang laba-laba, dua ekor burung yang sedang mengeramkan telur dan cabang-cabang pohon yang terkulai menutupi mulut gua di Gunung Thur, sewaktu Muhammad dan Abu Bakar bersembunyi dari kejaran orang Quraisy.[94]

Menyembuhkan

Menyembuhkan betis Ibnu al-Hakam yang terputus pada Perang Badar, kemudian Muhammad meniupnya, lalu sembuh seketika tanpa merasakan sakit sedikit pun.

Menyembuhkan mata Qatadah tergantung di pipinya yang terluka pada Perang Uhud, kemudian oleh Muhammad mata tersebut dimasukkan kembali dan menjadi lebih indah dari sebelumnya.[95][96]

Menyembuhkan daya ingat Abu Hurayrah yang pelupa.[97]

Menyembuhkan kaki Abdullah bin Atik yang patah sehingga pulih seperti sedia kala.[98]

Menyembuhkan luka sayatan di betis Salamah bin al-Akwa pada Perang Khaibar.[99]

Menyembuhkan penyakit mata Ali bin Abi Thalib saat pemilihan pembawa bendera pemimpin dalam Perang Khaibar.[100]

Menyembuhkan luka gigitan ular yang diderita Abu Bakar dengan ludahnya saat bersembunyi di Gua Hira[101] (dalam kisah lain dikatakan Gua Tsur)[102] dari pengejaran penduduk Mekah.

Menyembuhkan luka bakar ditubuh anak kecil yang bernama Muhammad bin Hathib dengan ludahnya.[103]

Menyembuhkan luka bakar Amar bin Yasir yang telah dibakar oleh orang-orang kafir.[104]

Menyembuhkan anak yang bisu sejak lahir, sehingga bisa berbicara.[105][106]

Menyembuhkan mata ayah Fudayk yang putih semua dan buta.[107]

Air seni Muhammad pernah terminum oleh pembantunya yang bernama Ummu Aiman, sehingga menyembuhkan sakit perut pembantunya.[108]

Mengembalikan penglihatan orang yang buta.[109]

Menyembuhkan penyakit lumpuh seorang anak.[110]

Mengobati penyakit gila seorang anak.[111]

Menyembuhkan tangan wanita yang lumpuh dengan tongkatnya.

Menyembuhkan penyakit kusta istri Mu'adz bin Afra' dengan tongkatnya.[112]

Menyambung tangan orang Badui yang putus setelah dipotong oleh dirinya sendiri sehabis menampar Muhammad.

Menyembuhkan putri raja yg cacat tanpa tangan & kaki.

Mengeluarkan susu dan menyembuhkan penyakit pada domba milik Ummu Ma'bad.[113][114]

Menghidupkan orang mati

Menghidupkan anak perempuan yang telah mati lama dikuburannya.[115]

Hal ghaib dan ru'yah

Mendapatkan bantuan dari Malaikat Jundallah ketika dalam Perang Badar.[116]

Mengetahui kejadian yang tidak dilihat olehnya.[117]

Mengetahui apa yang telah terjadi, sedang terjadi, yang akan terjadi.

Sanggup melihat dibalik punggungnya seperti melihat dari depan.[118][119]

Sanggup melihat dan mendengar apa yang ada dilangit dan bumi.[120]

Sanggup mengetahui isi hati sahabat dan lawannya.

Mengetahui yang terjadi di dalam kubur.[121]

Mengetahui ada seorang Yahudi yang sedang disiksa dalam kuburnya.[122]

Meramalkan seorang istrinya ada yang akan menunggangi unta merah, dan disekitarnya ada banyak anjing yang menggonggong dan orang tewas. Hal itu terbukti pada Aisyah pada saat Perang Jamal di wilayah Hawwab yang mengalami kejadian yang diramalkan Muhammad.[123]

Meramalkan istrinya yang paling rajin bersedekah akan meninggal tidak lama setelahnya dan terbukti dengan meninggalnya Zainab yang dikenal rajin bersedekah tidak lama setelah kematian Muhammad.[124]

Meramalkan Abdullah bin Abbas akan menjadi "bapak para khalifah" yang terbukti pada keturunah Abdullah bin Abbas yang menjadi raja-raja kekhalifahan Abbasiyah selama 500 tahun.[125]

Meramalkan umatnya akan terpecah belah menjadi 73 golongan.[126]

Mengetahui nasib cucu-cucunya dikemudian hari, seperti nasib Hasan yang akan bermusuhan dengan Mua'wiyyah bin Abu Sufyan beserta keturunannya. Nasib Husain yang akan dibantai tentara Yazid, anak lelaki Mua'wiyyah disebuah Padang Karbala.[127]

Mengetahui akan adanya Piagam Pemboikotan oleh tokoh-tokoh Quraisy.

Mukjizat terbesar

Isra dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu Mi'raj dari Baitul Maqdis ke Sidratul Muntaha, untuk menerima perintah salat dalam waktu tidak sampai satu malam.

Menerima firman Tuhan melalui wahyu yang kemudian dijadikan satu bundel dengan nama Al-Qur'an.

Mengalami fisik terluka dan sakit

Dari kesemua mukjizat yang dimilikinya, ia pernah mengalami sakit seperti halnya manusia pada umumnya. Keadaan-keadaan yang dialami fisik Muhammad seperti terluka karena pukulan, sabetan pedang bahkan rasa sakit akibat demam sama seperti apa yang sering dialami oleh fisik manusia biasa.

Dalam sejarah Islam, beberapa kali Muhammad terluka dan mengalami kesakitan akibat peperangan dengan musuhnya, di antaranya ketika terjadinya Perang Uhud, dalam kondisi yang sangat kritis itu, 'Utbah bin Abi Waqqash melempar Muhammad dengan batu sehingga ia terjatuh, mengakibatkan gigi seri bawah kanan terkena dan juga melukai bibir bawahnya.

Kemudian Abdullah bin Syihab Al Zuhry tiba-tiba mendekati Muhammad dan memukul hingga keningnya terluka, tidak hanya itu saja datang pula Abdullah bin Qami'ah seorang penunggang kuda mengayunkan pedang ke bahu Muhammad dengan pukulan yang keras, pukulan pedang itu tidak sampai menembus dan merusak baju besi yang ia kenakan.

Lalu kembali Abdullah bin Syihab Al Zuhry memukul di bagian tulang pipi Muhammad hingga ada dua keping lingkaran rantai topi besi yang terlepas menembus pipi Muhammad dan akibat pukulan pedang itu ia mengalami kesakitan selama sebulan.

Peristiwa lain yang dialami oleh Muhammad, bahwa ia-pun mengalami sakit demam, bahkan menurut hadits dikisahkan demamnya lebih parah, melebihi demam yang dialami dua orang dewasa. Sebagaimana yang pernah diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud.[128]

Apa yang dialami oleh Muhammad seperti yang dikisahkan di atas, menunjukkan bahwa ia juga mengalami keadaan yang sama seperti manusia pada umumnya, sesuai dengan fitrah sebagai manusia biasa.

Catatan kaki

^ Abu Zahra (1990)

^ Hadits riwayat Muttafaq ‘alaih dengan lafal Muslim

^ Umar bin Sawad mengatakan bahwa Imam Syafi’i rahimahullah berkata kepadanya, “Apa yang Allah berikan kepada para nabi maka hal itu pun diberikan kepada Nabi Muhammad saw...”

^ Perbedaan Mukjizat, Irhasat dan Khawariq di www.Scribd.com

^ Ibnu Hisyam, Al-Sirah Al-Nabawiyyah, 1: 293. Makna dari nama Muhammad adalah "Orang yang sering dipuji" atau "Orang yang layak dipuji."

^ Ramadan (2007). hal 34

^ Bihar Al-Anwar, XV, Bab 3, ms 231-248.

^ a b c Beberapa irhasat (petanda-petanda) kebangkitan seorang rasul telah berlaku beberapa ketika, sebelum kelahiran Rasulullah, di antaranya runtuhan empat belas anjung dewan Kisra Parsi, terpadamnya api yang disembah penganut agama majusi, robohnya gereja-gereja di sekitar Romawi yang sebelum ini penuh sesak dengan para pengunjung, danau dan sawah mengering. (Kisah ini diriwayatkan oleh al- Baihaqi).

^ Ibnu Sa'd meriwayatkan bahwa ibu Rasulullah (s.a.w) menceritakan: " Ketika ku melahirkannya, satu cahaya telah keluar dari farajku, menerangi mahligai-mahligai di negeri Syam", periwayatannya hampir sama dengan apa yang diriwayatkan oleh al-Irbadh bin Sariah.

^ Rasulullah SAW bersabda: Di antara kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepadaku adalah, aku dilahirkan dalam keadaan sunah dikhitan, karena itu tidak ada orang yang melihat aurat/kemaluanku. (HR. al- Thabrani, Abu Nuaym, al Khatib dan ibn Asakir) (diriwayatkan dari Ibn Abbas, Ibn Umar, Anas, Abu Hurairah. menurut Diya^ al Maqdisi, hadits ini shahih. Al Hakim selain menilai shahih, juga mengatakan mutawatir. Lihat al Khasa^is al kubra, Jlid.1, hal. 90-91)

^ Kisah dari Ibnu Adiy dan Ibnu Asakir dari Ibnu Abbas, al Dhiya al Maqdisi dari Abbas Ibnu Abdul Muthalib dan Ibnu Asakir dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW lahir dalam keadaan tali pusar sudah putus. (Hadist ini tidak sepopuler dan sekuat hadits yang menceritakan kalau Beliau SAW terlahir dalam keadaan sunah dikhitan)

^ Kauma (2000), hal 42

^ Ramadan (2007). hal 35

^ "Halimah kemudian mengambil Muhammad dan dibawanya pergi bersama2 dgn teman2nya ke pedalaman. Dia bercerita, bahwa sejak diambilnya anak itu, ia merasa mendapat berkah. Ternak kambingnya gemuk2 dan susunya pun bertambah. Tuhan telah memberkati semua yg ada padanya." Sejarah Hidup Muhammad, karangan Muhammad Husain Haekal, bab III, Muhammad: Dari Kelahiran sampai Perkawinannya, hal 57.

^ Kauma (2000), hal 43

^ Menurut pendapat mayoritas pakar sejarah, saat itu Muhammad berusia empat atau lima tahun. Namun, Ibnu Ishaq berpendapat bahwa usia Muhammad saat itu adalah tiga tahun

^ Ramadan (2007). hal 42

^ Ibnu Hisyam, Al-Sirah Al-Nabawiyyah, 1: 302.

^ Ramadan (2007), hal 43

^ Ramadan (2007). hal 46

^ Ibnu Hisyam, Al-Sirah Al-Nabawiyyah, 1: 319 : Ibnu Hisyam dalam bukunya menuturkan bahwa "Stempel Kenabian" adalah tanda yang terdapat pada setiap nabi yang tertulis dalam kitab Pendeta Bahira

^ Dalam kitab as-Sab'iyyatun fi Mawadhil Bariyyat. Kejadian ini berlangsung selama perjalanan dari Syiria ke pulang ke Mekkah, ketika Muhammad diperintahkan Maysarah membawakan suratnya kepada Khadijah saat perjalanan masih 7 hari dari Mekkah. Namun, Muhammad sudah sampai di rumah Khadijah tidak sampai satu hari. Allah memerintahkan pada malaikat Jibril, Mikail, dan mendung untuk membantu Muhammad. Jibril diperintahkan untuk melipat tanah yang dilalui unta Muhammad dan menjaga sisi kanannya sedangkan Mikail diperintahkan menjaga di sisi kirinya dan mendung diperintahkan menaungi Muhammad. Kauma (2000), hal 90-91

^ [http://teladan98.tripod.com/teladan168.htm Nabi Muhammad Pulang Ke Makkah.

^ Books.Google.com Benarkah Nabi Muhammad & Umatnya Lebih Istimewa hal 39 By Al-Imam Al Hafidz Ahmad bin Muhammad Al Qasthalani. (Lihat Syahru Mawahibil Laduniyyah, V/206)

^ Diriwayatkan oleh Ibn Adiy, al Baihaqy dan Ibnu ‘Asakir dari ‘Aisyah RA mengisahkan “bahwa Rasululloh SAW dapat melihat dalam keadaan gelap maupun terang”(lihat Al-Khasa’is al-Kubra Karya al-Suyuti jilid1, hal.104)

^ Aisyah berkata bahwa: "Ketika aku sedang menjahit baju pada waktu sahur (sebelum subuh) maka jatuhlah jarum dari tanganku, kebetulan lampu pun padam, lalu masuklah Rasulullah SAW. Ketika itu juga aku dapat mengutip jarum itu kerana cahaya wajahnya, lalu aku berkata, "Ya Rasulullah alangkah bercahayanya wajahmu! Seterusnya aku bertanya: "Siapakah yang tidak akan melihatmu pada hari kiamat?" Jawab Rasulullah SAW: "Orang yang bakhil." Aku bertanya lagi: "Siapakah orang yang bakhil itu?" Jawab baginda: "Orang yang ketika disebut namaku di depannya, dia tidak mengucap shalawat ke atasku."

^ Diriwayatkan oleh Anas bin Malik: Ada dua orang sahabat Nabi SAW meninggalkan Nabi SAW. Ditengah malam yang gelap gulita keduanya berjalan dengan ada dua sinar yang menerangi perjalanan keduanya yang ada di depannya. Tatkala keduanya berpisah diperempatan jalan, masing-masing setiap orang ditemani sebuah sinar yang membimbing mereka pulang ke rumah." (Sahih Bukhari, Juz 1, Buku8, no 454).

^ Dari Anas bin Malik RA: Nabi biasa memasuki rumah Ummu Sulaim dan tidur di atas kasurnya sedangkan Ummu Sulaim sedang pergi. Anas berkata: "Pada suatu hari Rasulullah SAW datang dan tidur di atas kasur Ummu Sulaim, kemudian Ummu sulaim dipanggil dan dikatakan padanya: Ini adalah Nabi SAW tidur di rumahmu dan di atas kasurmu. Anas berkata : Ummu Sulaim datang dan Nabi sedang berkeringat, lalu keringatnya tersebut dikumpulkan di atas sepotong kulit kemudian Ummu Sulaim membuka talinya dan mulai meyerap keringat tersebut lalu memerasnya ke dalam bejana, maka Nabi kaget dan berkata: Apa yang kamu lakukan Ummu Sulaim? Ummu Sulaim berkata: Wahai Rasulullah kami mengharapkan berkahnya bagi anak-anak kami" Beliau berkata: Engkau benar. (HR Muslim 4/1815)

^ Dikisahkan oleh Abu Juhaifah.

^ Diriwayatkan Jabir r.a. (Hadits sahih Bukhari,Volume 5, Book 59, Number 427).

^ Ibnu Hisyam, As-Sirah an-Nabawiyyah, part 1, page 391.

^ Uthbah dan Uthaibah pergi kerumah Rasulallah dengan membawa kedua putri beliau. Meraka berkata kepada Rasul, "Wahai Muhammad! Aku ceraikan putrimu dan aku menjauhi agamamu dan aku tidak akan mengikutimu selama-lamanya!" Melihat kelakuan mantan menantunya yang tidak sopan itu beliau kemudian berdoa, "Semoga mereka mati dengan cara dimakan binatang buas."

^ Diriwayatkan daripada Anas r.a daripada Ummu Sulaim katanya: Wahai Rasulullah! Aku menjadikan Anas sebagai khadammu, tolonglah berdoa untuknya. Rasulullah SAW pun berdoa: Ya Allah, banyakkanlah harta dan anaknya dan berkatilah apa yang diberikan kepadanya. Berkata Anas: "Demi Allah, harta bendaku memang banyak dan anak begitu juga anak dari anakku memang banyak sekali dan sekarang sudah berjumlah lebih dari 100 orang. (Hadits sahih Bukhari, Muslim, kitab kelebihan para sahabat).

^ Shahih Al-Bukhari dan Muslim.

^ Shahih Al-Bukhari dan Muslim.

^ "Aku dan Abu Jahm pernah berkomplot untuk membunuh Rasulallah SAW. Maka aku atur rencana jahat itu bersama Abu Jahm, dan kami sepakati pembunuhan dilaksanakan pada malam hari. Pada suatu malam, berangkatlah kami menuju rumah Rasulallah SAW. Setelah mendengar ketokan kami, pintu segera dibuka oleh beliau sambil membaca surah al-Haqqah. Rasulallah SAW. menatap kami dengan tajam, tiba-tiba Abu Jahm memukul lenganku seraya berkata, 'Selamatkanlah dirimu dengan segera.' Akhirnya kami berdua lari terbirit-birit." (Dikisahkan oleh Umar bin al-Khaththab). Peristiwa yang dialami oleh Umar tersebut termasuk salah satu perkara yang menyebabkan dirinya masuk Islam. 50 mukjizat Rasulullah oleh Fuad Kauma, hal. 13-15.

^ Hadits riwayat Imam Bukhari.

^ Kauma (2000), hal 23-25

^ Ibid, hal 185-187

^ Ibid, hal 28

^ Gempa pertama di Mekkah, Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Kuzaimah, ad-Daruquthni, dan lainnya dari Utsman bin Affan bahwa dia berkata, “Apakah kalian tahu Rasulullah pernah berada di atas Gunung Tsabir di Mekkah. Bersama beliau; Abu Bakar, Umar dan saya. Tiba-tiba gunung berguncang hingga bebatuannya berjatuhan. Maka Rasulullah menghentakkan kakinya dan berkata: Tenanglah Tsabir! Yang ada di atasmu tidak lain kecuali Nabi, Shiddiq dan dua orang Syahid.” (Hadits riwayat Tirmidzi, Ibnu Kuzaimah, ad-Daruquthni, dan lainnya)

^ Gempa kedua di Madinah, hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik, dia berkata: “Nabi naik ke Uhud bersamanya Abu Bakar, Umar dan Utsman. Tiba-tiba gunung berguncang. Maka Nabi menghentakkan kakinya dan berkata: Tenanglah Uhud! Yang ada di atasmu tiada lain kecuali Nabi, Shiddiq dan dua orang syahid.” Di antara pelajaran besar dalam dua riwayat di atas bahwa ternyata gunung tidak layak berguncang saat ada 4 manusia terbaik ada di atasnya. Nabi harus menghentakkan kaki dan mengeluarkan perintah kepada gunung untuk menghentikan guncangan tersebut. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim)

^ Diriwayatkan oleh Anas bin Malik. (Sahih Bukhari, Volumn 002, Bukukan 017, Hadith Nomor;Jumlah 143).

^ Diriwayatkan oleh Anas: Pernah lama Madinah tidak turun hujan, sehingga terjadilah kekeringan yang bersangatan. Pada suatu hari Jumat ketika Rasulullah SAW sedang berkotbah Jumat, lalu berdirilah seorang Badui dan berkata: "Ya Rasulullah, telah rusak harta benda dan lapar segenap keluarga, doakanlah kepada Allah agar diturunkan hujan atas kita. Berkata Anas: Mendengar permintaan badui tersebut, Rasulullah mengangkat kedua tangannya ke langit (berdoa). Sedang langit ketika itu bersih, tidak ada awan sedikitpun. Tiba-tiba berdatanganlah awan tebal sebesar-besar gunung. Sebelum Rasulullah SAW turun dari mimbarnya, hujan turun dengan selebat-lebatnya, sehingga Rasulullah SAW sendiri kehujanan, air mengalir melalui jenggot Beliau. Hujan tidak berhenti sampai Jumat yang berikutnya, sehingga kota Madinah mengalami banjir besar, rumah-rumah sama terbenam. Maka datang Orang Badui berkata kepada Rasulullah SAW, Ya Rasulullah, sudah tenggelam rumah-rumah, karam segala harta benda. Berdoalah kepada Allah agar hujan diberhentikan di atas kota Madinah ini, agar hujan dialihkan ketempat yang lain yang masih kering. Rasulullah SAW kemudian menengadahkan kedua tangannya ke langit berdoa: Allahuma Hawaaliinaa Wa laa Alainaa (Artinya: Ya Allah turunkanlah hujan ditempat-tempat yang ada disekitar kami, jangan atas kami). Berkata Anas: Diwaktu berdoa itu Rasulullah SAW menunjuk dengan telunjuk beliau kepada awan-awan yang dilangit itu, seakan-akan Beliau mengisyaratkan daerah-daerah mana yang harus didatangi. Baru saja Rasulullah menunjuk begitu berhentilah hujan di atas kota Madinah. (Sahih Bukhari, juz 8 no 115).

^ Peristiwa tertahannya matahari tenggelam tidak pernah terjadi kecuali satu atau dua kali saja. Sebagaiman dikisah oleh Abdullah ibn Mas^ud, ia Berkata: "Kami bersama Rasulullah SAW dalam satu peperangan, sampai akhirnya merasa kelelahan, hingga nampak wajah yang pucat dan lesu pada pasukan kaum muslimin dan wajah gembira pada kelompok munafik." Setelah melihat kondisi seperti ini Beliau berkata: "Demi Allah, matahari tidak akan tenggelam sampai kalian ke daerah Ruzaq." Utsman tahu bahwa Allah dan Rasul-Nya tidak bohong, Beliau lalu membeli 14 ekor unta sekaligus makanannya. 9 ekor di antaranya diberikan kepada Nabi SAW, wajah kaum muslimin langsung berseri-seri, sebaliknya wajah kaum munafik merunyam. Lalu Rasulullah mengangkat tangannya sampai terlihat putih ketiaknya.Beliau berdoa mendoakan kebaikan untuk Utsman. (Hadits riwayat al Baihaqy) (lihat Mu^jam Kabir karya al Tabarani, hadist no: 7255). Kisah lainnya adalah sebagai berikut Tercegahnya matahari dari terbenam. Waktu beliau melakukan perjalanan pulang dari Isra’, beliau berjumpa dengan rombongan kafilah; dan ini diberitahukan kepada orang-orang musyrik bahwa rombongan kaiilah itu akan tiba pada hari anu. Tetapi ketika hari yang disebutkan beliau itu tiba, rombongan tersebut masih juga belum datang, padahal matahari sudah hampir tenggelam. Maka dengan izin Allah, matahari itu bertahan, hingga akhirnya rombongan kalilah yang disebutkan oleh beliau itu datang. Matahari kembali muncul sesudah tenggelam. Peristiwa ini terjadi berkata doa Nabi s.a.w. untuk Ali bin Abi Thalib r.a. agar Ali dapat menunaikan salat Ashar pada waktunya.

^ "Telah hampir saat (qiamat) dan telah terbelah bulan." (Quran, 54:1). Berita tentang terbelahnya bulan pada zaman Nabi SAW banyak diriwayatkan oleh para Shahabat, sehingga hadis tentang terbelahnya bulan adalah hadis Muthawatir. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Masud: "Pada masa hidup Nabi SAW, bulan terbelah dua dan melihat ini Nabi SAW bersabda: "Saksikanlah!" (Sahih Bukhari, juz 4 no 830). Diriwayatkan oleh Anas: "Ketika orang-orang Mekah meminta Rasulullah SAW untuk menunjukkan mukjizat, maka Nabi menunjukkan bulan yang terbelah." (Sahih Bukhari, juz 4 no 831). Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas: "Bulan terbelah menjadi dua pada masa hidup Nabi SAW." (Sahih Bukhari, juz 4 no 832). Diriwayatkan oleh Anas bin Malik: "Orang-orang Mekah meminta Nabi SAW untuk menunjukkan sebuah mukjizat. Maka Beliau menunjukkan bulan yang terbelah menjadi dua bagian, sehingga gunung Hira' itu dapat mereka lihat di antara dua belahannya."(Sahih Bukhari, juz 5 no 208). Diriwayatkan oleh 'Abdullah: "Diwaktu kami bersama-sama Rasulullah SAW di Mina, maka terbelah bulan, lalu sebelahnya berlindung dibelakang gunung, maka sabda Rasulullah SAW: "Saksikanlah! " Saksikanlah!"(Sahih Bukhari, juz 5 no 209). Diriwayatkan oleh 'Abdullah bin 'Abbas: "Pada masa hidup Nabi SAW bulan terbelah menjadi dua." (Sahih Bukhari, juz 5 no 210). Diriwayatkan oleh 'Abdullah: "Bulan terbelah menjadi dua." (Sahih Bukhari, juz 5 no 211). Lihat juga di:(Sahih Bukhari, juz 6 no 350) (Sahih Bukhari, juz 6 no 387) (Sahih Bukhari, juz 6 no 388) (Sahih Bukhari, juz 6 no 389) (Sahih Bukhari, juz 6 no 390) (Sahih Bukhari, juz 6 no 391)

^ (Sahih Muslim, Kitab Sifat Al-Qiyamah wa'l Janna wa'n-Nar juz 039 no 6721) (Sahih Muslim, Kitab Sifat Al-Qiyamah wa'l Janna wa'n-Nar juz 039 no 6724) (Sahih Muslim, Kitab Sifat Al-Qiyamah wa'l Janna wa'n-Nar, juz 039 no 6725) (Sahih Muslim, Kitab Sifat Al-Qiyamah wa'l Janna wa'n-Nar, juz 039 no 6726) (Sahih Muslim, Kitab Sifat Al-Qiyamah wa'l Janna wa'n-Nar juz 039 no 6728) (Sahih Muslim, Kitab Sifat Al-Qiyamah wa'l Janna wa'n-Nar juz 039 no 6729) (Hadits sahih Muslim, juz 039 no 6730). Hadits riwayat Muslim No.5010, 5013, 5015

^ Wanita Yahudi yang memberi racun di daging kambing bernama Zainab binti Hârits, Dari Ibnu Syihâb, ia mengatakan , “Dahulu Jâbir radhiyallâhu'anhu menceritakan bahwa ada seorang wanita Yahudi dari penduduk Khaibar yang meracuni seekor kambing bakar. Kemudian menghadiahkannya kepada Rasulullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam". Rasulullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam pun mengambil paha kambing itu dan memakannya. Beberapa Sahabat pun juga ikut makan bersama Beliau. Tiba-tiba Rasulullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallamberkata kepada para Sahabat, "Jangan kalian makan !." Lalu Rasulullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam mengutus seseorang untuk memanggil wanita (yang memberi kambing) itu dan wanita itu pun datang.Rasulullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam pun segera bertanya kepadanya, "Apakah kamu telah meracuni kambing ini?" Wanita itu menjawab, "Siapa yang telah memberitahumu?" Rasulullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjawab, "Paha kambing ini yang telah mengabariku." Wanita itu berkata, "Ya" (aku telah meracuninya). Rasulullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bertanya lagi, "Apa yang kamu kehendaki dari perbuatanmu ini?" Wanita itu berkata dalam hati, "Jika dia seorang nabi, makanan pasti itu tidak akan membahayakannya. Dan jika dia bukan seorang nabi, maka kami akan selamat dari gangguannya." Selanjutnya Rasulullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam memaafkan wanita itu dan tidak menghukumnya. Majalah As-Sunnah Edisi 10/Thn. XIII/Muharram 1431H/Januari 2010M.

^ Diriwayatkan oleh Abdullah: "Sesungguhnya kami mendengar makanan yang dimakan Rasulullah SAW mengagungkan nama Allah." (Sahih Bukhari, juz 5 no 779).

^ Diriwayatkan daripada Jabir bin Abdullah katanya: Semasa parit Khandak digali, aku melihat keadaan Rasulullah SAW dalam keadaan sangat lapar. Maka akupun segera kembali ke rumahku dan bertanya kepada isteriku, apakah engkau mempunyai sesuatu (makanan)? Kerana aku melihat Rasulullah SAW tersangat lapar. Isteriku mengeluarkan sebuah beg yang berisi satu cupak gandum, dan kami mempunyai seekor anak kambing dan beberapa ekor ayam. Aku lalu menyembelihnya, manakala isteriku menumbuk gandum. Kami sama-sama selesai, kemudian aku memotong-motong anak kambing itu dan memasukkannya ke dalam kuali. Apabila aku hendak pergi memberitahu Rasulullah SAW, isteriku berpesan: Jangan engkau memalukanku kepada Rasulullah SAW dan orang-orang yang bersamanya. Aku kemudiannya menghampiri Rasulullah SAW dan berbisik kepada Baginda: Wahai Rasulullah! Kami telah menyembelih anak kambing kami dan isteriku pula menumbuk satu cupak gandum yang ada pada kami. Karena itu, kami menjemput baginda dan beberapa orang bersamamu. Tiba-tiba Rasulullah SAW berseru: Wahai ahli Khandak! Jabir telah membuat makanan untuk kamu. Maka kamu semua dipersilakan ke rumahnya. Rasulullah SAW kemudian bersabda kepadaku: Jangan engkau turunkan kualimu dan jangan engkau buat roti adonanmu sebelum aku datang. Aku pun datang bersama Rasulullah SAW mendahului orang lain. Aku menemui isteriku. Dia mendapatiku lalu berkata: Ini semua adalah karena kamu, aku berkata bahawa aku telah lakukan semua pesananmu itu. Isteriku mengeluarkan adonan roti tersebut, Rasulullah SAW meludahinya dan mendoakan keberkatannya. Kemudian Baginda menuju ke kuali kami lalu meludahinya dan mendoakan keberkatannya. Setelah itu Baginda bersabda: Sekarang panggillah pembuat roti untuk membantumu dan cedoklah dari kualimu, tapi jangan engkau turunkannya. Ternyata kaum muslimin yang datang adalah sebanyak seribu orang. Aku bersumpah demi Allah, mereka semua dapat memakannya sehingga kenyang dan pulang semuanya. Sementara itu kuali kami masih mendidih seperti sediakala. Demikian juga dengan adonan roti masih tetap seperti asalnya. Sebagaimana kata Ad-Dahhak: Masih tetap seperti asalnya. (Sahih Bukhari, Muslim, kitab Minuman).

^ Diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a katanya: Abu Talhah telah berkata kepada Ummu Sulaim: Aku mendengar suara Rasulullah SAW begitu lemah. Tahulah aku baginda dalam keadaan lapar. Apakah engkau mempunyai sesuatu? Ummu Sulaim menjawab: Ya! Kemudiannya dia menghasilkan beberapa buku roti dari gandum dan setelah itu, mengambil kain tudungnya dan membungkus roti itu dengan separuh kain tudung, lalu disisipkan di bawah bajuku, sedangkan yang separuh lagi diselendangkan kepadaku. Selepas itu pula dia menyuruhku pergi ke tempat Rasulullah SAW. Akupun berangkat membawa roti yang dibungkus kain tudung itu. Aku mendapatkan Rasulullah SAW yang sedang duduk di dalam masjid bersama orang-ramai dan berada di sisi mereka. Rasulullah SAW bertanya: Abu Talhah yang mengutusmu? Aku menjawab: Ya, benar! Rasulullah SAW bertanya lagi: Untuk makanan? Aku menjawab: Ya! Rasulullah SAW bersabda kepada orang-ramai yang bersama baginda: Bangunlah kamu sekalian! Rasulullah SAW lalu berangkat diiringi para sahabat dan aku berjalan di antara mereka untuk segera memberitahu Abu Talhah. Maka Abu Talhah berkata: Wahai Ummu Sulaim! Rasulullah SAW telah datang bersama orang yang ramai, padahal kita tidak mempunyai makanan yang mencukupi untuk mereka. Dia menjawab: Allah dan RasulNya lebih tahu. Lalu Abu Talhah menjemput Rasulullah SAW, dan Rasulullah SAW pun masuk bersamanya. Rasulullah SAW bersabda: Bawakan ke sini apa yang ada di sisimu wahai Ummu Sulaim! Ummu Sulaim terus membawa roti tersebut kepada baginda kemudian memerah bekas lemaknya untuk dijadikan lauk dimakan dengan roti. Kemudian Rasulullah SAW mendoakan makanan itu. Setelah itu baginda bersabda: Izinkan sepuluh orang masuk! Abu Talhah memanggil sepuluh orang Sahabat. Mereka makan sehingga kenyang kemudian keluar. Rasulullah SAW menyambung: Biarkan sepuluh orang lagi masuk. Sepuluh orang berikutnya pun masuk dan makan sehingga kenyang lalu keluar. Rasulullah SAW kemudian bersabda lagi: Suruhlah sepuluh orang lagi masuk. Demikian berlaku terus-menerus sehingga semua orang dapat makan hingga kenyang, padahal jumlah mereka adalah lebih kurang tujuh puluh atau delapan puluh orang. (Sahih Bukhari, Muslim, kitab Minuman).

^ Diriwayatkan daripada Abdul Rahman bin Abu Bakar bahwa: ketika kami sedang bersama Rasulullah dengan jumlah seratus tiga puluh orang.Nabi SAW bertanya : Apakah ada yang mempunyai makanan? ternyata ada sekitar satu sha^ bersama seorang laki-laki, maka makanan itu dijadikan adonan, lalu datanglah seorang musyrik tinggi dengan rambut berantakkan yang membawa domba-domba yang sedang digiring. Apa domba-domba ini untuk dibeli atau diberi? Orang itu menjawab: untuk dijual, maka Rasulullah SAW membeli seekor domba, kemudian domba itu dimasak dan Rasulullah memerintahkan supaya hati domba itu dipanggang. Abdurrahman berkata: Demi Allah, setiap seratus tiga puluh orang sahabat diberi sepotong dari hati domba itu, jika dia hadir maka diberikannya. Jika tidak hadir maka disimpan bagiannya.Abdurrahman berkata: Daging itu ditempatkan di dua bejana dan kami makan dari keduanya hingga kenyang, dan tersisa daging di dalam dua bejana itu sehingga saya meletakkannya di punggung unta. (Hadits sahih Bukhari, Muslim, kitab Minuman).

^ Diriwayatkan daripada Abdul Rahman bin Abu Bakar katanya Mereka yang disebut Ashaab As-Suffah adalah orang-orang miskin. Rasulullah SAW pernah bersabda suatu ketika: Siapa mempunyai makanan untuk dua orang, dia hendaklah mengajak orang yang ketiga dan sesiapa mempunyai makanan untuk empat orang, dia hendaklah mengajak orang kelima, keenam atau seperti diriwayatkan dalam Hadis lain. Abu Bakar r.a datang dengan tiga orang. Nabi pula pergi dengan sepuluh orang dan Abu Bakar dengan tiga orang yaitu aku, ibu dan bapaku. Tetapi aku tidak pasti adakah dia berkata: Isteriku dan khadamku berada di antara rumah kami dan rumah Abu Bakar. Abdul Rahman berkata lagi: Abu Bakar makan malam bersama Nabi SAW dan terus berada di sana sehinggalah waktu Isyak. Selesai sembahyang, dia kembali ke tempat Nabi SAW lagi, sehinggalah Rasulullah SAW kelihatan mengantuk. Sesudah lewat malam, barulah dia pulang. Isterinya menyusulinya dengan pertanyaan: Apa yang menghalang dirimu untuk pulang menemui tetamumu? Abu Bakar berkata: Bukankah engkau telah menjamu mereka makan malam? Isterinya menjawab: Mereka tidak mau makan sebelum engkau pulang, padahal anak-anak sudah mempersilakan tetapi mereka tetap enggan. Akupun berundur untuk bersembunyi. Lalu terdengar Abu Bakar memanggil: Hai dungu! Diikuti dengan sumpah-serapah. Kemudian dia berkata kepada para tetamunya: Silakan makan! Barangkali makanan ini sudah tidak enak lagi. Kemudian dia bersumpah: Demi Allah, aku tidak akan makan makanan ini selamanya! Abdul Rahman meneruskan ceritanya: Demi Allah, kami tidak mengambil satupun kecuali sisanya bertambah lebih banyak lagi, sehinggalah apabila kami sudah merasa kenyang, makanan itu menjadi bertambah banyak daripada yang sedia ada. Abu Bakar memandangnya ternyata makanan itu tetap seperti sedia atau bahkan lebih banyak lagi. Dia berkata kepada isterinya: Wahai saudara perempuanku! Bani Firas apakah ini? Isterinya menjawab: Tidak! Demi cahaya mataku, sekarang ini makanan tersebut bertambah tiga kali ganda lebih banyak daripada sediakala. Lalu Abu Bakar makan dan berkata: Sumpahku tadi adalah dari syaitan. Dia makan satu suap, kemudian membawa makanan tersebut kepada Rasulullah SAW dan membiarkannya di sana hingga pagi hari. Pada waktu itu di antara kami (kaum muslimin) dengan suatu kaum akan dilangsungkan satu perjanjian. Apabila tiba waktunya, kamipun menjadikan dua belas orang sebagai ketua saksi, masing-masing mengepalai beberapa orang. Hanya Allah yang tahu berapa orangkah sebenarnya yang diutuskan bersama mereka. Cuma yang pastinya Rasulullah SAW memerintah agar dipanggilkan mereka kesemuanya. Lalu kesemuanya makan dari makanan yang dibawa oleh Abu Bakar atau sebagaimana yang diriwayatkan dalam riwayat yang lain. (Sahih Bukhari, Muslim, Kitab Minuman).

^ Hadits riwayat Muslim.

^ Diceritakan oleh Jabir (Sahih Bukhari,Volume 007, Book 067, Hadith Number 402).

^ Kauma (2000), hal 98-102

^ Diriwayatkan oleh 'Abdullah: "Dalam pandangan kami mukjizat adalah anugerah Allah, tetapi dalam pandangan kalian mukjizat adalah peringatan. Suatu ketika kami menyertai Rasulullah SAW dalam sebuah perjalanan dan kami nyaris kehabisan air. Nabi SAW bersabda: "Bawalah kemari air yang tersisa!" orang-orang membawa kantung yang berisi sedikit air. Nabi SAW memasukkan telapak tangannya kedalam kantung itu dan berkata, "Mendekatlah pada air yang diberkahi dan ini berkah dari Allah." Aku melihat air memancar dari sela-sela jemari tangan Rasulullah SAW." (Sahih Bukhari, juz 5 no 779).

^ Diriwayatkan oleh Anas bin Malik: "Semangkuk air dibawa kehadapan Nabi SAW di Al Zawra. Nabi SAW memasukkan kedua telapak tangannya kedalam mangkok itu dan air memancar dari jari-jemarinya. Semua orang berwudhu dengan air itu. Qatadah berkata kepada Anas, "Berapa orang yang hadir pada waktu itu?" Anas menjawab, "Tiga ratus orang atau mendekati tiga ratus orang." (Sahih Bukhari, juz 4 no 772). Lihat juga: (Sahih Bukhari juz 4 no 777) (Sahih Bukhari juz 1 no 340)

^ Hadits riwayat Muslim No.4224, (Sahih Muslim, Book 030, no 5656; Sahih Muslim, Book 030, no 5657; Sahih Muslim Book 030, no 5658; Sahih Muslim, Book 030, no 5659)

^ Mu'adz bin Jabal menceritakan: Membuat Oase dari air jari-jemari Nabi (Sahih Muslim, Book 030, Number 5662).

^ Imran menceritakan: Wadah air yg penuh air dituangkan sampai habis tetapi tetap penuh kembali membuat sekampung masuk Islam (Sahih Bukhari, Volume 1, Book 7, Number 340).

^ “HISTORICAL EVENTS OF MAKKAH” Author by Imtiaz Ahmad M. Sc., M. Phil. (London) Nabi Muhammad (SAW) menghindar dari Khalid bin Walid menuju tempat yang tidak terdapat air. Beliau menemukan sebuah sumur yang masih ada bekas jejak air di dasarnya. Beliau masukkan sedikit air ke mulut beliau lalu disemburkannya kedalam sumur, lalu beliau minta salah seorang sahabat untuk membidikkan anak panah beliau (SAW) ke dasar sumur. Para sahabat pun kemudian menyaksikan air memancar dari dasar sumur itu sampai setinggi bibir sumur. Maka rombongan Muslimin pun mengisi penuh tempat-tempat air mereka dan mendirikan salat Dzuhur. Khalid bin Walid berkata kepada pasukannya, “Kita telah menyia-siakan kesempatan emas. Seharusnya tadi kita serang mereka selagi mereka sibuk salat. Kita akan serang mereka di waktu mereka mengerjakan salat berikutnya.” Pada waktu itu Allah (SWT) pun mewahyukan petunjuk-Nya kepada Muslimin perihal tata-cara mendirikan salat sewaktu dalam keadaan bahaya semisal perang. Salat semacam ini disebut Salatul-Khauf.

^ Satu mukjizat dari Rasulullah SAW diawal-awal kenabian adalah ada mata air yang keluar dari bawah kakinya. Seperti dikisahkan dalam kitab al-Khasa^ish, suatu ketika Rasulullah SAW berjalan bersama pamannya Abu Thalib. ketika sampai di daerah Dzi al Majaz, Abu Thalib merasa haus padahal mereka tidak membawa air. Rasulullah SAW yang melihat pamannya kehausan menanyakan hal itu untuk memastikan, Abu Thalib membenarkan bahwa dirinya haus. Rasulullah SAW kemudian mengorek-ngorek tanah yang dipijaknya, tak lama kemudian keluarlah air dari tanah itu dan Beliau SAW mempersilahkan pamannya untuk minum.

^ Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.: demi Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya, (kadang-kadang) aku tidur di atas tanah dengan perut lapar dan (kadang-kadang) aku ikatkan sebuah batu ke perutku untuk menahan lapar. Suatu hari aku duduk di jalan yang biasa dilalui mereka (Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya). Ketika Abu Bakar lewat aku memintanya membacakan untukku sebuah ayat alquran dan aku memintanya hanya dengan maksud barangkali ia dapat menghilangkan rasa laparku, tetapi ia lewat begitu saja. Kemudian Umar lewat didepanku dan aku memintanya membacakan untukku sebuah ayat dari kitab Allah dan aku memintanya hanya dengan maksud barangkali ia dapat menghilangkan rasa laparku, tetapi ia lewat begitu saja. Akhirnya Abul Qasim (Nabi Muhammad Saw) lewat dan ia tersenyum ketika melihatku karena ia tahu maksudku hanya dengan melihat wajahku. NabiMuhammad Saw bersabda, “Wahai Abu Hirr!” aku menjawab, “Labbaik ya Rasulullah”. Nabi Muhammad Saw bersabda kepadaku, “Ikuti aku”. Nabi Muhammad Saw pergi dan aku berjalan dibelakangnya, mengikutinya. Kemudian Nabi Muhammad Saw masuk kedalam rumahnya dan aku meminta izin masuk kerumahnya dan diizinkan. Nabi Muhammad Saw melihat semangkuk susu dan berkata, “Darimana ini?” mereka berkata, “Itu hadiah dari si fulan untukmu”. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Abu Hirr!” aku menjawab, “Labbaik ya Rasulullah”. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Panggillah orang-orang shuffah” Orang-orang shuffah adalah tamu-tamu Islam yang tidak memiliki keluarga, uang atau seseorang yang dapat mereka mintai pertolongan dan setiap kali objek sedekah diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, Nabi Muhammad Saw akan memberikannya kepada mereka sedangkan Nabi Muhammad Saw sendiri sama sekali tidak menyentuhnya. Dan setiap kali hadiah apapun diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, Nabi Muhammad Saw akan memberikannya sebagian untuk mereka dan sebagian untuk diri Nabi Muhammad Saw. Perintah Nabi Muhammad Saw itu membuatku kecewa dan aku berkata kepada diriku sendiri, “Bagaimana mungkin susu semangkuk cukup untuk orang-orang Shuffah?” menurutku susu itu hanya cukup untuk diriku sendiri. Nabi Muhammad Saw menyuruhku memberikan susu itu kepada mereka. Aku akan takjub seandainya masih ada sisa untukku. Tetapi bagaimanapun aku harus taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya. Maka aku pergi menermui orang-orang Shuffah itu dan memanggil mereka. Mereka pun berdatangan dan meminta izin masuk kedalam rumah. Nabi Muhammad Saw memberi mereka izin. Mereka duduk di dalam rumah itu. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Abu Hirr!” aku menjawab, “Labbaik ya Rasulullah”. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Bawalah susu ini dan berikan kepada mereka”. Maka aku membawa semangkuk susu itu kepada mereka satu persatu dan setiap mereka mengembalikannya kepadaku setelah meminumnya, mangkuk susu itu tetap penuh. Setelah mereka semua selesai minum dari mangkuk susu itu aku memberikannya kepada Nabi Muhammad Saw yang memegang mangkuk itu seraya tersenyum jenaka dan berkata kepadaku, “Wahai Abu Hirr!” aku menjawab, “Labbaik ya Rasulullah”. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Masih cukup untuk engkau dan aku”, aku berkata, “Engkau berkata benar ya Rasulullah!” Nabi Muhammad Saw bersabda, “Duduklah dan minumlah” aku duduk dan meminumnya. Nabi Muhammad Saw berkali-kali memintaku untuk meminumnya hingga aku berkata, “Tidak, demi Zat yang mengurusmu sebagai pembawa kebenaran, perutku sudah sangat kenyang”. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Berikan kepadaku”. Ketika kuberikan mangkuk itu kepadanya, Nabi Muhammad Saw memuji dan menyebut nama Allah dan meminum sisa susu itu. (Hadits riwayat Sahih Bukhari).

^ Diriwayatkan daripada Anas bin Malik katanya: Sesungguhnya beberapa orang dari daerah Urainah datang ke Madinah untuk menemui Rasulullah SAW mereka telah mengidap sakit perut yang agak serius. Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada mereka: Sekiranya kamu mau, keluarlah dan carilah unta sedekah, maka kamu minumlah susu dan air kencingnya. Lalu mereka meminumnya, dan ternyata mereka menjadi sehat. Kemudian mereka pergi kepada sekumpulan pengembala lalu mereka membunuh pengembala yang tidak berdosa itu dan mereka telah menjadi murtad (keluar dari Islam.) Mereka juga telah melarikan unta milik Rasulullah SAW, kemudian peristiwa itu diceritakan kepada Rasulullah SAW. Lalu baginda memerintahkan kepada para Sahabat agar menangkap mereka. Setelah ditangkap lalu mereka dihadapkan kepada baginda SAW. Maka Rasulullah SAW pun memotong tangan dan kaki serta mencungkil mata mereka. Kemudian baginda membiarkan mereka berada di al-Harrah (sebuah daerah di Madinah yang terkenal penuh dengan batu hitam) sehingga mereka meninggal dunia. (Sahih Bukhari, Muslim, kitab qishas dan diyat).

^ Prophethood for Teens, Bukti (11c): Mukjizat Rasulullah saw. Seorang bayi berumur satu hari ditanya oleh Nabi Muhammad saw., “Siapakah aku?” dan dia menjawab, “Engkau adalah nabi Allah.” Sejak saat itu, dia dapat berbicara. (Diriwayatkan oleh Khatib)

^ Prophethood for Teens, Bukti (11c): Mukjizat Rasulullah saw. Seorang penyembah berhala wanita, yang sering mencaci maki Nabi Muhammad saw, bertemu Nabi saw. dengan bayi berumur dua tahun di pundaknya. Bayi tersebut memberi salam kepadanya, mengejutkan ibunya yang penyembah berhala. Ketika ditanya, bayi tersebut menjawab bahwa dia telah diberitahu oleh Tuhan segala alam tentang Nabi Muhammad saw.

^ Abi said al-Khudri berkisah, ketika seorang penggembala sedang menggembalakan dombanya, tiba-tiba ada seekor serigala yang berusaha memangsa dombanya. sang penggembala itupun segera mencegahnya. Setelah gagal memangsa domba, serigala itu akhirnya duduk dan berkata kepada si penggembala, ”apa kah engkau tidak takut kepada Allah swt? engkau telah menghalangiku untuk mengambil rezekiku. Si penggembala berkata “aneh, ada serigala yang bias berbicara seperti manusia.“ Si serigala berkata ,”Engkau ini yang lebih aneh. Engkau sibuk menggembala domba-dombamu dan meniggalkan seorang nabi yang tidak pernah ada nabi yang lebih agung yang diutus Allah swt melebihi dirinya. Baginya telah dibukakan pintu-pintu sorga dan para penghuni sorga yang mulia menyaksikan perbuatan sahabat-sahabat beliau . padahal antara dirimu dengan Nabi hanya dibatasi oleh lembah ini. Sang penggembala domba ini berkata,” lantas siapa yang akan menjaga domba ini sampai aku kembali?” Serigala itu menjawab,” aku yang akan menjaga nya sampai kau kembali,” Sang penggembala itu kemudian menyerahkan penjagaan dombanya kepada serigala dan ia pun berangkat menuju ke tempat rasulullah saw. setelah sampai, iapun menceritakan kejadian yang dialaminya itu kepada rasulullah. Setelah ia masuk islam dan mendapatkan ilmu dari rasulullah, beliau memberi perintah kepada penggembala itu, ”kembalilah kepada gembalamu, niscaya engkau dapati gembalaanmu masih dalam keadaan lengkap.” Ia pun segera kembali dan mendapati hewan gembalaanya dalam keadaan lengkap tak berkurang seekor apapun. setelah itu ia pun menyembelih seekor dombanya untuk serigala tadi. Kitab Anwarul muhammadiyah oleh Assayyid Alhabib Muhammad Rafiq Bin Luqman Alkaff Gathmyr. Hadits sahih Bukhari Juz 3 no 517.

^ Mukjizat nabiku Muhammad, hal.29. By Muhammad Ash-Shayyim.

^ Prophethood for Teens, Bukti (11c): Mukjizat Rasulullah saw. Suatu hari seorang Arab berkata, “Siapa ini?” Rasulullah, jawab mereka. “Demi Latta dan ‘Uzza,” Jawab orang tersebut, “Kau adalah musuh terbesarku, dan agar kaumku tidak menyebutku lamban, kubunuh kau.” “Berimanlah,” kata Nabi saw. Orang Arab tersebut melempar kadal hijau dari lengan bajunya, dan berkata, “Aku tidak akan beriman sampai kadal ini beriman.” Tiba-tiba kadal itu dalam bahasa Arab yang elok berseru, “Wahai hiasan dari semua yang akan dikumpulkan pada hari pembalasan, kau akan memimpin orang-orang yang ikhlas ke surga.” “kepada siapa kamu menyembah?” kata Nabi saw.. Kadal tersebut menjawab, “kepada Tuhan yang menguasai melebihi segala, Yang Maha Tahu, dan telah menjadikan api sebagai alat penghukumnya.” “Siapa aku?” Muhammad saw. melanjutkan. Kadal tersebut menjawab, “Engkau adalah utusan Tuhan semesta alam, dan penutup para nabi. Bahagialah orang yang mengenalmu, dan tiada harapan orang yang mengingkarimu. “Tidak ada bukti yang lebih jelas daripada ini,” Kata orang Arab tersebut, “dan walaupun aku datang ke sini menganggapmu musuh terbesarku, aku sekarang mencintaimu lebih dari hidupku, ayahku, atau ibu. Kemudian dia mengulangi syahadatnya, menjadi Muslim, dan kembali ke Bani Salim, asalnya, kemudian lebih membawa seribu orang lebih untuk memeluk Islam.

^ Diriwayatkan oleh Abu Na'im di dalam kitab 'Al-Hilyah' bahwa seorang lelaki lewat di sisi Nabi SAW. dengan membawa seekor kijang yang ditangkapnya, lalu Allah Taala (Yang berkuasa menjadikan semua benda-benda berkata-kata) telah menjadikan kijang itu berbicara kepada Nabi SAW: "Wahai Pesuruh Allah, sesungguhnya aku mempunyai beberapa ekor anak yang masih menyusu, dan sekarang aku sudah ditangkap sedangkan mereka sedang kelaparan, oleh itu haraplah perintahkan orang ini melepaskan aku supaya aku dapat menyusukan anak-anakku itu dan sesudah itu aku akan kembali ke mari." Bersabda Rasulullah SAW. "Bagaimana kalau engkau tidak kembali kesini lagi?" Jawab kijang itu: "Kalau aku tidak kembali ke mari, nanti Allah Ta'ala akan melaknatku sebagaimana Ia melaknat orang yang tidak mengucapkan shalawat bagi engkau apabila disebut nama engkau disisinya. "Lalu Nabi SAW. pun bersabda kepada orang itu: "Lepaskan kijang itu buat sementara waktu dan aku jadi penjaminnya. "Kijang itu pun dilepaskan dan kemudian ia kembali ke situ lagi. Maka turunlah malaikat Jibril dan berkata: "Wahai Muhammad, Allah Ta'ala mengucapkan salam kepada engkau dan Ia (Allah Ta'ala) berfirman: "Demi KemuliaanKu dan KehormatanKu, sesungguhnya Aku lebih kasihkan umat Muhammad dari kijang itu kasihkan anak-anaknya dan Aku akan kembalikan mereka kepada engkau sebagaimana kijang itu kembali kepada engkau."

^ Ketika itu kami bersama Nabi besar Muhammad Saw tengah berada dalam sebuah peperangan.Tiba-tiba datang seekor unta mendekati beliau, lalu untu tersebut berbicara, "Ya Rasulullah, sesungguhnya si fulan (pemilik unta tersebut) telah memanfaatkan tenagaku dari semenjak muda hinga usiaku telah tua seperti sekarang ini. Kini ia malah hendak menyembelihku. Aku berlindung kepadamu dari keinginan si fulan yang hendak menyembelihku." Mendengar pengaduan sang unta, Rasulullah Saw memanggil sang pemilik unta dan hendak membeli unta tersebut dari pemiliknya. Orang itu malah memberikan unta tersebut kepada beliau..Unta itu pun dibebaskan oleh Nabi kami Muhammad Saw.

^ Juga ketika kami tengah bersama Muhammad Saw, tiba-tiba datang seorang Arab pedalaman sambil menuntun untanya. Arab baduy tersebut meminta perlindungan karena tangannya hendak dipotong, akibat kesaksian palsu beberapa orang yang berkata bohong. Kemudian unta itu berbicara dengan Nabi kami Muhammad Saw, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang ini tidak bersalah. Para saksi inilah yang telah memberikan pengakuan palsu karena mereka telah dipaksa. Sebenarnya pencuriku adalah seorang Yahudi."

^ Muhammad berbicara dengan seekor unta pembawa hadiah raja Habib bin Malik untuk membuktikan bahwa hadiah tersebut bukan untuk Abu Jahal melainkan untuk Muhammad.

^ Sejarah Hidup Muhammad karya Syaikh Shafiyyur Rahman Al-Mubarakfury, Robbani Press, Jakarta, 2002, halaman 126. Keesokan harinya Abu Jahal mengambil batu. Kemudian duduk menanti Rasulullah. Rasulullah SAW pun datang dan melakukan salat. Ketika Rasulullah SAW sedang sujud, Abu Jahal mengangkat batu, kemudian menuju kearah beliau. Ketika sudah mendekati beliau, Abu Jahal berbalik ketakutan dengan muka pucat, dan kedua tangannya tidak kuat lagi menahan batu tersebut sehingga ia lemparkan. Abu Jahal kemudian didatangi oleh tokoh-tokoh Qurasih dan mereka bertanya, “Wahai Abul Hakam, apa yang terjadi padamu?” Abu Jahal menjawab, “...setelah aku mendekatinya, tampak kepadaku didekatnya seekor unta jantan. Aku sama sekali belum pernah melihat unta jantan seperti itu, baik kepala, pangkal leher dan taringnya. Dia hampir menerkamku.” Ibnu Ishaq berkata, “Disebutkan kepadaku bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Itu adalah Jibril alahis salam . Seandainya dia mendekat, pasti akan diterkamnya.”

^ "Bahwa ada seekor burung bersedih karena kehilangan anaknya. Burung itu mengepakkan sayapnya di atas kepala Nabi dan berbicara dengannya. Lalu beliau bersabda, 'Siapakah di antara kalian yang telah membuat burung ini kehilangan anaknya?' Seorang lelaki menjawab: 'Saya.' Beliau bersabda, "Kembalikanlah anaknya." (Hadits Ar-Razi) Kami pernah bersama Nabi SAW dalam suatu perjalanan. Beliau keluar dari rombongan untuk suatu keperluan. Lalu kami melihat seekor burung humarah (berwarna merah) bersama dua anaknya. Maka kami mengambil kedua anaknya itu. Burung humarah itu terbang mendekat kebumi pada saat Nabi SAW datang. Beliau bersabda, "Siapakah yang telah membuat burung ini sedih karena kehilangan anaknya? Kembalikanlah anaknya kepadanya."(Diriwayatkan oleh Abu Dawud). Benarkah Nabi Muhammad & Umatnya Lebih Istimewa, hal 27-28 By Al-Imam Al Hafidz Ahmad bin Muhammad Al Qasthalani.

^ Diriwayatkan oleh Jabir: Sewaktu Bapakku meninggal, ia masih mempunyai utang yang banyak. Kemudian, aku mendatangi Rasulullah SAW untuk melaporkan kepada Beliau mengenai utang bapakku. Aku berkata kepada Rasulullah: Ya Rasulullah, bapakku telah meninggalkan banyak hutang. Aku sendiri sudah tidak mempunyai apa-apa lagi kecuali yang keluar dari pohon kurma. Akan tetapi pohon kurma itu sudah dua tahun tidak berbuah. Hal ini sengaja aku sampaikan kepada Rasulullah agar orang yang memiliki piutang tersebut tidak berbuat buruk kepadaku. Kemudian Rasulullah mengajakku pergi ke kebun kurma. Sesampainya disana beliau mengitari pohon kurmaku yang dilanjutkan dengan berdoa. Setelah itu beliau duduk seraya berkata kepadaku, "Ambillah buahnya." Mendengar perintah Rasulullah SAW tersebut, aku langsung memanjat pohon kurma untuk memetik buahnya yang tiba-tiba berbuah. Buah kurma itu kupetik sampai cukup jumlahnya untuk menutupi utang bapakku, bahkan sampai lebih. (Hadits sahih Bukhari Juz 4 no 780).

^ Ratapan batang pohon kurma kepada Rasulullah SAW. dan tangisannya dengan suara keras yang bisa didengar seluruh orang yang berada di masjid beliau. Itu terjadi setelah Rasulullah SAW. meninggalkannya. Sebelumnya Rasulullah SAW. berkhutbah di atas batang tersebut sebagai mimbar beliau. Ketika beliau telah dibuatkan mimbar, dan tidak naik lagi ke atas batang kurma tersebut, batang tersebut meratap menangis dan rindu kepada Rasulullah SAW. Suara tangisnya seperti tangis unta yang hamil sepuluh bulan. Batang pohon kurma tersebut tidak berhenti menangis hingga Rasulullah SAW. datang padanya, dan meletakkan tangannya yang mulia di atasnya. Ia pun berhenti menangis.

^ Dikisahkan oleh Jabir bin Abdullah, "Sang nabi sering berdiri dekat sebuah pohon palem kurma. Ketika sebuah tempat duduk disediakan baginya, kami mendengar pohon itu menangis bagaikan unta betina hamil sampai sang nabi jongkok dan memeluk pohon itu. Hadits shahih riwayat Imam Bukhari vo.II no.41.

^ Dikisahkan oleh Ibnu Umar, "Sang nabi sering berkutbah sambil berdiri dekat batang pohon kurma. Ketika dia dibuatkan tempat duduk, dia lebih memilih duduk. Pohon kurma itu mulai menangis dan sang nabi menghampirinya, mengelusnya dengan tangannya (agar pohon itu berhenti menangis). (Hadits shahih riwayat Imam Bukhari vo.IV no.783).

^ Nabi saw telah memberi Qatadah bin Nu'man r.a. sebuah tandan kurma, setelah salat Isya berjamaah bersamanya pada malam yang gelap gulita. Beliau bersabda, "Pulanglah dengan membawa tandan ini. Ia akan menyinarimu dari kedua tanganmu sepuluh kali telapak tanganmu. Jika memasuki rumah, kamu akan melihat sesuatu berwarna hitam, maka pukullah dia hingga keluar, karena dia itu adalah setan." Maka Qatadah pulang dan tandan kurma itu menyinari hingga dia masuk kedalam rumahnya dan menemukan warna hitam lalu dipukulnya hingga keluar. (Hadits riwayat Abu Na'im dari buku berjudul "Benarkah Nabi Muhammad & Umatnya Lebih Istimewa," hal 17-18, By Al-Imam Al Hafidz Ahmad bin Muhammad Al Qasthalani).

^ Kisahnya, orang Arab dusun mendekat kepada beliau, kemudian beliau bersabda kepada orang Arab Dusun tersebut, “Hai orang Arab dusun, engkau akan pergi ke mana?” Orang Arab dusun tersebut menjawab, “Pulang ke rumah.” Rasulullah SAW. bersabda, “Apakah engkai ingin kebaikan?” Orang Arab dusun tersebut berkata, “Kebaikan apa?” Rasulullah SAW. bersabda, “Engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Rasul-Nya.” Orang Arab dusun tersebut berkata, “Siapa yang menjadi saksi atas apa yang engkau katakan?” Rasulullah SAW bersabda, “Pohon ini.” Beliau bersabda begitu sambil menunjuk ke arah salah satu pohon di tepi lembah. Kemudian pohon tersebut berjalan hingga berdiri di depan beliau. Beliau meminta pohon tersebut bersaksi hingga tiga kali, dan pohon tersebut pun bersaksi seperti sabda Rasulullah SAW.

^ Pohon berpindah tempat. Dikisahkan pula oleh Ibnu Abbas. Seorang Arab Badui datang kepada Muhammad dan berkata, "Bagaimana aku bisa tahu bahwa engkau seorang nabi?" Rasul menjawab, "Dengan kesaksian pohon kurma itu bahwa saya adalah Rasul Allah." Si Arab Badui setuju. Rasul kemudian memanggil pohon kurma itu dan pohon itu bergerak menghampiri Nabi Saw. lalu merunduk dihadapannya. Setelah itu, Rasul menyuruh pohon tersebut untuk kembali lalu ia pun kembali ke tempatnya. Si Arab Badui memeluk Islam saat itu juga dan disitu juga. (Hadits riwayat Tirmidzi).

^ Dalam perjalan, Beliau ingin membuang hajat. Diceritakan dari Jabir ibn Abdillah RA, ia bercerita: "Pada suatu hari saya berjalan bersama Rasulullah SAW, kami tiba dilembah yang luas, tiba-tiba Rasulullah ingin buang hajat. Saya mengikutinya dengan membawakannya air, Rasulullah SAW melihat ke kanan dan kiri ternyata tidak ada yang dapat dijadikan tirai (penghalang) kecuali dua pohon yang berjauhan di pinggir lembah. Rasulullah SAW kemudian berjalan menuju kearahnya dan memetik batangnya sambil berkata: 'Ikut aku dengan izin Allah.' Rasulullah berjalan menuju pohon yang satunya melakukan hal yang sama. Kedua pohon tadi berjalan bersama Rasulullah SAW dan menjadi tirai bagi Rasulullah SAW. Tak lama kemudian saya mendengar suara orang yang datang, ternyata Rasulullah SAW dan saya melihat pohon itu sudah kembali ke tempat asalnya." (Lihat Sahih Muslim, hadits nomor 5328)

^ Suatu hari sekelompok orang Yahudi menemui Rasulullah saw., Malik bin as-Sayf, satu dari mereka, berkata “Engkau meyatakan dirimu adalah Utusan Allah, namun aku tidak percaya pada misimu hingga permadani yang aku duduki menyaksikan kenabianmu.” Sedangkan Abu Lababah, seorang Yahudi yang lain dalam kelompok tersebut, menyatakan bahwa ia tidak akan percaya hingga cemeti yang ia pegang di tangannya memberikan kesaksian yang serupa. Seorang Yahudi yang lain Ka’ab bin al-Asyraf menyatakan hal yang serupa dengan rekan-rekannya hingga keledainya menyaksikan kebenaran Nabi. Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah bagi hamba Yang Maha Tinggi, setelah bukti mukjizat misi mereka telah dikaruniakan pada mereka, untuk menganggap diri mereka sendiri menunjukkan bukti seperti yang kamu inginkan. Sebaliknya, mereka harus merendah pada Tuhan dan menaatiNya, dan ridha dengan apa yang ingin Ia Karuniakan pada mereka. Namun bukankah penjelasan tentang aku dan kenabianku yang ada dalam Taurat, Injil dan suhuf Ibrahim cukup untuk meyakinkanmu kebenaran pernyataanku?” “Dan tidakkah kamu menemukan bukti dalam kitab-kitab tersebut bahwa Ali bin Abi Thalib adalah saudaraku, penerusku, khalifah dan ciptaan terbaik setelah aku? Tidakkah cukup bagimu bahwa Allah telah menganugerahkan kepadaku suatu mukjizat yang demikian jelas sepeti Qur’an yang seluruh manusia bersama-sama tidak ada yang mampu membuat (serupa dengan Qur’an)? “Saya tidak berani memohon pada Tuhanku untuk memberikan keinginan-keinginanmu yang tidak masuk akal, namun aku tegaskan bahwa bukti-bukti mukjizat misiku yang Ia telah kehendaki terwujud, adalah cukup memuaskanku dan meyakinkanmu. Jika sekarang Ia berkehendak menganugerahkan apa yang engkau minta, itu adalah dari ketakterhinggaan karuniaNya padaku dan padamu! Jika Ia tidak memenuhi keinginan-keinginanmu, itu adalah karena hal tersebut adalah sia-sia, terutama karena Ia telah membawakan bukti yang lengkap bagi keimanan. Rasulullah saw. belum lama selesai menyelesaikan sabdanya, maka kemudian dengan kekuatan Ilahiah, permadani yang diduduki oleh Malik bin as-Sayf berbicara dan berkata: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Satu Tuhan Yang Maha Indah, yang tidak memiliki sekutu, (namun) Sendiri dalam mencipta dan mengatur segala sesuatu. Kepadanya seluruh maujud bergantung, sedangkan Ia bebas dari ketergantungan terhadap apa pun. Baginya perubahan dan kerusakan adalah mustahil. Ia tak memiliki istri, tak memiliki anak, dan tiada yang menemaniNya dalam kerajaanNya (KekuasaanNya). Dan aku bersaksi bahwa engkau, wahai Muhammad, adalah hambaNya dan utusanNya yang telah Ia utus sebagai petunjuk agama, dan nabi dari keimanan yang benar, dan yang Ia ingin menangkan di atas seluruh agama lain, walaupun orang-orang yang musyrik tidak menyukainya. Dan aku juga bersaksi bahwa ‘Ali bin Abi Thalib adalah saudaramu, penerusmu dan khalifah ummatmu, dan makhluk terbaik setelahmu. Barangsiapa mencintainya mencintaimu, dan musuhnya adalah juga musuhmu. Barangsiapa menaatinya menaatimu, barangsiapa melawannya melawanu, dan barangsiapa menaatimu menaati Allah, dan layak memperoleh kebahagiaan dan keridhaanNya. Barangsiapa tidak menaatimu, tidak menaati Allah dan akan memperoleh siksa neraka yang paling pedih.”Menyaksikan permadani tersebut bersaksi seperti itu, orang-orang Yahudi tersebut tercengang. Namun mereka mengatakan bahwa kejadian tersebut hanyalah sihir yang nyata. Pernyataan tersebut membuat permadani tersebut naik dan membuang orang-orang Yahudi yang duduk di atasnya, dan dengan kekuatan Ilahiah kembali permadani tersebut berbicara dan berkata: “Yang Maha Tinggi mengaruniakan kepadaku bahwa aku adalah sebuah permadani, dan Ia membuatku bersaksi atas KetunggalanNya dan KeagunganNya, dan bersaksi bahwa NabiNya Muhammad adalah Nabi yang paling utama, dan utusan bagi semua makhluk dan dibangkitkan dalam keadilan dan kebenaran bersama hamba-hamba Allah. (Ia membuatku) juga bersaksi atas imamah saudaranya, penerusnya dan wazirnya, dan diciptakan dari cahayanya, temannya, kepercayaannya, dan pengemban amanahnya, pelaksana janji-janji Muhammad, penolong teman-temannya, dan menakluk musuh-musuhnya. “Aku taat pada ia yang Muhammad telah menunjuknya sebagai Imam, dan membenci musuhnya. Oleh karena itu, tidaklah layak orang-orang kafir menginjakku dan duduk di atasku, tidak ada yang layak melakukan itu padaku kecuali mereka yang beriman pada Allah, rasulNya dan penerusnya.” Maka Nabi saw. memerintahkan pada Salman, Abu Dzar, Miqdad, dan Amir duduk di atas permadani tersebut, dan berkata, “Engkau telah beriman pada apa yang elah disaksikan olehnya.” Kemudian Ia Yang Maha Tinggi berturut membuat cemeti di tangan Abu Lababah maupun keledai Ka’ab bin al-Asyraf berbicara dan bersaksi atas KetuggalanNya, kenabian Rasulullah Muhammad saw. dan imamah Imam ‘Ali bin Abi Thalib as.. Namun mereka semua tetap tidak beriman pada kebenaran Rasulullah saw! Setelah orang-orang Yahudi tersebut pergi maka turunlah ayat: “Sesungguhnya orang-orang kafir (ingkar) sama saja bagi mereka kamu peringatkan atau tidak kauperingatkan, mereka tak beriman.” (Al-Baqarah:6)

^ Diriwayatkan oleh Ibn Umar: Rasulullah SAW naik keatas mimbar dan berkotbah. Sedang Rasulullah SAW berkotbah, Rasulullah SAW mendengar mimbar itu menangis seperti tangisan anak kecil, sehingga seakan-akan mimbar itu mau pecah. Lalu Rasulullah SAW turun dari mimbar dan merangkul mimbar itu sehingga tangisnya berkurang sampai mimbar itu diam sama sekali. Rasulullah SAW berkata, "Mimbar itu menangis mendengar ayat-ayat Allah dibacakan di atasnya." (Sahih Bukhari juz 4 no 783).

^ Jabar bin Samra RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Aku bisa mengenal batu-batu yang biasa mengucapkan salam kepadaku, bahkan ketika aku belum menjadi Rasul. Bahkan sekarangpun aku bisa mengenalinya.” Hadits riwayat Muslim

^ Ucapan salam dari pohon dan batu. Ali bin Abu Thalib meriwayatkan, "Saya sedang bersama nabi Saw di Mekkah. Setiap gunung dan pohon yang dilewatinya mengucapkan, 'As-Salaamu 'alayka yaa Rasulallah' (Semoga keselamatan selalu menyertaimu, wahai Rasulallah),'" (Hadits Muslim dalam Misykat). 300 Mukjizat Muhammad Saw. oleh Badr A Zimbadani.

^ Ibnu Ishaq berkata bahwa Abdul Malik bin Ubaidillah bin Abu Sufyan bin Al-Ala' bin Jariyah Ats-Tsaqafi berkata kepadaku dan ia mendengar dari beberapa orang berilmu," Jika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam -ketika Allah berkehendak memuliakannya dan memberikan kenabian kepadanya- ingin keluar untuk buang hajat, beliau pergi ke tempat yang jauh hingga rumah-rumah tidak terlihat olehnya dan berhenti di syi'ab (jalan di antara dua bukit) Makkah, dan lembah-lembahnya. Setiap kali beliau berjalan melewati batu dan pohon, pasti keduanya berkata, 'As-Salaamu Alaika ya Rasulullah.' Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menoleh ke sekitarnya; kanan, kin, dan belakang, namun tidak melihat apa-apa kecuali pohon dan batu. Itulah yang terjadi pada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam jangka waktu tertentu; bermimpi dan mendengar salam hingga Jibril datang kepada beliau dengan membawa kemuliaan dari Allah ketika beliau berada di Gua Hira' pada bulan Ramadhan." Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. Jilid 1 : 196.

^ Abu Dzar ra. ia berkata, "Saya pernah hadir dalam sebuah pertemuan disisi Nabi saw. Saya melihat beberapa batu kerikil yang dipegang beliau mengucapkan tasbih. Saat itu di antara kami ada Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Mereka semua yang hadir dipertemuan itu mendengar tasbih benda tersebut. Kemudian batu-batu kerikil itu oleh Nabi saw. diserahkan kepada Abu Bakar yang dapat didengar oleh semua orang yang hadir dipertemuan itu. Ketika diberikan lagi kepada beliau kerikil itupun masih tasbih ditangan beliau, kemudian beliau menyerahkan kepada Umar dan batu kerikil itu pun mengucapkan tasbih ditangannya yang bisa didengar oleh semua orang yang hadir dipertemuan. Kemudian Nabi saw. menyerahkan kepada Utsman dan ia pun mengucapkan tasbih ditangannya. Tetapi ketika oleh Nabi batu kerikil itu diserahkan kepada kamu, ia tidak mau bertasbih bersama seorang pun di antara kami. (Diriwayatkan oleh Thabrani dalam buku haditsnya Al-Mu'jamul Ausath nomor 1244 dan oleh Abu Nu'man dalam Dalaa'ilun Nubuwwah I/404.)

^ Ikrimah bin Abu Jahal ra. Dia berkata, "Jika kamu memang benar seorang Nabi, maka panggilah batu yang ada diseberang itu agar berenang dan tidak tenggelam." Lalu nabi mengisyaratkan tangannya dan batu itu pun terlepas dari tempatnya dan mengapung di atas air hingga sampai kepada Nabi saw. Begitu menyaksikan itu Ikrimah bersaksia atas kerasulannya, Nabi berkata kepadanya, "Ini cukup bagimu." Ikrimah berkata, "Batu itu kembali lagi hingga tempatnya semula."

^ Diriwayatkan daripada Abdullah bin Mas'ud katanya: Ketika Nabi SAW memasuki Mekah terdapat sebanyak tiga ratus enam puluh buah berhala di persekitaran Kaabah. Lalu Nabi SAW meruntuhkannya dengan menggunakan tongkat yang berada di tangannya seraya bersabda: Bermaksud: Telah datang kebenaran dan musnahlah kebatilan karena sesungguhnya kebatilan itu, adalah sesuatu yang pasti musnah. Bermaksud: Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan bermula dan tidak akan berulang. Ibnu Abu Umar menambah: Peristiwa itu terjadi pada masa pembukaan Kota Mekah. (Sahih Bukhari, kitab Jihad).

^ Kisah dari Abu Hurayrah.

^ "Sejarah Hidup Muhammad", karya Dr. Muhammad Husain Haekal.

^ Ibnu Saad meriwayatkan dari Zaid bin Aslam r.a, bahwa mata Qatadah bin An Nu’man terluka sehingga biji matanya terkeluar sampai ke pipi. Kemudian Rasulullah S.a.w mengembalikan hingga matanya menjadi sembuh kembali.

^ At Thabrani dan Abu Nu’aim meriwayatkan dari Qatadah , ia berkata, ” Pada waktu Perang Uhud, aku menjaga wajah Rasulullah dari serangan anak panah, yang akhirnya ada sebuah anak panah mengenai biji mataku. Aku mengambilnya dengan tangan dan berusaha mendatangi Rasulullah. Ketika baginda S.a.w melihat apa yang ada di telapak tangan ku, dua mata beliau berlinangan seraya bersabda, “Ya Allah, peliharalah mata Qatadah sebagaimana dia telah pelihara wajah nabinya dengan wajahnya (dari serangan anak panah). Jadikanlah kedua matanya yang lebih baik dan lebih elok serta tajam penglihatannya.” Akhirnya apa yang diharapkan rasul itu termakbul.

^ Abu Hurairah mengeluh kepada Rasulullah SAW bahwa dia terlalu pelupa. Lalu Rasulullah SAW membentangkan kainnya di atas tanah, lalu memegang-megang kainnya dengan tangan beliau. Abu Hurairah disuruh Rasulullah memeluk kain itu. Sejak itu Abu hurairah tidak pernah lupa-lupa lagi. Dan beliau terkenal paling banyak menghafal hadis. (Hadits sahih Imam Bukhari dan Imam Muslim).

^ Al-Barra’ r.a bahawa setelah Abdullah bin Atik dapat membunuh Abu Rafi’, lalu turun dari tangga rumahnya , ia jatuh tersemban ke tanah sehingga betisnya patah. Beliau menceritakan hal ini kepada Rasulullah S.a.w. Baginda pun bersabda, “Luruskanlah kaki mu!” Maka beliau pun meluruskannya, lalu baginda mengusapnya . Selepas itu dia sudah tidak merasakan sakit lagi. (Hadits Bukhari meriwayatkan dari Al-Barra’).

^ Dari Yazid bin Abu Ubaid, ia berkata, “Aku melihat luka tersayat di betis Salamah bin al-Akwa”. Aku bertanya, “Luka apa ini ?” “Aku terluka pada perang Khaibar, ” jawabnya. Selanjutnya beliau pergi kepada Rasulullah S.a.w lalu baginda meniupkan luka itu 3 kali dan aku tidak merasakan sakit lagi.” (Hadits Bukhari meriwayatkan dari Yazid bin Abu Ubaid).

^ Rasulullah SAW bersabda pada saat peristiwa penaklukkan Khaibar, "Esok hari aku (Nabi SAW) akan memberikan bendera kepada seorang yang akan diberikan kemenangan oleh Allah swt melalui tangannya, sedang ia mencintai Allah dan Rasulnya, dan Allah dan Rasulnya mencintainya". Maka semua orangpun menghabiskan malam mereka seraya bertanya-tanya di dalam hati, kepada siapa di antara mereka akan diberi bendera itu. Hingga memasuki pagi harinya masing-masing mereka masih mengharapkannya. Kemudian Rasulullah SAW bertanya: "Ke mana Ali?" lalu ada yang mengatakan kepada beliau bahwa Ali sedang sakit kedua matanya. Lantas Rasulullah SAW meniup kedua mata Ali seraya berdoa untuk kesembuhannya. Sehingga sembuhlah kedua mata Ali seakan-akan tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Lalu Rasulullah SAW memberikan bendera itu kepadanya. (Hadits sahih Bukhari meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad).

^ Ludah Rasulullah SAW tidaklah sama dengan ludah manusia biasa, ludah beliau harum baunya dan kadang dijadikan sebagai obat penyembuh berbagai penyakit seperti penawar racun sebagaimana yang pernah terjadi pada diri Abu Bakar di goa Hiro, atau penyembuh pada mata Ali Bin Abi Thalib yang hampir buta di Perang Khaibar, atau mata seorang sahabat lainnya pada perang uhud. Wail Ibn Hajar bercerita: " Rasulullah SAW pernah disodorkan wadah berisi air, Beliau meminumnya, lalu meludah di wadah itu, kemudian air dalam wadah dituangkan ke dalam sumur, tiba-tiba dari sumur merebak bau wangian yang harum. (Hadits riwayat Ahmad)

^ Dalam riwayat lain, tentang peristiwa yang dialami oleh Abu Bakar RA sewaktu bersama Rasulullah SAW di goa Tsur untuk sembunyi, kaki Abu Bakar digigit binatang yang ada di lubang yang terdapat di dalam goa tersebut. Akan tetapi Abu Bakar tidak bergerak supaya Rasulullah SAW yang sedang tidur dipangkuannya tidak terbangun. Hanya air matanya yang membasahi wajah Rasulullah SAW, dan Beliau terbangun lau bertanya : "Ada apa wahai Abu Bakar?" Dia menjawab : "Kaki saya digigit hewan yang ada dalam lubang. Semoga Ayah dan Ibuku menjadi tebusan bagimu". lalu Rasulullah meludahi gigitan itu dan sembuhlah kaki Abu Bakar. (lihat : al-Rahiq al-Makhtum, Hal.149)

^ Muhammad bin Hathib pernah berkata, "Ketika masih kanak-kanak, sebuah periuk tumpah mengenai tubuhku dan seluruh kulit tubuhku terbakar, lalu ayahku membawaku kepada Rasulallah saw, kemudian beliau meludahi kulit yang terbakar seraya berdoa, 'Jauhkanlah penyakit wahai Tuhan sekalian manusia,' maka akupun menjadi sehat tidak merasakan apa-apa. (Hadits riwayat Imam Nasa'i). Keterangan: Muhammad bin Hathib bin Harits bin Mu'ammar al-Jamhi al-Kufi, adalah seorang sahabat kecil. Ia lahir di atas perahu sebelum rombongan orang mukmin sampai ke Habasyah. Ia adalah orang paling pertama dalam Islam diberi nama Muhammad. Para ulama berselisih pendapat tentang gelarnya, apakah Abu Qasim atau Abu Ibrahim. Ia telah meriwayatkan hadits dari Nabi saw, Ali dan ibunya Ummu Janil. Meninggal pada tahun 94H atau sebagian berpendapat tahun 86H. Lihat Syarhul Mawabil Laduniyyah, V/192.

^ Umar bin Maymun, ia berkata, "Orang-orang kafir telah membakar Amar bin Yadir, kemudian Nabi saw melewainya dan mengusapkan tangannya pada kepala Amar lalu bersabda, "Wahai api, jadilah kamu dingin dan jadilah kamu keselamatan bagi Amar, seperti kamu dulu pada Ibrahim." (Hadits riwayat Ibnu Sa'ad dari Umar bin Maymun)

^ Dalam kitab al Khasais, dikisahkan suatu ketika Rasulullah SAW didatangi seorang ibu yang menggendong anaknya yang bisu. Si ibu ini menceritakan: Anakku ini belum pernah bicara sejak ia dilahirkan. Rasulullah SAW bertanya: siapakah saya? Anak itu tiba-tiba bisa bicara dan menjawab: Engkau adalah Rasulullah. (Hadits riwayat Al Baihaqi)

^ Dari jalan Sulaiman bin Amru bin Al Ash, dan ibunya ia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah S.a.w pada waktu Jamrah Al Aqabah. Beliau melempar batu dan orang-orang pun melakukannya. Setelah selesai baginda kembali, tiba-tiba ada seorang perempuan sambil membawa anaknya yang bisu datang kepada baginda seraya berkata, “Wahai Rasulullah, ini anakku yang sedang mendapat bala. Ia tidak boleh berbicara.” Baginda S.a.w meminta sebuah bejana yang diperbuat dari batu yang di dalamnya diisikan air. Setelah itu baginda memegangnya, meludahinya dan berdoa. Mengulanginya sekali lagi dan menyuruh agar meminumnya kepada anak perempuan itu. Akhirnya anak itu sembuh, malah menjadi lebih baik daripada yang lainnya. (Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Al Baihaqi, At Thabrani dan Abu Nuaim meriwayatkan dari jalan Sulaiman bin Amru bin Al Ash, dan ibunya).

^ Riwayat lain, Fudayk bercerita bahwa ayahnya datang menemui Rasulullah SAW mengeluhkan matanya yang putih, dan tidak bisa melihat. Rasulullah bertanya apa yang menyebabkannya? Beliau menjawab: Aku pernah menginjak telur ular, pecah dan mengenai mataku hingga akhirnya buta. Rasulullah SAW meniup mata Abu Fudayk dan dia bisa melihat kembali. (Hadits riwayat Ibn Abi Syaibah, Ibn Sakan, al Baghawi, dan Abu Nuaim serta at Tabari)

^ Ummu Aiman RA pernah bercerita: Suatu ketika Rasulullah SAW menginap di rumah. Ketika malam Beliau SAW bangun dan buang air di bejana. Tak lama kemudian saya terbangun dan mencari minum karena kehausan. Saya mendapatkan air di bejana dan saya langsung meminumnya. Esok paginya, Rasulullah SAW berkata kepada saya:"Wahai Ummu Aiman, tolong buangkan air yang ada di bejana". Saya pun menjawab: "Wahai Rasulullah demi Zat yang telah mengutusmu dengan haq, saya sudah minum air yang ada di dalamnya". Rasulullah SAW tertawa sampai terlihat giginya lalu bersabda "Sungguh perutmu tidak akan sakit lagi setelah ini." Semenjak kejadian itu tidak pernah Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya minum air kencingnya. (Lihat Nisa^ hawl al Rasul, hal 45-46)

^ (An Nasa’i, Tirmidzi, Al Hakim dan Al Baihaqi meriwayatkan dari Usma bin Hanif r.a, bahwa ada seorang buta berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah untukku agar membuka penglihatanku.” Baginda bersabda, “Pergilah berwudhu’ . Dirikan solat dua raka’at dan ucapkanlah, “Ya Allah, aku memohon kepadaMu, mengadap kepadaMu dengan lantaran nabiMu Muhammad, nabi pembawa kasih. Wahai Muhammad, aku mengadap kepada Tuhanmu dengan lantaranmu, agar ia membuka penglihatanku . Ya Allah, berilah syafaat beliau untuk kepentinganku.” Belum lagi orang ramai berganjak dari tempat mereka dan orang tersebut pergi, maka dia sudah dapat melihat).

^ Dari Usamah bin Zaid r.a, ia berkata, “Kami keluar bersama Rasulullah Sa.w. untuk menunaikan ibadah haji. Ketika sampai di Rauha’, beliau melihat seorang perempuan di depannya. Setelah dekat perempuan itu berkata, “Wahai rasulullah, ini ialah anakku. Sejak lahir hingga saat ini, beliau tidak mampu berdiri sama sekali.” Baginda S.a.w pun mengambil anak itu, menggendongnya lalu meludah di mulut anak itu seraya bersabda, “Wahai musuh Allah, keluarlah! Sesungguhnya aku Rasulullah!” Setelah itu baginda menyerahkan kembali anak itu seraya bersabda, “Ambillah anakmu , ia sudah tiada apa-apa”. (Abu Ya’la, Al Baihaqi meriwayatkan dri Usamah bin Zaid)

^ Bahawa ada seorang perempuan datang menemui Rasulullah S.a.w sambil membawa anaknya seraya berkata, “Wahai Rasulullah, ini adalah anakku yang sedang menderita gila. Ia suka mengambil makanan yang harus kita makan di siang hari dan di malam hari. Ia juga suka mengamuk.” Baginda S.a.w pun mengusap dada anak itu, menyemburkan ludah sambil berdoa. Dari dalam perut budak itu keluar sesuatu yang kecil menyerupai belatung hitam. Akhirnya budak itu pun sembuh. (Ahmad, Ad Darami, At Thabrani, Al Baihaqi, Abu Nu’aim meriwayatkan dari Ibnu Abbas).

^ "Bahwa istri Mu'adz bin 'Afra' menderita kusta lalu melaporkannya kepada Rasulallah saw, lalu beliau mengusapnya dengan sebuah tongkat maka Allah menghilangkan penyakit kusta itu darinya. (Disebutkan oleh Ar-Razi) Benarkah Nabi Muhammad & Umatnya Lebih Istimewa hal 32, By Al-Imam Al Hafidz Ahmad bin Muhammad Al Qasthalani.

^ Benarkah Nabi Muhammad & Umatnya Lebih Istimewa, By Al-Imam Al Hafidz Ahmad bin Muhammad Al Qasthalani Sekelompok Sahabat Nabi melewati tenda Ummu Ma’bad di padang pasir, dan berusaha membeli daging dan kurma darinya, tetapi wanita itu sama sekali tidak mempunyai apa-apa untuk dimakan. Lalu Nabi menunjuk kepada satu-satunya domba yang sedang berbaring di pojok, dan bertanya: “Apakah ia mempunyai susu?” Dia berkata: Ia terlalu lemah.” Nabi bertanya: “Apakah Engkau mengizinkan aku untuk memerah susunya?” Dia berkata: “Engkau yang lebih kusayangi daripada ayah dan ibu, jika aku tahu ia mempunyai susu maka aku pasti telah memerahnya sebelumnya.” Lalu Rasul Allah memanggil domba itu, dan meletakkan tangannya pada kantung susu domba, dan menyerukan nama Allah, serta berdoa untuk wanita itu dan dombanya. Tiba-tiba domba itu menegakkan kakinya ke arahnya, dan susu mulai mengalir. Nabi meminta sebuah wadah untuk susu itu, dan memerah banyak susu ke dalamnya. Lalu dia memberikannya kepada wanita itu agar diminum hingga kenyang, dan dia memberikannya kepada para sahabatnya sampai perut mereka kenyang, dan dia sendiri minum paling akhir. Setelah mereka memuaskan rasa dahaga, Nabi memerah susu sekali lagi sampai wadah itu penuh, dan dia meninggalkannya dan mereka meneruskan perjalanan. Beberapa lama kemudian suami wanita itu, Abu Ma’bad, tiba dengan menuntun beberapa ekor kambing lapar yang rupanya sangat menyedihkan dan yang sumsumnya hampir kering. Ketika dia melihat susu itu, dia terkejut dan bertanya kepadanya: “Dari mana engkau dapatkan susu ini, Ummu Ma’bad? Sebab domba itu telah kering dan tidak ada ternak perah di rumah ini.” Wanita itu berkata: “Benar, tapi seorang pria mulia telah melewati tempat ini dan begini, begitu.” Dia berkata: “Lukiskan penampilannya, Umm Ma’bad!? Wanita itu berkata: “Aku melihat seorang pria yang sangat bersih, dengan wajah cemerlang, dengan sopan santun sempurna. Dia tidak kurus dan tidak botak; lemah lembut dan anggun; matanya hitam legam, dengan bulu mata melengkung, suaranya merdu dan lehernya bersinar, janggutnya tebal, alis matanya melengkung indah. Ketika dia diam, kemuliaan melingkupinya, dan ketika dia berbicara dia tampak berwibawa, dan kecemerlangan cahaya mengelilinginya. Seorang pria yang paling tampak dan bercahaya dari jauh, dan yang paling manis dan lembut hati dari dekat.”

^ Al-Barzanji mengungkapkan mukjizat ini dalam shalawat al-Barzanji Natsar bab XVI.

^ Dikisahkan sebuah kisah seorang lelaki yang berkata kepada Nabi saw, "Saya tidak akan beriman kepadamu sehingga kamu mampu menghidupkan putriku untukku." Dalam kisah itu disebutkan bahwa Nabi mendatangi kuburannya lalu berkata, "Wahai fulanah." Lalu anak itu berkata, "Aku sambut panggilanmu dan dengan setia menerima perintahmu serta semoga kebahagiaan senantiasa dilimpahkan kepada baginda Rasulallah." (Dala'ilun Nubuwwah karya Imam Bayhaqi, dari buku berjudul "Benarkah Nabi Muhammad & Umatnya Lebih Istimewa" hal32, By Al-Imam Al Hafidz Ahmad bin Muhammad Al Qasthalani).

^ "Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertawakallah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang Mukmin, "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?" Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda." (Ali 'Imran 3:123-125)

^ Rasulullah SAW dapat mengetahui kejadian yang tidak disaksikan ataupun yang tersembunyi atas izin Allah SWT. Jika kejadian ini itu sudah terjadi atau sedang terjadi, disebut ikhbar. jika hal itu baru akan terjadi, dikenal dengan istilah nubu^at. Semua ikhbar dipastikan benar adanya, dan semua nubu^at pasti akan terjadi. Hanya saja waktunya yang tidak dapat dipastikan oleh manusia seperti kita, kapan hal itu akan terjadi. Dalam kitab Nubu^at al Rasulullah SAW karya Muhammad Waliyullah al Nadawi memuat 188 Nubu^at baik yang sudah terjadi sekarang atau belum. di antaranya Peristiwa kedatangan seorang yang bernama Uways. Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya akan datang kepada kalian seorang yang bernama Uways, tinggal di yaman, tidak ada yang tinggal bersamanya kecuali ibunya.(dalam riwayat lain, dia sangat berbakti kepada orang tuanya, dan berpenyakit belang, dia berdoa kepada Allah SWT dan Allah menyembuhkan penyakit dari badannya kecuali ada sisa sebesar kepingan Dinar atau Dirham. Barangsiapa di antara kalian yang bertemu dengan dia, mintalah dia untuk memohonkan ampunan atas kalian. (Hadits riwayat Muslim)

^ Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Suatu hari Rasulullah saw. salat mengimami kami. Usai salat beliau bersabda: Hai Fulan! Mengapa kamu tidak membuat salatmu bagus? Tidakkah orang yang salat merenungkan bagaimana salatnya? Sesungguhnya ia salat untuk dirinya sendiri. Demi Allah, sungguh aku dapat melihat belakangku, sebagaimana aku melihat didepanku. (Hadits riwayat Muslim)

^ Anas Bin Malik RA berkata : Suatu hari Rasulullah SAW salat bersama kami, seusai salat Beliau menghadapkan wajahnya kepada kami, dan bersabda :” Wahai Manusia, aku berada di depan kalian, janganlah mendahuluiku dalam ruku dan jangan pula dalam sujud. Sesungguhnya aku melihat kalian baik yang berada di depan maupun kalian yang dibelakang. Selain itu, ketika Beliau tidur mata terpejam namun hati tetap terjaga.

^ Dari Abu Dzar menceritakan, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kalian lihat, dan aku mendengar apa yang tidak kalian dengar, getaran dan goncangan langit dan sungguh langit ada goncangannya, dan tidak ada ruang lebih dariempat jari kecuali ada malaikat yang sujud kepada Allah SWT. Demi Allah jikalau kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis, dan kalian juga akan sedikit bermesraan dengan wanita (lawan jenis) di atas ranjang, dan kalian pasti akan keluar ke jalan-jalan untuk bersujud kepada Allah. Dan aku berharap kalaulah aku hanya sebuah pohon yang terpotong. (Hadits riwayat al Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Nuaym) (al Tirmidzi berkata hadits ini hasan gharib)/(lihat al Khasa^is karya al Suyuti hal. 113)

^ Rasulullah adalah dapat mengetahui kondisi penghuni kubur tertentu. Beliau dapat mengetahui penghuni kubur dalam keadaan disiksa atau sedang istirahat bak di kebun surga. Beliau juga dapat menceritakan masa lalu orang tersebut dengan ganjaran atau balasan yang diberikan. Hadits riwayat Ibnu Abbas ra. ia berkata: Rasulullah saw. pernah melewati dua buah kuburan, lalu beliau bersabda: Ingat, sesungguhnya dua mayat ini sedang disiksa, namun bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena ia dulu senang mengadu domba, sedang yang lainnya disiksa karena tidak membersihkan dirinya dari air kencingnya. Kemudian beliau meminta pelepah daun kurma dan dipotongnya menjadi dua. Setelah itu beliau menancapkan salah satunya pada sebuah kuburan, dan yang satunya lagi pada kuburan yang lain seraya bersabda: Semoga pelepah itu dapat meringankan siksanya, selama belum kering.(Hadits riwayat Bukhari, Muslim)

^ Hadits riwayat Bukhari

^ Hadits diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas.

^ Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah.

^ Hadits diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas.

^ Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "…Ummatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke dalam neraka kecuali satu golongan. Hadits riwayat At-Tirmidzi.

^ "Saya sedang memangku Imam Husain as. Ketika Nabi saw. datang dan memandangnya sambil menitikkan air mata. Saya bertanya kepada beliau mengapa menangis. Rasul saw. mengungkapkan bahwa Jibril telah memberitahunya bahwa para pengikutnya akan membunuh cucunya, Husain ra." (Baihaqi meriwayat dari Ummu al-Fadhl).

^ Hadits riwayat Abdullah bin Mas`ud ra. ia berkata: Aku menemui Rasulullah saw. ketika beliau dalam keadaan kurang sehat. Aku mengusap beliau dengan tanganku. Aku katakan kepada beliau: "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya engkau benar-benar terjangkit demam yang sangat parah." Rasulullah saw. bersabda: "Apa yang aku rasakan sekarang ini adalah sama seperti yang dialami oleh dua orang di antara kamu." Aku berkata: "Kalau begitu engkau memperoleh dua pahala kali lipat." Rasulullah saw. bersabda: "Benar." Kemudian Rasulullah saw. bersabda: "Setiap muslim yang ditimpa musibah sakit dan lainnya, maka Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya, seperti daun yang rontok dari pohonnya." (Hadits riwayat Muslim)

Ringkasan :
Nabi bertemu suroqoh

عَنْ أَمِيرِ اْلمُؤمِنِينَ أبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى الله ورسوله فهجرته إلي الله ورسوله َمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ (رَوَاهُ البُخَارِي وَمُسْلِمُ)

إذن الرسول لأصحابه بالهجرة إلى المدينة وأسباب ذلك

قد رأيت في المنام أني أهاجر في مكة إلى أرض بها نخل فذهبوا وهلى إلى أنها اليمامة أو هجر ، فإذا هي المدينة " يثرب " .

وفي رواية عن عروة عن عائشة : قالت : قال رسول الله : " قد رأيت دار هجرتكم ، رأيت سبخة ذات نخل بين لابتي

إن الله عز وجل قد جعل لكم إخواناً وداراً تأمنون فيه

هجره صهيب

هجرة أبي سلمة وزوجه

Persiapan adalah sunah para nabi

يا أيها الذين آمنوا خذوا حذركم فانفروا ثبات أو انفروا جميعا

71. Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama! QS. An Nisa’

Hijrah adalah sunah para nabi

Nabi Lud

Nabi Ayub

Nabi Musa

Orang kafit mengepung rumah nabi

يريدون ليطفؤوا نور الله بأفواههم والله متم نوره ولو كره الكافرون

8. Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". QS. Ash Shaff

Allah menggagalkan orang kafir membunuh nabi

ويمكرون ويمكر الله والله خير الماكرين

30. ....mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. QS. Al Anfal

Nabi berangkat hijrah

لا تعجل لعل الله يجعل لك صاحبا

1. Mencari tempat persembunyian (gua Tsur) untuk Rasulullah dan sahabatnya ketika meninggalkan Makkah, sehingga pencarian dirasa sudah tenang.

2. Melatih Ali bin Abi Thalib untuk mengkelabuhi kaum musyrikin dengan tidur di tempat tidur Rasulullah saw

3. Menyiapkan orang yang menyampaikan berita kaum musyrikin Makkah ketika Rasulullah berada di dalam gua Tsur. Dan dipilihlah Abdullah bin Abu Bakr Ash Shiddiq

4. Menyiapkan orang yang akan mengantarkan makanan dan minuman yaitu Asma' bint Abu Bakr, dan menghapus jejak kaki orang yang menemui Rasulullah dan sahabatnya di gua Tsur.

5. Asma' bint Abu Bakr gelar Dzatulqoin(dua selendang) dari Allah dan Rasulnya.

ذاة التقين

6. Amir bin suhel penghilang jejak

7. Abdullah bin Turoiqot(orang kafir) seorang penunjuk jalan sepi dari gua Tsur ke Madinah

Abu Kuhafah (Bapaknya abu bakar) kepada asma' putri abu bakar.

Nabi keluar dari rumah 

قال النبى : من نام فى فرس له الجنة, قال علي انا يا رسول الله

وجعلنا من بين أيديهم سدا ومن خلفهم سدا فأغشيناهم فهم لا يبصرون

Nabi sampe di rumah Abu Bakar

أخرج عني من عندك

يا رسول الله إنما هما ابنتاي ، وما ذاك فداك أبي وأمي

إن الله قد أذن لي في الهجرة

Hijrah, semuanya adalah karena Allah 

Abu Bakar ra menyiapkan dua ekor onta untuk Rasulullah saw. Abu Bakar telah membayarnya semua harganya di Makkah. Abu Bakar mempersilahkan Rasulullah menaikinya:

اركب يا رسول الله فداك أبي وأمي

Silahkan naik Ya Rasulallah, tebusannya adalah ayah ibuku.

فقال إني لا أركب بعيراً ليس لي

Jawab Nabi: Aku tidak naik onta yang bukan milikku

قال أبو بكر : فهي لك يا رسول الله بأبي أنت وأمي

Abu Bakar berkata: Itu onta untukmu Ya Rasulallah, demi ayah ibuku, untukmu

قال : لا ، ولكن ما الثمن الذي ابتعتها به ؟

Jawab Nabi: Tidak, tetapi berapa harganya, ketika kamu membelinya?

قال : أبو بكر : هي بكذا وكذا

Abu Bakar menjawab: Segini-segini

قال : قد أخذتها به

Kata Nabi: Aku yang membayarnya

قال : هي لك يا رسول الله

Kata Abu Bakar: Itu buatmu Ya Rasulallah.

فركبا وانطلقا وأردف أبو بكر الصديق عامر بن فهيرة مولاه خلفه ليخدمهما في الطريق

Lalu keduanya naikdan berangkat, Abu Bakar ditemani pula oleh Amir bin Fuhairah – budaknya- untuk membantunya dalam perjalanan.

Di Gua Tsur

قال النبى : أين تبكي يا أبا بكر؟ قال عفوى يا رسول الله, فقال النبى ليس لك إلا هذا

فقال النبى ليس لك إلا هذا

Kisah sarang laba-laba dan dua ekor merpati membuat sarang di pintu goa

Ibnu Ishaq rahimahullah berkata:” Telah mengabarkan kepada kami ‘Abdurrazzaq, (ia berkata) telah mengabarkan kepada kami Ma’mar ia berkata, telah mengabarkan kepadaku ‘Utsman al-Jazari bahwasanya Miqsam mantan budak Ibnu ‘Abbas mengabarkan kepadanya tentang firman-Nya Ta’ala:

(وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ)

” Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Qurais) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkapmu….” (QS. Al-Anfal: 30)

Beliau (Ibnu ‘Abbas) radhiyallahu ‘anhumaa berkata:

تَشَاوَرَتْ قُرَيْشٌ لَيْلَةً بِمَكَّةَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ إِذَا أَصْبَحَ فَأَثْبِتُوهُ بِالْوَثَاقِ. يُرِيدُونَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلِ اقْتُلُوهُ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ أَخْرِجُوهُ. فَأَطْلَعَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ نَبِيَّهُ عَلَى ذَلِكَ فَبَاتَ عَلِىٌّ عَلَى فِرَاشِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تِلْكَ اللَّيْلَةَ … فَلَمَّا رَأَوْا عَلِيًّا رَدَّ اللَّهُ مَكْرَهُمْ فَقَالُوا : أَيْنَ صَاحِبُكَ هَذَا؟ قَالَ: لاَ أَدْرِى فَاقْتَصُّوا أَثَرَهُ فَلَمَّا بَلَغُوا الْجَبَلَ خُلِّطَ عَلَيْهِمْ فَصَعِدُوا فِى الْجَبَلِ فَمَرُّوا بِالغَارِ فَرَأَوْا عَلَى بَابِهِ نَسْجَ الْعَنْكَبُوتِ فَقَالُوا: لَوْ دَخَلَ هَا هُنَا لَمْ يَكُنْ نَسْجُ الْعَنْكَبُوتِ عَلَى بَابِهِ. فَمَكَثَ فِيهِ ثَلاَثَ لَيَالٍ

” Pada suatu malam suku Quraisy bermusyawarah, lalu sebagian mereka berkata:’ Jika pagi datang, tangkaplah dia dengan kuat – yang mereka maksud adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.’ Sebagian lagi berkata:’ Akan tetapi keluarkan dia (dari Makkah).’ Kemudian Allah Azza wa Jalla menunjukkan hal itu kepada Nabi-Nya. Kemudian ‘Ali radhiyallahu ‘anhu tidur di kasur Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam tersebut….Ketika mereka melihat ‘Ali, Allah membalas/mengembalikan makar (tipudaya) mereka. Lalu mereka berkata:’ Maka temanmu ini (maksudnya Nabi)?’ Dia (‘Ali) berkata:’ Aku tidak tahu.’ Kemudian mereka mencari jejak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika mereka sampai ke gunung, mereka dibuat samar (kebingungan). Lalu mereka naik gunung, lalu mereka melewati sebuah gua dan melihat di pintu gua tersebut sarang (jaring) laba-laba, sehingga mereka berkata:’ Seandainya dia (Muhammad) masuk ke sini, tidak mungkin ada sarang (jaring) laba-laba di pintunya. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menetap di dalamnya selama tiga malam.’ (Musnad Ahmad,7/334 no 3308)

Situasi mencekam di Gua Tsur

يا رسول الله لو نظر أحدهم تحت قدميه لرآنا

يا أبا بكر ما ظنك باثنين الله ثالثهما ، لا تحزن إن الله معنا

Kesedihan nabi meninggalkan Mekkah

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أُخْرِجَ مِنْ مَكَّةَ : اِنِّي لَأُخْرَجُ مِنْكِ وَاِنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّكِ أَحَبُّ بِلَادِ اللهِ اِلَيْهِ وَأَكْرَمُهُ عَلَى اللهِ وَلَوْلَا أَنَّ أَهْلَكَ أَخْرَجُوْنِي مِنْكِ مَا خَرَجْتُ مِنْكِ (مسند الحارث – زوائد الهيثمي – ج 1 / ص 460)

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa saat Nabi diusir dari Makkah beliau berkata: Sungguh aku diusir dariMu (Makkah). Sungguh aku tahu bahwa engkau adalah Negara yang paling dicintai dan dimuliakan oleh Allah. Andai pendudukmu (Kafir Quraisy) tidak mengusirku dari mu, maka aku takkan meninggalkanmu (Makkah)” (Musnad al-Haris, oleh al-Hafidz al-Haitsami 1/460)

Dan ketika Nabi pertama sampai di Madinah beliau berdoa lebih dahsyat:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ (صحيح البخارى – ج 7 / ص 161)

“Ya Allah, jadikan kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah, atau melebihi cinta kami pada Makkah” (HR al-Bukhari 7/161)

Nabi bertemu Suroqoh

اللهم اكفينا

يا محمد الأمان  الأمان  الأمان

يا سراقة كيف أنت تقتلنى وبيديك سوارى كسر من الذهب

Pengakuat Suroqoh terhadap mukjizat nabi

جواب سراقة :  يا أبا حكم والله لو كنت شاهداً لأمر جوادي إذ تسوخ قوائمه عجبت ولم تشكك بأن محمداً رسول وبرهان فمن ذا يقاومه عليك بكف القوم عنه فإنني أرى أمره يوماً ستبدو معالمه

قال رسول : يوم بر ووباء

يا سراقة أتسمعوا نى , قل ما قال نبيك فى  هجرة

صدق رسول الله

 

Sekian semoga bermanfaat untuk anda.

Kupas Al Barzaji di 01.33

Berbagi

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Kupas Al Barzaji 

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.