NURUL ABROR

Senin, 14 Mei 2018

Bagaimana Setan dibelnggu di Bulan Ramadan

HADITS Nabi saw yang menyatakan bahwa pada bulan Ramadhan setan dikerangkeng oleh Allah SWT artinya sebagai berikut, “Apabila datang bulan Ramadhan, pintu-pintu sorga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu,”([HR. Muslim).

Dalam hadis di atas, pembelengguan setan (wa shufidat as-syayaathiin) secara bahasa berarti bahwa Allah swt mengikat mereka dengan tali atau rantai seperti halnya di dunia nyata. Itu maknanya secara hakiki. Namun pemaknaan secara hakiki itu belum tentu jadi alternatif satu-satunya. Yakni benar begitu adanya. Buktinya para ulama pun pada berbeda pendapat dalam memaknadi “shufidat as-syayaathiin” tersebut.

Ada yang memaknainya secara hakiki: setan itu memang hakikatnya dibelenggu selama Ramadhan, tidak bisa menggoda manusia lagi. Dan ada pulan yang menggunakan makna majaz : bukannya setan terbelenggu sepenuhnya secara hakiki, dia masih bebas berkeliaran, cuma tidak mempunyai kesempatan luas untuk menggoda manusia, pintu-pintu rahmat dan ampunan dibuka Allah seluas-luasnya.

Dan memang benar banyak sekali amal kebajikan yang dilakukan oleh umat Islam pada bulan Ramadhan. Bersedekah, menyantuni anak yatim, memberi bebuka pada orang yang berpuasa, salat tarawih, salat tahajud, kegiatan dzikir pun meningkat pesat. Sesuai dengan firman Allah “Sesungguhnya hambaku tidak ada kekuasaan bagimu (iblis) atas mereka, kecuali orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang sesat,” [QS. Al-Hijr:43].

Dan pada ayat lain : “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah SWT, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya,” [QS. Al-A’raf:201].

Pekerjaan-pekerjaan inilah yang sebenarnya bisa juga dianggap membelenggu setan sehingga tidak banyak kesempatan baginya menggoda orang-orang yang berpuasa. Hal mana sangat berbeda jauh dibanding dengan bulan-bulan selain Ramadhan. Itulah makna majaznya.

Memang, bisa jadi masih kemaksiatan masih ada, namun sangat berkurang drastis.Menentukan waktu shalat di kutub yang perbedaan waktunya tidak bisa diketahui dari peredaran matahari karena pergantian malam dan siang terjadi setahun sekali (tiap 6 bulan) dengan cara menyesuaikan dengan daerah lain dimana waktu-waktu shalatnya teratur.

Dalam hal ini kita bisa mengambil patokan daerah mana saja selain kutub yang peredaran waktunya ‘normal’ selama 24 jam, yaitu daerah-daerah di katulistiwa. Kalau ada ulama yang lebih mengutamakan Mekkah dijadikan patokan, itu tentu, di samping, karena waktunya yang teratur (masuk daerah katulistiwa), juga lebih mendekati praktek keseharian Nabi saw.

Yang mendasari ketentuan seperti ini adalah jawaban Nabi menanggapi pertanyaan seorang sahabat tentang kewajiban salat di daerah yang satu harinya menyamai seminggu (di Mekkah) atau sebulan atau bahkan setahun. “Wahai Rasul, bagaimana dengan daerah yang satu harinya (sehari-semalam) sama dengan satu tahun, apakah cukup dengan sekali salat saja?” Rasul menjawab “Tidak. Tapi perkirakanlah sebagaimana kadarnya (pada hari-hari biasa),” [HR. Muslim].

Permasalahan adanya surga dan neraka merupakan permasalahan ghaibiyaat (di luar jangkawan akal) yang mau tidak mau kita harus mengimaninya. Dalam hal ini banyak sekali ayat atau hadis menerangkan tentang adanya surga sekaligus bagaimana keadaannya (silahkan baca surah as-Shaffaat:41-49, Yasin: 55-58, Shaad: 49-54, az-Zukhruf: 70-73, ad-Dukhan: 51-57, dan masih banyak lagi).

Adapun pendekatan secara logika untuk mengetahui eksistensi surga dan neraka di akhirat kelak, para ulama mengaitkannya dengan keadilan Tuhan terhadap hambanya. Dalam arti bahwa jika pembalasan di akhirat (surga dan neraka) itu tidak ada, maka konklusi logisnya Tuhan itu tidak adil, karena membebaskan orang-orang yang berbuat maksiat dan ingkar terhadap perintah-Nya tanpa ada balasan sedikitpun, sedangkan orang mukmin yang terus berjuang menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, tidak mendapatkan sesuatu.

Maka dari itu sudah menjadi keharusan dan wewenang bagi-Nya untuk membalas dan menghukumi semua perbuatan menusia di dunia, baik dan buruknya. Di sinilah letak keadilan Tuhan, yaitu menyediakan surga bagi orang-orang yang taat dan neraka bagi orang-orang yang ingkar.

Di samping itu, dalam banyak ayat kita selalu menemukan perintah-perintah Allah swt selalu dibarengi dengan janji-janji bagi yang mematuhinya dan ancaman bagi yang ingkar, hal tersebut secara implisit mengisyaratkan bahwa Allah swt menjadikan dua hal tersebut sebagai cita-cita akhir dari segala perbuatan manusia.

Adapun setelah itu mau ke mana. Wallahu a’lam, itu sudah di luar jangkauan akal. Dan tak perlu kita mengkoreknya. Yang penting bagi kita adalah bertakwa kepada-Nya. [santi/islampos/pesantrenvirtual]

https://www.islampos.com/bagaimana-setan-dibelenggu-di-bulan-ramadhan-120698/

Materi Kultum Ramadhan

Materi Kultum Ramadhan 2017 / 1438 H (Update)

 Hatta Syamsuddin  Selasa, Agustus 10, 2010 Kultum Ramadhan ,  21 COMMENTS

Musim kebaikan itu telah tiba. Kultum Ramadhan akan kita dengar dimana-mana dari kota hingga ke pelosok desa. Blog Indonesia Optimis ingin berbagi seputar materi kultum ramadhan agar bisa dimanfaatkan mereka yang membutuhkan. Tema Ramadhan begitu banyak, karenanya perlu pembagian materi kultum ramadhansecara khusus agar bisa fokus dan tidak terulang dalam penyampaiannya. Mari mengoptimalkan bulan ramadhan yang mulia ini dengan memperbanyak kebaikan, salah satunya adalah menyampaikan Kultum Ramadhan secara terjadwal dan terencana.  

Sahabat blogger Indonesia yang optimis ... 
Aura Ramadhan memang membuat setiap orang mudah untuk melangkah dalam kebaikan. Isyarat yang jelas begitu terhampar dengan gamblang dalam hadits Rasulullah SAW :

تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ النَّارِ ، وَتُصَفَّدُ فِيهِ الشَّيَاطِينُ ، وَيُنَادِي فِيهِ مُنَادٍ كُلَّ لَيْلَةٍ : يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ هَلُمَّ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ ، حَتَّى يَنْقَضِيَ رَمَضَانُ.

(Bulan dimana) dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, syetan-syetan dibelenggu. Dan berserulah malaikat : wahai pencari kebaikan, sambutlah. Wahai pencari kejahatan, berhentilah” (demikian) sampai berakhirnya ramadhan ( HR Ahmad) 

Karena kebaikan begitu mudahnya dijalankan, maka pada bulan Ramadhan takmir masjid berjibaku dengan segudang kegiatan, diantaranya yang rutin dan khas adalah kultum setelah tarawih/isya dan kultum bakda shubuh. Khusus Ramadhan, maka sebagian besar yang diminta untuk tampil adalah para remaja masjid, sebagai latihan khusus bagi mereka untuk berdakwah di hadapan umum.

Kepada mereka para da’I muda, blog Indonesia Optimis akan menghadirkan materi kultum Ramadhan setiap harinya, dengan bahasa sederhana, ringan untuk dikunyah serta satu dua dalil pendukung yang mudah di hafal. Berikut daftar menu Kultum Ramadhan ala blog Indonesia Optimis yang akan diupdate –insya Allah – setiap hari. Mohon doa restu agar selama dalam penulisan setiap harinya, tidak mendapatkan banyak kesulitan dan diberikahan kelancaran, khususnya terkait agenda kesibukan Ramadhan di dunia nyata yang juga meledak-ledak. Semoga bermanfaat dan Salam Optimis.

MATERI KULTUM RAMADHAN BLOG INDONESIA OPTIMIS :

1. Keutamaan Ramadhan : Gembira Menyambut Ramadhan
2. Kiat Praktis Sukses Ramadhan
3. Empat Kesalahan Orang yang Berpuasa
4. Fasilitas negeri Akhirat kepada Orang yang berpuasa
5. Melatih Anak Berpuasa
6. Menjaga Sunnah dalam Puasa ( Umum )
7. Sahur, Adab dan Keutamaannya
8. Berbuka, Adab dan Keutamannya
9. Menjaga Puasa dari Dosa, Dusta dan Maksiat
10. Kesalahan orang Berpuasa
11. Menghias Ramadhan dengan Amal Ibadah (umum)
12. Adab dan Keutamaan Tarawih
13. Keutamaan Tilawah / Tadarus dalam Ramadhan
14. Adab Tilawah Al-Quran
15. Adab dan keutamaan Bersedekah (umum)
16. Keutamaan memberi Berbuka
17. Ramadhan Syahru Quran : Kewajiban Kita terhadap Al-Quran
18. Ramadhan Syahru Dua’ : Adab & Keutamaan Berdoa
19. Ramadhan Syahrul Amal wal Jihad
20. Ramadhan dan Pembinaan Keluarga
21. Adab dan keutamaan Itikaf
22. Rasulullah SAW di Akhir Ramadhan
23. Keutamaan Lailatul Qadar
24. Panduan dan Hikmah Zakat Fitrah
25. Ramadahan Training Keikhlasan
26. Ramadhan Training Istiqomah
27. Keutamaan Silaturahmi
28. Adab dan Sunnah Bepergian
29. Adab dan Sunnah di Hari Raya
30. Tanda orang Bertakwa

UPDATE TERBARU :

silahkan download kumpulan materi kultum dan ceramah ramadhan 1433 terbaru di link berikut :
 Download Kumpulan Materi Kultum dan Ceramah Ramadhan

 Semoga bermanfaat dan salam optimis

Share This:

     

YOU MAY ALSO LIKE

Buku Kumpulan Ceramah Ramadhan 2018 ( Promo & Wakaf )

Inilah 10 Tips bermedia Sosial di Bulan Ramadhan

Sya'ban Gerbang Ramadhan

Inilah Dua Langkah Memakmurkan Masjid

 NEWER ARTICLEKultum Ramadhan (1) : Keutamaan RamadhanOLDER ARTICLE Menyelami Hikmah Ramadhan

21 KOMENTAR:

ANONIM10 AGUSTUS 2010 15.59

ada kultumnya juga nih .. unik dan inspiratif, siap mengikuti updatenya nih

Balas

SUDI10 AGUSTUS 2010 16.04

kultum digital buat bahan kultum beneran ....
selamat ramadhan

Balas

ANONIM11 AGUSTUS 2010 10.18

Alhamdulillah.terus berkarya..membangun Optimisme dan kemaslahatan Ummat....jaya teruz....

Balas

ANONIM18 AGUSTUS 2010 14.21

sngat lngkap bgus deh ????

Balas

KOKO SETIAWAN24 FEBRUARI 2011 20.28

subhanallah...
sesungguhnya dunia maya mampu mengubah peradaban
jika yg dibaca seperti ini

Balas

ANONIM30 JUNI 2011 15.02

wow ko yg di link cuma 5 nomer ja si,,,

Balas

ANONIM21 JULI 2011 09.31

syukron akhi n_n

Balas

HIDAYATULLAH26 JULI 2011 15.36

Ass Ustas
mohon ijin untuk copy,bhn kultum wass
hidayatullah

Balas

ARIF1 AGUSTUS 2011 06.19

assalamu alaikum,,, izin share ustadz, jazakallahu khairan

Balas

AGUS NUR1 AGUSTUS 2011 07.14

Assalamu`alaikum wr wb
Mhn ijin copy dan dipakai belajar ngisi kultum. Jazakallahu khoiron katsiro.

Balas

ANONIM1 AGUSTUS 2011 10.53

Sipp...jzkmlh

Balas

SUNARDI1 AGUSTUS 2011 21.32

Assalamu`alaikum wr wb
terima kasih dg kumpulan kultum, saya bisa menjadi ustadz botol.
habis diisi dg materi kumpulan ini kemudian tak tuang kejamaah tarawih lainnya,
Wassalamu`alaikum wr wb

Balas

ROY.AHMAD2 AGUSTUS 2011 08.29

Asslamu alaikum

Ustadz, kultumnya bagus. Mohon izin Copas ya, demi tersebarnya cahaya uslam dimuka bumi ini.

Balas

PROFIL5 AGUSTUS 2011 16.26

Assalamu alaikum 

Ustadz, mohonizin salin kultumnya. makasih ya Ustadz

Balas

ANONIM11 AGUSTUS 2011 04.49

TERIMA KASIH, SAYA BISA BELAJAR DARI BAPAK
GOOD LUCK..?

Balas

RINAL19 SEPTEMBER 2011 14.27

yah...cuman ada lima.

Balas

ANONIM9 JUNI 2012 08.50

Alhamdulillah dah dapat gambaran jadwal kultum subuh masjid tuk ramadhan tahun ini...syukron,bermanfaat sekali untuk remaja masjid

Balas

BLOGGER REMAJA28 JUNI 2012 17.31

nakasih kultumnya, cocok nih buat menyambut ramadhan nanti :D

Balas

ANONIM2 JULI 2012 13.44

Alhamdulillah semoga berkah Allah SWT menyertai

Balas

KANGTADHO4 JULI 2012 09.53

Matur suwun Ustadz Moga-maga tambah berkah ilmunya Amiin ya Rob

Balas

ANONIM13 JULI 2012 16.50

mohon ijin untuk copy ustadz

Balas

SOCIAL WIDGET

5,0006,1396,2801,992

PROFIL SINGKAT

HATTA SYAMSUDDIN adalah seorang pengajar di Pesantren Mahasiswa Arroyan dan Fakultas Ekonomi Bisnis Islam IAIN Surakarta . Alumni Universitas Internasional Khartoum Sudan ini juga dipercaya menjadi Sharia Supervisor pada Yayasan Aitam Indonesia dan Yayasan Ulul Albab Karanganyar, LAZ Al-Ihsan Jateng, KSPPS Bina Insan Mandiri Karanganyar, serta KSPPS Bina Umat Mandiri Tegal. Saat ini tengah menjalani program Doktoral Hukum Islam di Universitas Islam Indonesia Jogjakarta.

Penulis buku The Inspiring Romance ini juga dikenal sebagai seorang Ustadz sekaligus Trainer. Ayah 5 putra-putri ini juga bergabung dalam Korps Dai Luar Negeri PKPU dan telah melakukan safari dakwah ke berbagai negara antara lain : Taiwan, Jepang, Australia, Yunani, dan juga Korea Selatan.

Profil lengkap KLIK DI SINI

KATEGORI ARTIKEL

CATATAN OPTIMISDOWNLOADDUNIA BUKUEKONOMI SYARIAHINDONESIA KITAINSPIRASI MOTIVASIINTERNET SEHATKONSULTASIKULIAH TWITTERKULTUM RAMADHANLIPUTAN KEGIATANMAHASISWA PEMUDARUBRIK KELUARGASAFARI DAKWAH PKPUSEJARAH ISLAMSERBA SERBISPESIALSTUDI ISLAM

KONTAK & KERJASAMA

http://www.indonesiaoptimis.com/2010/08/materi-kultum-ramadhan-blog-indonesia.html?m=1

Created By SoraTemplates | Distributed By Blogger

MATERI KULTUM RAMADHAN LENGKAP

MATERI KULTUM RAMADHAN LENGKAP

KULTUM (Kuliah Tujuh Menit) selama ramadhan merupakan kegiatan yang dapat dipastikan setiap selesai tarawih disetiap masjid atau mushola. Dalam rangka mendukung hal tersebut, Maktabah Al-Hikmah men-posting MATERI KULTUM RAMADHAN, yang diambil dari Pengurus Cabang Nahdlatul 'Ulama (PCNU) Kabupaten Cilacap.
Bagi para ustadz atau siapapun yang membutuhkan materi KULTUM RAMADHAN, seilahkan download disini. 

01 Falsafah Puasa
02 Rasulullah Menyambut Ramadhan
03 Puasa Bulan Keimanan dan Ketaqwaan
04 Makna Imsak
05 Sholat Tarawih
06 Keutamaan Ramadhan
07 Bagaimana Setan Dibelenggu dalam Ramadhan
08 Menjinakkan Hawa Nafsu
09 Nilai Takwa Dalam Bulan Ramadhan
10 Puasa Dan Problematikanya
11 Puasa Bagi Perempuan
12 Puasa Sehat kan Jasmani
13 Puasa Sehatkan Jiwa
14 Hadits keutamaan Al Qur'an
15 Mengantuk dan tidur di bulan Ramadhan
16 Untuk Apa Al Quran Diturunkan
17 Indahnya Hidup Bersama Al Qur'an
18 Perbedaan Nuzulul Qur'an dan Lilatul Qadar
19 Kapan Lailatul Qadar Turun
20 Hakikat Do'a
21 Bersikap Dermawan di Bulan Ramadan
22 Membersihkan Qalbu
23 Menggali Cinta dengan Puasa
24 Meninggalkan dendam dan hasud
25 Puasa dan Disiplin Diri
26 Puasa dan Kemiskinan
27 Tips Meredam Marah
28 Tingkatan-tingkatan Puasa
29 Puasa Membangun Mental Bangsa
30 Mengevaluasi Hasil Puasa
31 Idul Fitri Dan Zakat Fitrah


http://pustaka-darulhikmah.blogspot.co.id/2010/08/materi-kultum-ramadhan-lengkap.html?m=1

Tafsir Al-Fatihah, ayat 6

Tafsir Ibnu Katsir

Terjemah Al Qur'an, Tafsir Al Qur'an, Ilmu Al Qur'an, Software Al Qur'an, Ebook Al Qur'an, Tilawah Al Qur'an, Murattal Al Qur'an

Tafsir Al-Fatihah, ayat 6

August 02, 2014

Al-Fatihah, ayat 6

{اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) }

Tunjukilah kami jalan yang lurus
Bacaan yang dilakukan oleh jumhur ulama ialah ash-shirat dengan memakai shad. Tetapi ada pula yang membacanya sirat dengan memakai sin, ada pula yang membacanya zirat dengan memakai za, menurut Al-Farra berasal dari dialek Bani Uzrah dan Bani Kalb.
Setelah pujian dipanjatkan terlebih dahulu kepada Allah Swt, sesuailah bila diiringi dengan permohonan, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis di atas, yaitu:

«فَنِصْفُهَا لِي وَنِصْفُهَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ»

Separo untuk-Ku dan separo lainnya buat hamba-Ku, serta bagi hamba-Ku apa yang dia minta.
Merupakan suatu hal yang baik bila seseorang yang mengajukan permohonan kepada Allah Swt. terlebih dahulu memuji-Nya, setelah itu baru memohon kepada-Nya apa yang dia hajatkan —juga buat saudara-saudaranya yang beriman— melalui ucapannya, "Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus." Cara ini lebih membawa kepada keberhasilan dan lebih dekat untuk diperkenankan oleh-Nya; karena itulah Allah memberi mereka petunjuk cara ini, mengingat Ia paling sempurna. Adakalanya permohonan itu diungkapkan oleh si pemohon melalui kalimat berita yang mengisahkan keadaan dan keperluan dirinya, sebagaimana yang telah dikatakan oleh Nabi Musa a.s. dalam firman-Nya:

رَبِّ إِنِّي لِما أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ

Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku. (Al-Qashash : 24)
Tetapi adakalanya permohonan itu didahului dengan menyebut sifat Tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh Zun Nun dalam firman-Nya:

لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. (Al-Anbiya: 87)
Adakalanya permohonan diungkapkan hanya dengan memuji orang yang diminta, sebagaimana yang telah dikatakan oleh seorang penyair:

أَأَذْكُرُ حَاجَتِي أَمْ قَدْ كَفَانِي ... حَيَاؤُكَ إِنَّ شِيمَتَكَ الْحَيَاءُ

إِذَا أَثْنَى عَلَيْكَ الْمَرْءُ يَوْمًا ... كَفَاهُ مِنْ تَعَرُّضِهِ الثَّنَاءُ

Apakah aku harus mengungkapkan keperluanku ataukah rasa malumu dapat mencukupi diriku, sesungguhnya pekertimu adalah orang yang pemalu, yaitu bilamana pada suatu hari ada seseorang memujimu, niscaya engkau akan memberinya kecukupan.

Al-hidayah   atau   hidayah   yang   dimaksud   dalam   ayat  ini   ialah bimbingan dan taufik (dorongan). Lafaz hidayah ini adakalanya muta'addi dengan sendirinya. sebagaimana yang terdapat dalam ayat di bawah ini:

{اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ}

Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Al-Fatihah: 6)
Maka al-hidayah mengandung makna "berilah kami ilham atau berilah kami taufik, atau anugerahilah kami, atau berilah kami", sebagaimana yang ada dalam firman-Nya:

وَهَدَيْناهُ النَّجْدَيْنِ

Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. (Al-Balad: 10)
yang dimaksud ialah "Kami telah menjelaskan kepadanya (manusia)   jalan kebaikan dan jalan keburukan".
Adakalanya al-hidayah muta'addi dengan ilaseperti yang ada Dalam firman-Nya:

اجْتَباهُ وَهَداهُ إِلى صِراطٍ مُسْتَقِيمٍ

Allah telah memilihnya dan memberinya petunjuk ke jalan yang lurus. (An-Nahl: 121)
Allah Swt. telah berfirman:

فَاهْدُوهُمْ إِلى صِراطِ الْجَحِيمِ

maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (Ash-Shaffat: 23)
Makna hidayah dalam ayat-ayat di atas ialah bimbingan dan petunjuk, begitu pula makna yang terkandung di dalam firman lainnya, yaitu:

وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلى صِراطٍ مُسْتَقِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Asy-Syura: 52)
Adakalanya   al-hidayah   ber-muta'addi   kepada   lam,   sebagaimana ucapan ahli surga yang disitir oleh firman-Nya:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدانا لِهذا

Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. (Al-A'raf: 43)
Makna yang dimaksud ialah "segala puji bagi Allah yang telah mem-beri kami taufik ke surga ini dan menjadikan kami sebagai penghuni-nya".
Mengenai as-siratal mustaqim, menurut Imam Abu Ja'far ibnu Jarir semua kalangan ahli takwil telah sepakat bahwa yang dimaksud dengan siratal mustaqim ialah "jalan yang jelas lagi tidak berbelok-belok (lurus)". Pengertian ini berlaku di kalangan semua dialek bahasa Arab, antara lain seperti yang dikatakan oleh Jarir ibnu Atiyyah Al-Khatfi dalam salah satu bait syairnya, yaitu:

أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى صِرَاطٍ ... إِذَا اعْوَجَّ الْمَوَارِدُ مُسْتَقِيمُ

Amirul Muminin berada pada jalan yang lurus manakala jalan mulai bengkok (tidak lurus lagi).

Menurutnya, syawahid (bukti-bukti) yang menunjukkan pengertian tersebut sangat banyak dan tak terhitung jumlahnya. Kemudian ia mengatakan, "Setelah itu orang-orang Arab menggunakan sirat ini dengan makna isti'arah(pinjaman). lalu digunakan untuk menunjukkan setiap ucapan, perbuatan, dan sifat baik yang lurus atau yang me-nyimpang. Maka jalan yang lurus disebut mustaqim, sedangkan jalan yang menyimpang disebut mu'awwij."
Selanjutnya ungkapan para ahli tafsir dari kalangan ulama Salaf dan ulama Khalaf berbeda dalam menafsirkan lafaz sirat ini, sekalipun pada garis besarnya mempunyai makna yang sama, yaitu mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya".
Telah diriwayatkan bahwa yang dimaksud dengan sirat ialah Kitabullah alias Al-Qur'an. 

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ، حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ يَمَانٍ، عَنْ حَمْزَةَ الزَّيَّاتِ، عَنْ سَعْدٍ، وَهُوَ أَبُوالْمُخْتَارِ الطَّائِيُّ، عَنِ ابْنِ أَخِي الْحَارِثِ الْأَعْوَرِ، عَنِ الْحَارِثِ الْأَعْوَرِ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيمُ كِتَابُ اللَّهِ"

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Arafah, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Yaman, dari Hamzah Az-Zayyat, dari Sa'id (yaitu Ibnul Mukhtar At-Ta'i), dari anak saudaraku Al-Haris Al-A'war, dari Al-Haris Al-A'war sendiri, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Siratal Mustaqim adalah Kitabullah.
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir melalui hadis Hamzah ibnu Habib Az-Zayyat. 
Dalam pembahasan yang lalu —yaitu dalam masalah keutamaan Al-Qur'an— telah disebutkan melalui riwayat Imam Ahmad dan Imam Turmuzi melalui riwayat Al-Haris Al-A'war, dari Ali r.a. secara marfu’, 

"وَهُوَ حَبْلُ اللَّهِ الْمَتِينُ، وَهُوَ الذِّكْرُ الْحَكِيمُ، وَهُوَ الصِّرَاطُ المستقيم"

bahwa Al-Qur'an merupakan tali Allah yang kuat: dia adalah bacaan yang penuh hikmah. juga jalan yang lurus.
Telah diriwayatkan pula secara mauquf dari Ali r.a. Riwayat terakhir ini lebih mendekati kebenaran.
As-Sauri —dari Mansur, dari Abu Wa'il, dari Abdullah— telah mengatakan bahwa siratal mustaqim adalah Kitabullah (Al-Qur'an).
Menurut pendapat lain, siratal mustaqim adalah al-islam (agama Islam). Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Malaikat Jibril pernah berkata kepada Nabi Muhammad Saw., "Hai Muhammad, katakanlah. 'Tunjukilah kami jalan yang lurus'." Makna yang dimaksud ialah "berilah kami ilham jalan petunjuk, yaitu agama Allah yang tiada kebengkokan di dalamnya".
Maimun ibnu Mihran meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan firman-Nya: Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Al-Fatihah: 6) Bahwa makna yang dimaksud dengan "jalan yang lurus" itu adalah "agama Islam".
Ismail ibnu Abdur Rahman As-Sadiyyul Kabir meriwayatkan dari Abu Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas dan Mun-ah Al-Hamazani, dari Ibnu Mas'ud, dari sejumlah sahabat Nabi Saw. sehubungan dengan firman-Nya, "Tunjukilah kami jalan yang lurus" (Al-Fatihah: 6). Mereka mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah agama Islam. Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil meriwayatkan dari Jabir sehubungan dengan firman-Nya, "Tunjukilah kami jalan yang lurus" (Al-Fatihah: 6); dia mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah agama Islam yang pengertiannya lebih luas daripada semua yang ada di antara langit dan bumi.
Ibnul Hanafiyyah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya, "Tunjukilah kami jalan yang lurus" (Al-Fatihah: 6), bahwa yang dimaksud ialah "agama Islam yang merupakan satu-satunya agama yang diridai oleh Allah Swt. buat hamba-Nya".
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, yang dimaksud dengan ihdinas siratal mustaqim (tunjukilah kami jalan yang lurus) ialah agama Islam.
Dalam hadis berikut yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab Musnad-nya disebutkan: 

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ سَوَّارٍ أَبُو الْعَلَاءِ، حَدَّثَنَا لَيْثٌ يَعْنِي ابْنَ سَعْدٍ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ: أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ، حَدَّثَهُ عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا، وَعَلَى جَنْبَتَيِ الصِّرَاطِ سُورَانِ فِيهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ، وَعَلَى الْأَبْوَابِ سُتُورٌ مُرْخَاةٌ، وَعَلَى بَابِ الصِّرَاطِ دَاعٍ يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، ادْخُلُوا الصِّرَاطَ جَمِيعًا وَلَا تُعَوِّجُوا، وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ، فَإِذَا أَرَادَ الْإِنْسَانُ أَنْ يَفْتَحَ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ، قَالَ: وَيْحَكَ، لَا تَفْتَحْهُ؛ فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ. فَالصِّرَاطُ الْإِسْلَامُ، وَالسُّورَانِ حُدُودُ اللَّهِ، وَالْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ مَحَارِمُ اللَّهِ، وَذَلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ كِتَابُ اللَّهِ، وَالدَّاعِي مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ وَاعِظُ اللَّهِ فِي قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ"

telah meriwayatkan kepada kami Al-Hasan ibnu Siwar Abul Ala, telah menceritakan kepada kami Lais (yakni Ibnu Sa'id), dari Mu'awiyah ibnu Saleh, bahwa Abdur Rahman ibnu Jabir ibnu Nafir menceritakan hadis berikut dari ayahnya, dari An-Nawwas ibnu Sam'an, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Allah membuat suatu perumpamaan, yaitu sebuah jembatan yang lurus; pada kedua sisinya terdapat dua tembok yang mempunyai pintu-pintu terbuka, tetapi pada pintu-pintu tersebut terdapat tirai yang menutupinya. sedangkan pada pintu masuk ke jembatan itu terdapat seorang penyeru yang menyerukan, "Hai manusia, masuklah kalian semua ke jembatan ini dan janganlah kalian menyimpang darinya." Dan di atas jembatan terdapat pula seorang juru penyeru; apabila ada seseorang hendak membuka salah satu dari pintu-pintu (yang berada pada kedua sisi jembatan) itu, maka juru penyeru berkata, "Celakalah kamu, janganlah kamu buka pintu itu, karena sesungguhnya jika kamu buka niscaya kamu masuk ke dalamnya." Jembatan itu adalah agama Islam, kedua tembok adalah batasan-batasan (hukuman-hukuman had) Allah, pintu-pintu yang terbuka itu adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah, sedangkan juru penyeru yang berada di depan pintu jembatan adalah Kitabullah, dan juru penyeru yang berada di atas jembatan itu adalah nasihat Allah yang berada dalam kalbu setiap orang muslim.
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir melalui hadis Lais ibnu Sa'd dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkan pula hadis ini melalui Ali ibnu Hujr, dari Baqiyyah, dari Bujair ibnu Sa'd ibnu Khalid ibnu Ma'dan, dari Jubair ibnu Nafir, dari An-Nawwas ibnu Sam'an dengan lafaz yang sama. Sanad hadis ini hasan sahih.
Mujahid mengatakan bahwa makna ayat, "Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus," adalah perkara yang hak. Makna ini lebih mencakup semuanya dan tidak ada pertentangan antara pendapat ini de-ngan pendapat-pendapat lain yang sebelumnya.
Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir meriwayatkan melalui hadis Abun Nadr Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Hamzah ibnul Mugirah, dari Asim Al-Ahwal, dari Abul Aliyah mengenai makna "Tunjukilah kami ke jalan yang benar"; bahwa yang dimaksud dengan jalan yang benar adalah Nabi Saw. sendiri dan kedua sahabat yang menjadi khalifah sesudahnya (yaitu Abu Bakar dan Umar r.a.). Asim mengatakan, "Lalu kami ceritakan pendapat tersebut kepada Al-Hasan, maka Al-Hasan berkata, 'Abul Aliyah memang benar dan telah menunaikan nasihatnya'."
Semua pendapat di atas adalah benar, satu sama lainnya saling memperkuat, karena barang siapa mengikuti Nabi Saw. dan kedua sa-abat yang sesudahnya (yaitu Abu Bakar dan Umar r.a.), berarti dia mengikuti jalan yang hak (benar); dan barang siapa yang mengikuti jalan yang benar, berarti dia mengikuti jalan Islam. Barang siapa mengikuti jalan Islam, berarti mengikuti Al-Qur'an, yaitu Kitabullah atau tali Allah yang kuat atau jalan yang lurus. Semua definisi yang telah dikemukakan di atas benar, masing-masing membenarkan yang lainnya.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu-hammad ibnu Fadl As-Siqti, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Mahdi Al-Masisi, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria ibnu Abu Zaidah, dari Al-A'masy. dari Abu Wa'il. dari Abdullah yang mengatakan bahwa siratal mustaqim itu ialah apa yang ditinggalkan oleh Rasulullah Saw. buat kita semua.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir rahimahullah mengatakan bahwa takwil yang lebih utama bagi ayat berikut, yakni: Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Al-Fatihah: 6) ialah "berilah kami taufik keteguhan dalam mengerjakan semua yang Engkau ridai dan semua ucapan serta perbuatan yang telah dilakukan oleh orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat taufik di antara hamba-hamba-Mu", yang demikian itu adalah siratal mustaqim (jalan yang lurus). Dikatakan demikian karena orang yang telah diberi taufik untuk mengerjakan semua perbuatan yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang telah mendapat nikmat taufik dari Allah di antara hamba-hamba-Nya —yakni dari kalangan para nabi, para siddiqin, para syuhada, dan orang-orang yang saleh— berarti dia telah mendapat taufik dalam Islam, berpegang teguh kepada Kitabullah, mengerjakan semua yang diperintahkan oleh Allah, dan menjauhi larangan-larangan-Nya serta mengikuti jejak Nabi Saw. dan empat khalifah sesudahnya serta jejak setiap hamba yang saleh. Semua itu termasuk ke dalam pengertian siratal mustaqim (jalan yang lurus).
Apabila dikatakan kepadamu, "Mengapa seorang mukmin dituntut untuk memohon hidayah dalam setiap salat dan juga dalam keadaan lainnya, padahal dia sendiri berpredikat sebagai orang yang beroleh hidayah? Apakah hal ini termasuk ke dalam pengertian meraih apa yang sudah teraih?"
Sebagai jawabannya dapat dikatakan, "Tidak." Seandainya seorang hamba tidak memerlukan minta petunjuk di siang dan malam harinya, niscaya Allah tidak akan membimbingnya ke arah itu. Karena sesungguhnya seorang hamba itu selalu memerlukan Allah Swt. Dalam setiap keadaanya. agar dimantapkan hatinya pada hidayah dan dipertajam pandangannya untuk menemukan hidayah, serta hidayahnya bertambah meningkat dan terus-menerus berada dalam jalan hidayah. Sesungguhnya seorang hamba tidak dapat membawa manfaat buat dirinya sendiri dan tidak dapat menolak mudarat terhadap dirinya kecuali sebatas apa yang dikehendaki oleh Allah Swt. Maka Allah memberinya petunjuk agar dia minta kepada-Nya setiap wakru. semoga Dia memberinya pertolongan dan keteguhan hati serta taufik. Orang yang berbahagia adalah orang yang beroleh taufik Allah hingga dirinya terdorong memohon kepada-Nya, karena sesungguhnya Allah Swt. telah menjamin akan memperkenankan doa orang yang meminta kepada-Nya. Terlebih lagi bagi orang yang dalam keadaan terdesak lagi sangat memerlukan pertolongan di setiap waktunya, baik di tengah malam ataupun di pagi dan petang harinya.
Allah Swt. telah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلى رَسُولِهِ وَالْكِتابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ

Wahai orang-orangyang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. (An-Nisa: 136)
Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk beriman. Hal seperti ini bukan termasuk ke dalam pengertian meraih apa yang telah teraih, melainkan makna yang dimaksud ialah "perintah untuk lebih meneguhkan iman dan terus-menerus melakukan semua amal perbuatan yang melestarikan keimanan". Allah Swt. telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mengucapkan doa berikut yang termaktub di dalam firman-Nya:

رَبَّنا لا تُزِغْ قُلُوبَنا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنا وَهَبْ لَنا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia). (Ali Imran: 8)
Abu Bakar As-Siddiq r.a. sering membaca ayat ini dalam rakaat ketiga setiap salat Magrib, yaitu sesudah dia membaca surat Al-Fatihah; ayat ini dibacanya dengan suara perlahan. Berdasarkan kesimpulan ini dapat dikatakan bahwa makna firman-Nya: Tunjukilah kami ke jalan yang lurus. (Al-Fatihah: 6) ialah "tetapkanlah kami pada jalan yang lurus dan janganlah Engkau simpangkan kami ke jalan yang lain".

1. Surat Al-Fatihah Juz 1 Makiyyah Pembukaan Surat Al Fatihah Tafsir Al Fatihah

http://www.ibnukatsironline.com/

Popular posts from this blog

RUQYAH SYAR'IYYAH - PANDUAN SYARA' DAN BATASAN-BATASANNYA

May 10, 2017

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'alayang telah menciptakan manusia kemudian memuliakannya dengan derajat yang tiada terhingga. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wasallam. Beliau dengan segala pengorbanan dan tanggung jawabnya menunaikan tugas dan menyampaikan amanah dengan sempurna, telah mendidik kita ke jalan yang lurus. Doa dan salam semoga pula senantiasa tercurahkan kepada keluarga, shahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Modul Daurah Ruqyah Syar'iyyah bersama Syaikh Abual-Barra` yang terdiri dalam 4 bab yang telah disusun dan diterjemahkan tim dari Ruqyah Learning Center Indonesia ini telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi para Peruqyah Syar’iyyah di Indonesia pada era saat ini. Materi Ruqyah Syar’iyyah telah dijadikan panduan yang mengarahkan para Peruqyah pada jalan yang lurus dalam memahami dan mengimplementasikan praktek-praktek ruqyah dalam kehidupan. Karena itu, bebera…

BACA SELENGKAPNYA »

IMAN KEPADA YANG GHAIB

July 29, 2017

Akhir-akhir ini, sangat banyak kita jumpai orang-orang yang mengaku dirinya sebagai dukun, tukang ramal, orang pintar, atau kyai yang mampu mengobati berbagai macam penyakit. Mereka menyembuhkan penyakit dengan jalan sihir atau perdukunan, mereka mengaku dirinya sebagai thabib. Masyarakat awam tidak menyadari bahwa dirinya sudah menjadi budak setan dan bersama-sama mencemari aqidah secara lembut, tersamar, 'dan' perlahan namun pasti. Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, ternyata banyak juga korban dari orang-orang yang kesehariannya menjalani ibadah secara tertib.Sungguh keadaan ini merupakan bencana dan bahaya yang besar bagi Islam dan umat lslam. Ketergantungan kepada Allah tergantikan dengan ketergantungan kepada selain Allah.Berobat - mencari kesembuhan atas penyakit-diperintahkan oleh Islam. Seorang yang sakit hendaknya berusaha mendatangi seseorang yang ahli untuk diperiksa penyakit apa yang dideritanya dan diobati sesuai dengan obat-obatan yang diperbolehkan syara'…

BACA SELENGKAPNYA »

Surat Al-Fatihah - 0015

August 16, 2017

عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ؛ فَإِذَا كبَّر فَكَبِّرُوا، وَإِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوا " 15. Dari Abu Musa Al Asy'ari, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya dijadikan imam untuk diikuti. Jika ia takbir, maka hendaklah kalian takbir. Dan, jika ia membaca (Al Fatihah dan surah Al Qur'an) maka simaklah oleh kalian." Shahih: Muslim (404)

BACA SELENGKAPNYA »

 Powered by Blogger

Theme images by Michael Elkan

Archive

Labels

Report Abuse

Tafsir Ibnu Katsir