NURUL ABROR

Senin, 04 Juni 2018

TAQWA



Taqwa itu berkaitan dengan sikap kepatuhan seseorang terhadap perintah Allah dan RasulNya, baik perintah itu berupa suruhan atau larangan.

Secara ringkas orang yang bertaqwa ialah orang yang menjunjung dan patuh kepada semua perintah Allah.

Menurut Imam al-Ghazali rahimahullah, kalimah taqwa yang terdapat di dalam al-Quran al-Karim membawa tiga makna:
- Pertama, bermakna takut, gerun atau ngeri (haybah). 
- Kedua, bermakna taat. 
- Ketiga, mengandungi maksud menyucikan hati daripada dosa. 

Mengikut para ulamak: "Takwa itu ialah menyucikan hati daripada dosa sehingga menguatkan azam untuk meninggalkan dosa dan seterusnya memelihara diri daripada segala maksiat".

Imam al-Ghazali membuat kesimpulan : Bahawa takwa itu ialah menjauhkan setiap apa yang ditakuti akan membawa mudarat kepada agama. Bandingannya ialah berpantang bagi orang yang mengidapi penyakit. Ada pun berpantang daripada melakukan perkara-perkara yang membawa kerosakan kepada agama pula ialah "bertakwa". 

Definisi taqwa yang terindah adalah yang diungkapkan oleh Thalq Bin Habib Al’Anazi:

العَمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكِ مَعَاصِي اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ

“Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap azab Allah”. (Siyar A’lamin Nubala, 8/175)

Wallahu a'lam.

Antara ciri ciri org bertaqwa (utk kita mengenalinya) yg sudah semestinyalah seorg yg muslim dan mukmin,
1. Bersifat pemurah dlm keadaan senang dan susah
2. Penyabar tidak mudah marah (menahan marah)
3. Pemaaf, mudah memaafkan, tidak berdendam
4. Suka berbuat kebaikan, menolong, membantu, memudahkan org lain
5. Sentiasa ingat kpd Allah swt, yg bila melakukan kesalahan dan dosa segera ingat, minta ampun dan bertaubat.
Demikian yg dpt disimpulkan dr ayat ayat 134, 135 Surah Ali Imran.
Mk akasnya, tidaklah org bertaqwa itu bakhil, tidak juga mudah marah, tidak juga pendendam sukar memaafkan, tidak juga yg suka mempersulitkan urusan, dan bukan juga yg jenis sering lalai dan melupakan dosa dan kesalahan.
Bgmnkah kita ?


Fahaman saya ttg taqwa ;
Sentiasa ingat kpd Allah swt dan berhati hati dlm menjalani kehidupan agar tidak mendtgkan murka Allah swt.
Sentiasa melakukan dan mencari jalan yg mendtgkan suka Allah swt kpdnya.
Sentiasa minta ampun dan taubat di atas segala dosa kesalahan dan kelemahan serta kelalaian diri.
Meyakini Allah swt sentiasa Mengawasi dirinya.

Beramal tanda Islam,

Bersungguh dan ikhlas tanda iman,
Akhlak yg baik tanda taqwa.


Tanpa Nama27 Jun 2015 4:47 PTG

Beza "allazina aamanu" dgn almukminun ,

allazina aamanu, org org yg ada iman dlm hatinya (walau mungkin sedikit, tipis, cacat dan tidak sempurna), yg mengakui, percaya dan yakin kpd rukun iman yg enam, iaitulah org org Islam, ahli Kalimah Syahadah.
almukminun adalah org org mukmin, yg sempurna imannya. Bukan hanya percaya dan yakin dgn rukun iman yg enam, tp juga yg khusyuk solatnya, menunaikan zakat, meninggalkan yg sia sia, menjaga kehormatannya, menepati janji janjinya, amanah, menjaga solat, gementar hatinya bila diperingat dgn Allah swt dan bertambah imannya bila mendgr ayat ayat Allah swt dibacakan kpdnya.

Beza "allazinattaqa" dgn almuttaqun,

allazinattaqa, org org yg ada rasa taqwa dlm hatinya, ada rasa takut dan harap kpd Allah swt, takut akan MurkaNya, Ketidak-PedulianNya, takut akan azab azabNya, sentiasa pula mengharap akan ampunanNya, rahmatNya dan redhaNya serta balasan baik drNya, yg kerananya dia sentiasa berusaha menunaikan dan melaksanakan segala perintah, suruhan dan anjuranNya, serta berusaha menjauhi segala larangan dan tegahanNya. Semestinyalah dia seorg yg bukan sahaja muslim tp juga seorg mukmin sejati.
almuttaqun adalah org org yg bertaqwa, yg sempurna taqwanya, semestinya seorg muslim dan mukmin sejati yg sempurna imannya, taat dan patuh kpdNya, memperbnyk yg disukaiNya, berusaha keras menjauhi yg dibenci dan dimurkaiNya, segera minta ampun dan taubat bila tersalah terlanjur melakukan yg terlarang, ditambah dgn bersih hatinya mulia akhlaknya, jauh dr sifat sifat yg tercela, tenang tawaddu', pemurah, penyabar, pemaaf dan penyantun orgnya, sentiasa syukur dan qana'ah dgn apa pun ketentuan takdir Tuhan atasnya.


Islam seseorg dibuktikan dgn amal perbuatannya,
Iman dgn ilmu dan keyakinannya,
Taqwa dgn mulia akhlaknya.


Muslim itu sekurang kurangnya, tidak meninggalkan solatnya.
Mukmin pula sentiasa melazimi membaca dan tadabbur Al Quran.
Muttaqin pula, tak lepas lidah dan hatinya dr zikrullah.


Siddiqin pula adalah yg sempurna ciri ciri ketaqwaannya.

Seorg mukmin semestinyalah muslim yg sempurna syariatnya.
Seorg muttaqin semestinyalah seorg mukmin yg sempurna imannya.
Seorg siddiqin pula semestinyalah seorg muttaqin yg sempurna taqwanya.

Tanpa Nama30 Mei 2017 6:59 PG

"...dia (Habil) berkata : Hanyasanya Allah (swt) hanya menerima (qurban) dr org org yg bertaqwa." 5:27.

Hanya amalan yg disertai dgn taqwa diterima Allah swt.

Balas

Tanpa Nama19 Ogos 2017 5:48 PTG

Islam itu bermula dgn ikrar syahadatain dan dibuktikan dgn taat.

Iman itu keyakinan dlm hati dibuktikan dgn ikhlas, benar dan amanah, terzahir pula dgn sifat syukur, sabar dan tawakkal.

Taqwa pula dua buktinya, ihsan dan wara'. 
Ihsan bermakna sentiasa merasa diri dlm pengawasan Allah swt. 
Wara' pula sentiasa berhati hati agar jauh dr murka dan ketidakredhaan Allah swt.

Balas

Tanpa Nama13 Disember 2017 4:13 PTG

Muttaqin itu ;

Muhsin lg wara' ; sentiasa merasa dirinya diawasi Allah swt, dan menjauhi segala yg tak disukai Allah swt.

Tenang, tawaddu', lemah lembut dan bersopan santun.

Mudah (humble), lemah lembut, mudah didekati (mesra bergaul dgnnya), suka menolong / membantu.

Manis wajahnyanya, baik lidahnya, bersih hatinya, ringan tgnnya (suka membantu).

Pemurah, penyabar, pemaaf, penyantun, sentiasa zikrullah, sentiasa taubat.


Surah Al-Kahfi Ayat 1 - 10

* Dari Abu Darda r.a., Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Jika sesiapa belajar dengan 'mata hati' dalam 10 ay...


 http://lenggangkangkung-my.blogspot.com/2012/01/makna-taqwa.html?m=1

Al ankiya

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Makna Taqwa

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah.

Melanjutkan seri sebelumnya, pada kesempatan ini kita akan menghadirkan makna taqwa dan berbagai ungkapan para ulama seputar taqwa.

Ibnu Rojab Rohimahullah mengatakan[1],

Asal/ dasar taqwa adalah seorang hamba menjadikan adanya tameng antara dirinya dan hal yang ditakuti, diwaspainya. Sehingga taqwa seorang hamba kepada Robbnya adalah dia menjadikan adanya tameng antara dirinya dan hal yang dikhwatirkan, ditakutinya berupa marah, kemurkaan dan hukuman dari Robbnya yaitu dengan melakukan keta’atan kepada Nya dan menjauhi maksiat kepada Nya”.

Inilah makna taqwa dalam Firman Allah Subhana wa Ta’ala,

وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

 “Bertaqwalah kepada Allah yang hanya kepada Nyalah kamu akan dikumpulkan”.

(QS. Al Maidah [5] : 96)


Menjauhi kemusyrikan dan mengikhlaskan ibadah merupakan bagian utama dari ketaqwaan seorang hamba,

Mu’adz bin Jabal Rodhiyallahu ‘anhu mengatakan, ‘Akan dipanggil pada hari qiyamat, “Mana orang-orang yang bertaqwa ?” Maka mereka pun berdiri di lindungan/naungan Allah Ar Rohman. Dimana tidak ada penutup pada mereka dan mereka pun tidak tersembunyi. Mereka mengatakan kepada Nya, “Siapa itu orang-orang yang bertaqwa ?” Dia menjawab, “Mereka adalah kaum yang takut, menghindari syirik dan peribadatan terhadap berhala serta mengikhlaskan ibadah mereka hanya kepada Allah[2].

 

Membenarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam serta mengamalkan ilmu merupakan bagian dari ketaqwaan.

Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Orang-orang yang bertaqwa adalah mereka yang takut kepada Allah dan hukuman Nya karena meninggalkan ilmu yang sudah mereka ketahui. Mereka pun adalah orang-orang yang mengharapkan kasih sayang Nya terhadap pembenaran atas apa yang didatangkan Nya (berupa janji ganjaran yang berasal dari Al Qur’an dan hadits -pen)”.

 

Taqwa bukan hanya terbatas pada peribadatan semata.

Al Hasan Rohimahullah mengatakan, “Orang-orang yang bertaqwa adalah mereka yang meninggalkan seluruh yang yang diharamkan atas mereka dan menunaikan apa yang diwajibkan atas mereka”.

‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz Rohimahullah mengatakan, “Bukanlah orang yang bertaqwa kepada Allah (orang yang hanya –pen) puasa di siang hari dan qiyamul lail di malam hari dan hal-hal yang semisal itu. Namun taqwa keapda Allah (juga –pen) adalah dengan takut kepada Allah dengan meninggalkan semua yang Allah haramkandan melaksanakan apa yang Allah wajibkan. Maka barang siapa yang dianugrahi rezki setelah itu maka itu adalah kebaikan di atas kebaikan”[3].

 

Beramal atau meninggalkan suatu perbuatan karena Allah dan atas dasar ilmu merupakan bagian dari ketaqwaan.

Tholq bin Habib Rohimahullah mengatakan, “Taqwa adalah engkau beramal, mengerjakan keta’atan kepada Allah di atas cahaya dari Allah (ilmu –pen) karenamengharap pahala dari Allah. Juga engkau meninggalkan maksiat kepada Allah di atas cahaya dari Allah (ilmu –pen) karena takut hukuman dari Allah[4].

Para ulama mengatakan bahwa inilah pengertian atau definisi taqwa yang paling lengkap. Sebab tercakup padanya adanya amal sholeh dan meninggalkan kemaksiatan atas dasar ilmu. Defenisi ini juga memuat adanya motif seorang hamba dalam beramal dan meninggalkan kemaksiatan yaitu berharap ganjaran dari Allah dan takut terhadap hukumannya.

 

Selanjutnya taqwa yang paling sempurna adalah taqwa yang melahirkan sikap waro’.

Al Hasan Rohimahullah mengatakan, “Taqwa akan selalu ada pada orang-orang yang bertaqwa sampai mereka meninggalkan banyak hal yang (sebenarnya –pen) halal karena takut terjatuh pada keharaman[5].

 

Ilmu merupakan pondasi bagi seseorang untuk benar-benar bertaqwa. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Tholq bin Habib Rohimahullah di atas. Ibnu RojabRohimahullah menegaskan,

“Pondasi taqwa adalah seorang hamba berilmu, mengetahui sesuatu yang akan dia bertaqwa/takut terhadapnya”[6].

Ringkasnya taqwa merupakan sebuah kata yang mencakup perbuatan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi seluruh laranganNya ikhlas mengharapkan ridhoNya dan takut terhadap neraka Nya berdasarkan ilmu dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.

Allahu a’lam.

 

 

Waktu Dhuha 5 Rojab 1438 H |  4 April 2017 M

Aditya Budiman bin Usman bin Zubir

[1] Lihat Jami’ Al ‘Ulum wal Hikam hal. 398/I terbitan Mu’asasah Risalah, Beirut.

[2] Idem hal. 400/I.

[3] Idem.

[4] Idem.

[5] Idem hal. 401/I.

[6] Idem hal. 402/I.

 

April 6, 2017

https://alhijroh.com/aqidah/makna-taqwa/

At-Taqiyya

Memahami Ruang Lingkup dan Ciri-Ciri Taqwa, Langkah Ke Depan Alumni Ramadhan

On Apr 17, 2018  935 0

Memahami Ruang Lingkup dan Ciri-Ciri Taqwa, Langkah Ke Depan Alumni Ramadhan

 

Puasa pada bulan Ramadhan, bila ditunaikan dengan memenuhi syarat dan rukun serta mengikuti tuntunan Rasulullah saw., pasti akan menghasilkan orang-orang yang bertaqwa (Al Baqarah 183). Jikalau puasa kita benar, maka kita menjadi orang bertakwa yang tak mungkin bisa tergoda oleh syetan.

Inilah barangkali makna hadits yang menyatakan bahwa pada bulan Ramadhan semua pintu neraka ditutup, pintu-pintu surga dibuka lebar dan semua setan dibelenggu. sehingga setan tidak mungkin bisa memperdaya dan menggoda orang yang sedang berpuasa secara benar.
Kendati puasa telah selesai, namun ketakwaan hasil puasa baru mulai kita buktikan sehabis puasa. Idul fitri 1 Syawal disebut hari kemenangan, karena umat Islam telah usai puasa dan pasti meraih ketakwaan yang hasilnya adalah syurga.
Kata “taqwa” telah disebutkan dengan kata dasar atau pecahan katanya didalam Kitabullah. Terkadang anda membaca kata “ittaquu”, juga “al-Muttaqin”, “taqiyya”, juga “yattaqun”, “ittaqi”, “wattaquni”, “yattaqi” dan “al-atqa”.

Kata tersebut telah digunakan dalam Al-Qur’an lebih dari 187 kali. Stressingnya lebih pada surat-surat yang berbicara mengenai iman, kitab, Bani Israil, wasiat, warisan, riba, menyusui serta pembalasan. Di antara contoh paling gampang dalam hal itu adalah surat Al- Baqarah. Dalam surat ini, terdapat penyebutan 35 kali derivasi kata taqwa. Begitu kentalnya makna taqwa, karena ia merupakan inti persoalan dan puncak tujuan disyariatkannya semua ajaran Islam.
Bila kita teliti seluruh ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an, konotasi takwa  mencakup banyak indikasi, antara lain:

1.    Taqwa itu mencakup iman dan Islam.

Allah swt. Berfirman,
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janji apabila ia berjanji dan orang-orang yang sabar akan kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”  (Al-Baqarah: 177).

2.    Taqwa dan hubungannya dengan tipu daya musuh

Allah swt. Berfirman,
“Jika memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudhorotan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan” (Ali Imran: 120).

3.    Taqwa dan hubungannya dengan menyambung silaturrahim.

Allah swt. Berfirman,
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Robb-mu yang telah menciptakan diri yang satu dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrohim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.“ (An Nisa: 2).

4.    Taqwa berhubungan dengan kebenaran (al-haq) dan keadilan.

Allah swt. Berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Maidah: 8 ).

5. Taqwa dan hubungannya dengan larangan memberikan loyalitas terhadap orang kafir dan ahli alkitab yang senantiasa mengolok-olok Islam.

Allah swt. Berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengambil jadi pimpinanmu,orang-orang yang membuat agamamu menjadi buah ejekan dan permainan,(yaitu) diantara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir  (orang-orang musrik).Dan bertaqwalah kepada Allah jika kamu betul-betul  orang yang beriman.” (Al Maidah: 5)

6.    Taqwa bermakna konsisten  terhadap Islam dengan meninggalkan  semua yang tidak Islami

Allah swt. Berfirman,
”Dan bahwa ( yang kami perintahkan) ini adalah jalanku  yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain).Karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa ” (Al-An’am : 153)

7.     Taqwa bermakna tidak mendiamkan kezaliman,

Allah swt. Berfirman,
“Dan peliharalah dirimu (taqwa) dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya“ (Al-Anfal: 25).

8.    Taqwa dan iman tidak akan bertemu dengan hati orang yang meninggalkan jihad dengan harta dan jiwa.

Allah swt. Berfirman,
“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertaqwa.” (At Taubah : 44).

Ciri-ciri Muttaqin Ahli Surga

Allah swt. Berfirman,
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali Imran  133-135)

Dari ayat-ayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa cirr-ciri orang bertaqwa yang dijanjikan akan masuk syurga yang luasnya seluas langit dan bumi adalah sebagai berikut:
1.    Senantiasa menginfakkan hartanya baik dalam keadaan lapang ataupun sempit. (Ali Imran: 134).
2.    Senantiasa menahan amarahnya. (Ali Imran: 134)
3.    Senantiasa memaafkan kesalahan orang lain. (Ali Imran: 134)
4.    Senantiasa berbuat ihsan dalam ibadah dan kehidupannya, karena Allah mencintai orang-orang yang melakukan ihsan. (Ali Imron :134)
5.    Bila terjerumus dosa, ia akan mengingat Allah lalu meminta ampun dan tidak akan pernah mengulanginya lagi. (Ali Imron 135)

Kita telah usai berpuasa, berarti kita harus membuktikan hasil puasa kita tersebut, yaitu dengan ketakwaan yang harus kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bila kita benar-benar taqwa, maka Allah akan melimpahkan kepada kita hal-hal berikut:
1.    Rahmat (QS. 98: 8)
2.    Furqan   (QS. 8: 29)
3.    Berkah  (QS. 7: 96)
4.    Jalan keluar (QS. 65: 2)
5.    Rejeki (QS. 65: 3)
6.    Kemudahan (QS. 65: 5)
7.    Dihapuskan kesalahannya (QS. 65: 5)
8.    Ampunan (QS. 65:5), dan
9.    Pahala yang besar (QS. 65:5)

Dengan ketakwaan yang dihasilkan oleh puasa, diharapkan kita akan  keluar dari berbagai macam krisis yang tengah membelenggu kehidupan kita. Pasca Ramadhan, adalah masa memupuk ketakwaan yang kita peroleh di bulan Ramadhan, agar tidak layu menuju Ramadhan selanjutnya.

Wallahu a’lamu bisshawab.

Sumber:
Buku “Menjadi Hamba Rabbani”
Penerbit: Pustaka Ikadi, 2004

Ciri Ciri Taqwa

http://initu.id/memahami-ruang-lingkup-dan-ciri-ciri-taqwa-langkah-ke-depan-alumni-ramadhan/

Al Akhfiya

Al Akhfiya', Menyembunyikan Amal


http://www.ceramahsingkat.com/2016/11/al-akhfiya-menyembunyikan-amal.html?m=1

Al Akhfiya', Menyembunyikan Amal

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

Saudaraku yang dicintai Allah,

Dalam menjaga keikhlasan, generasi salafus sholih adalah teladan. Mereka mempunyai amalan andalan dan mereka menjaga amalan andalannya agar tidak terlihat oleh manusia. Mereka sangat berhati-hati dalam menjaga kemurnian amalannya. Jangan sampai, dengan atau tanpa sengaja, amalannya tercampur dengan niat lain kecuali mencari keridhaan-Nya. Hal yang sangat mereka khawatirkan adalah tercemarnya amalan mereka dengan penyakit hati seperti riya’, ujub, atau sum’ah. Mereka sangat faham, apabila amalan mereka tercemar dengan penyakit seperti itu, pahalanya akan hilang musnah hancur lebur tidak bersisa lagi. Dan di akhirat nanti mereka akan termasuk golongan orang yang bangkrut. Apabila mereka berjuang dalam dakwah dan jihad, mereka tak peduli di posisi mana mereka berjuang,depan atau belakang tidak menjadi soal, mereka tetap teguh berjuang menegakkan kalimat Allah. Itulah hati yang ikhlas, selalu menyibukkan diri dengan kebaikan, hingga tidak sempat mengorek-orek aib orang lain. Itulah hati yang ikhlas, yang selalu berfikir bagaimana mempersembahkan amal terbaik dihadapan Allah, bukan mencari popularitas dan pendukung.

Saudaraku yang dicintai Allah,

Seorang ulama salaf memberi nasehat

Tu'rafuna fi ahlis-sama' wa tukhfuna fi ahlil ardhi.

(Berusahalah kalian agar lebih dikenal oleh para penghuni langit, walaupun tak seorangpun penduduk bumi yang mengenal kalian.  Ulama tersebut adalah Abdullah bin Mas’ud.

Hal yang membedakannya dengan penduduk bumi lainya adalah, mereka tidak pernah memamerkan amalannya, tidak mencari popularitas, tidak membanggakan diri, tidak menepuk dada, tidak menyombongkan kepandaiannya, dan tidak menonjolkan keshalihannya. Mereka menjalani hidup dalam keheningan dan kebeningan nurani.

Saudaraku yang dicintai Allah,

Kini, zaman telah berubah. Manusia senang jika menjadi pusat berita, suka mendapat pujian, suka mengungkit kebaikan yang pernah dilakukan, sungguh kondisi ini merebak hampir disemua lini kehidupan. Dengan adanya media sosial terkadang orang melakukan amalan lalu diupload diberitahukan kemana-mana. Orang-orang yang merahasiakan amal sangat jarang kita temui, seolah semua ingin dilihat dan diperhatikan oleh manusia lain.

Tidaklah dilarang untuk mengekspos amal baik terutama amalan berupa syiar agama seperti adzan, khutbah jumat, sholat jamaah dll atau amalan yang jika niatnya karena Allah kemudian agar orang lain. Seperti firman Allah:

وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ

“Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 271)

Imam Ibnu Katsir mengomentari ayat ini dalam tafsirnya adalah ayat ini petunjuk bahwa merahasiakan sedekah lebih utama dari pada menampakkannya, karena merahasiakannya akan jauh dari riya. ( Tafsir Ibnu Katsir,1/701)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menyebut tipe manusia seperti ini dengan sebutan Al Akhfiya' (manusia-manusia tersembunyi). Beliau juga mengatakan Allah 'Azza wa Jalla sangat mencintai manusia tipe ini. Mereka tidak pernah peduli apa kata manusia tentang mereka, sebab -bagi mereka- yang penting adalah apa kata Allah tentang mereka. Itulah sebabnya, mereka tidak pernah mengalami kegilaan akan kemasyhuran.

Siapakah mereka al akhfiya' ?

Mereka adalah orang-orang bertakwa, yang bersungguh-sungguh menutupi amal baik mereka karena takut kepada Allah, menjaga diri dari segala yang merusak amalannya dari sifat riya, ghurur dan ingin dipuji.

Mereka mungkin ada dibarisan terdepan dari para pemimpin yang tidak suka popularitas dan penciteraan, mereka mungkin juga ada dibarisan prajurit yang tidak dikenali, mereka berjuang dan berjihad,  mereka ibarat kepulan debu-debu yang beterbangan menggapai ridha Allah.

Mereka adalah kaum muslimin yang shalat, rukuk dan sujud merendahkan diri dihadapan Allah, dikeheningan malam, hingga air mata mereka menetes.

Mereka adalah kaum muslimin yang memperhatikan kondisi kaum miskin dan lemah, memberi bantuan, menolong dan menyantuni dalam kesunyian manusia.

Mereka adalah orang-orang yang beramal hanya karena Allah, tidak takut caci maki, hujatan dan cibiran, karena tujuan mereka hanya Allah, pujian dan cacian tidak menghalangi mereka untuk berbuat baik.

Mereka yang sujud dan ruku serta tasbihnya tersembunyi? Mereka yang berhati hati pada ujub dan riya? Mereka da’i yang tidak terkenal yang tak henti member nasehat? Atau mereka yang berjalan di waktu malam dan memeriksa keadaan orang miskin?

Ada banyak macam jenis amalan yang pada prinsipnya mereka adalah hamba Allah yang merahasiakan diri dan menghindari riya. Pada prinsipnya mereka adalah pribadi yang menyadari bahwa salah satu syarat diterimanya amal adalah ikhlas. Prinsipnya mereka adalah pribadi yang lebih suka menyembunyikan amal.

Siapakah mereka al akhfiya' ?

Orang-orang yang merahasiakan amal adalah tidak suka popularitas, mereka beramal dalam kesunyian, jauh dari hiruk pikuk kepentingan manusia. Penampilan mereka nyaris diremehkan oleh manusia, namun di sisi Allah ternyata kedudukan mereka sangat mulia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رُبَّ أَشْعَثَ مَدْفُوعٍ بِالأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ

Mungkin saja orang yang berpenampilan kusut, senantiasa diusir dari pintu rumah orang, akan tetapi bila bersumpah memohon sesuatu kepada Allah, niscaya Allah mengabulkannya. (HR. Muslim)

Saudaraku yang dicintai Allah,

Mari kita simak nasehat para salafus sholeh tentang menyembunyikan amal:

  ‘Abdullah bin Mubarak  berkata  bahwa  cintailah kesederhanaan demi menghindarri popularitas, tetapi jangan menampakkan diri bahwa engkau mencintai kesederhaan itu, sehingga engkau mengunggulkan dirimu. Sesungguhnya pengakuan sebagai orang zuhud telah mengeluarkan dirimu dari kezuhudan, karena kamu telah berupaya memperoleh pengakuan (pujian) orang lain.

Bahkan Muthorrif bin ‘Abdullah berkata, sungguh , aku lebih suka sekiranya aku tidur sepanjang malam dan tidur di pagi hari, daripada aku melaksanakan qiyamul lail di malam hari , lantas bangun pagi dalam keadaan mengaumi diri.

Sufyan berkata, bahwa sebab, bila seseorang itu paham agama, pasti tidak memburu kedudukan sebagai pemimpin (jabatan), yang bisa menyebabkan penyesalan dan kesengsaraaan bagi pemiliknya pada hari kiamat. Kecuali orang yang mengambil kedudukan tsb sesuai dengan haknya dan menunaikan hak Allah didalamnya.

Saudaraku yang dicintai Allah, mengapa kita harus menyembunyikan amal, karena :

1. Jalan ini (menjauhi popularitas) adalah salah satu manhaj syar’i.

2. Orang Ikhlas kebanyakan hampir tak terdengar jejak langkahnya, nyaris tidak terekam sejarah kecuali setelah mereka mati.

3. Ini juga berguna agar kita tidak mudah menghina saudara kita dan tidak mudah meremehkan kawan seiring. Sekaligus ini menekan kesombongan. Bahwa boleh jadi saudara kita sedang menyembunyikan kehebatannya.

4. Topik ini juga memberikan penekanan pada nilai ikhlas dalam beramal. Terutama di tengah badai budaya pop. Bahasan tentang Al Akhfiya ini juga dapat membangkitkan gairah membangun kerahasiaan antara kita dengan Allah swt.

5. Merupakan cara untuk menjaga keseimbangan di tengah mudahnya kita menonjolkan diri dan membuat portofolio keunggulan diri.

Saudaraku yang dicintai Allah,

Susah, Iya. Memang. Jika nilai yang tersembunyi lebih tinggi dari yang tampak, setidaknya kita ‘berbakat’ untuk menjadi Al Akhfiya’. Sebaliknya, yang lebih suka menonjolkan diri dan malas menguatkan nilai yang tersembunyi, setidaknya harus bekerja lebih keras untuk menjadi Al Akhfiya’.

Kita hanya hamba yang lemah dan jauh kualitasnya dibandingkan para sahabat dan salafush sholeh, mengapa kita banggakan amal dan dakwah kita. Semoga Allah menerima amal kita dan menutupi aib kita.

Wallahul muwaffiq

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ


hadits menyembunyikan ibadah
sembunyikan ibadahmu seperti kamu menyembunyikan dosamu
sembunyikan ibadahmu sebagaimana engkau menyembunyikan dosamu
sembunyikan amalmu seperti kamu menyembunyikan aibmu
sembunyikan ibadahmu seperti kamu menyembunyikan aibmu
ayat tentang menyembunyikan ibadah
sembunyikanlah ibadahmu seperti kamu menyembunyikan aibmu
biarlah ibadahmu menjadi rahasiamu sebagaimana kamu merahasiakan dosamu






Ciri-Ciri Orang bertaqwa; Sifat dan Amalannya Menurut Al-Qur'an


Ciri-Ciri Orang bertaqwa; Sifat dan Amalannya Menurut Al-Qur'an


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Serial Tafsir Istilah kata

Melanjutkan postingan sebelumnya tentang Makna Taqwa dan Iman, maka saya nukilkan lagi sebagian penjelasan terdahulu agar bisa menyambung dengan judul artikel ini, yakni ciri-ciri orang yang bertaqwa.
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. "memelihara diri dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk allah" Adapun dari asal bahasa arab quraish taqwa lebih dekat dengan kata waqa yang bermakna melindungi sesuatu, memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan.

*****************************************************************

هُدً۬ى لِّلۡمُتَّقِي.......

 petunjuk bagi mereka yang bertakwa (Q.S. al-Baqarah: 2).

***********************************************************

Taqwa pada dasarnya berarti menjaga diri dari hal-hal yang dibenci, karena kata taqwa berasal dari kata "الوقاية "al-wiqaayah (penjagaan).

Penjagaan yang bagaimanakah yang dimaksud al-Qur'an ? Marilah kita telusuri identifikasi dan ciri-cirinya agar menjadi jelas penafsiran kita,insyaallaah.

Ciri-Ciri Orang Yang Bertaqwa Menurut Al-Qur'an

1. Beriman kepada yang GhaibMendirikan shalat, dan berinfaq

ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَـٰهُمۡ يُنفِقُونَ

[yaitu] mereka yang beriman kepada yang ghaibyang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki  yang Kami anugerahkan kepada mereka, [Q.S. al-Baqarah: 3].

2. Beriman kepada kitab-kitab Allah dan meyakini adanya akhirat. 

 وَٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ وَبِٱلۡأَخِرَةِ هُمۡ يُوقِنُونَ 

dan mereka yang beriman kepada Kitab [Al Qur’an] yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu  serta mereka yakin akan adanya [kehidupan] akhirat . (Q.S. al-Baqarah: 4).

3. Beriman kepada: Allah, Hari akhir, para malaikat, kitab-kitab, para nabi; berinfaq, memerdekakan budak, mendirikan shalat, zakat, menepati janji dan sabar.

 لَّيۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَـٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَٱلۡمَلَـٰٓٮِٕڪَةِ وَٱلۡكِتَـٰبِ وَٱلنَّبِيِّـۧنَ وَءَاتَى ٱلۡمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِى ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَـٰمَىٰ وَٱلۡمَسَـٰكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآٮِٕلِينَ وَفِى ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّڪَوٰةَ وَٱلۡمُوفُونَ بِعَهۡدِهِمۡ إِذَا عَـٰهَدُواْ‌ۖ وَٱلصَّـٰبِرِينَ فِى ٱلۡبَأۡسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلۡبَأۡسِ‌ۗ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ‌ۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ 

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir [yang memerlukan pertolongan] dan orang-orang yang meminta-minta; dan [memerdekakan] hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar [imannya]; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S.al-Baqarah: 177).

4. Berinfaq di waktu lapang atau sempit, menahan amarah, dan pemaaf.

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡڪَـٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ‌ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

[yaitu] orang-orang yang menafkahkan [hartanya], baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan [kesalahan] orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali-Imran: 134)

 

5. Berpuasa Ramadhan

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Q.S.al-Baqarah:183)

6. Tidak Silau Keindahan duniawi

زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَيَسۡخَرُونَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ‌ۘ وَٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ فَوۡقَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ‌ۗ

Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat (Q.S.al-Baqarah: 212).

7. Selalu berbuat kebajikan.

وَمَا يَفۡعَلُواْ مِنۡ خَيۡرٍ۬ فَلَن يُڪۡفَرُوهُ‌ۗ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِٱلۡمُتَّقِينَ

Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi [menerima pahala] nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Ali Imran:115).

8. Bersegera kepada ampunan Allah.

وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٍ۬ مِّن رَّبِّڪُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَـٰوَٲتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (Q.S. Ali Imran: 133)

9. Selalu mengingat Allah dan memohon ampunatas dosa-dosanya.

وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَـٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَہُمۡ ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ لِذُنُوبِهِمۡ وَمَن يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ

Dan [juga] orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri , mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Q.S.Ali-Imran: 135).

10. Bersabar saat diuji harta dan dirinya.

 لَتُبۡلَوُنَّ فِىٓ أَمۡوَٲلِڪُمۡ وَأَنفُسِڪُمۡ وَلَتَسۡمَعُنَّ مِنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَـٰبَ مِن قَبۡلِڪُمۡ وَمِنَ ٱلَّذِينَ أَشۡرَكُوٓاْ أَذً۬ى كَثِيرً۬ا‌ۚ وَإِن تَصۡبِرُواْ وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ ذَٲلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan [juga] kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (Q.S. Ali Imran: 186).

11. Menjadikan akhirat sebagai tujuan hidup.

 وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَعِبٌ۬ وَلَهۡوٌ۬‌ۖ وَلَلدَّارُ ٱلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ‌ۗأَفَلَا تَعۡقِلُونَ

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Q.S. al-An'am: 32).

12. Menyebarkan da'wah.

وَمَا عَلَى ٱلَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنۡ حِسَابِهِم مِّن شَىۡءٍ۬ وَلَـٰڪِن ذِڪۡرَىٰ لَعَلَّهُمۡ يَتَّقُونَ 

Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi [kewajiban mereka ialah] mengingatkan agar mereka bertakwa. (Q.S. al-An'm: 69).

13. Menutup aurat

يَـٰبَنِىٓ ءَادَمَ قَدۡ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكُمۡ لِبَاسً۬ا يُوَٲرِى سَوۡءَٲتِكُمۡ وَرِيشً۬ا‌ۖ وَلِبَاسُٱلتَّقۡوَىٰ ذَٲلِكَ خَيۡرٌ۬‌ۚ

Hai anak Adam  sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. (Q.S. Al-A'raf: 26).

14. Berdzikir manakala ditimpa kebimbangan.

إِنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ إِذَا مَسَّہُمۡ طَـٰٓٮِٕفٌ۬ مِّنَ ٱلشَّيۡطَـٰنِ تَذَڪَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبۡصِرُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (Q.S. al-A'raf: 201).


15. Menyuruh Keluarga Mendirikan shalat dan sabar mengerjakannya.

وَأۡمُرۡ أَهۡلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصۡطَبِرۡ عَلَيۡہَا‌ۖ لَا نَسۡـَٔلُكَ رِزۡقً۬ا‌ۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكَ‌ۗ وَٱلۡعَـٰقِبَةُ لِلتَّقۡوَىٰ

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat [yang baik] itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Q.S. Thaha: 132).


16. Tidak sombong dan tidak berbuat kerusakan

تِلۡكَ ٱلدَّارُ ٱلۡأَخِرَةُ نَجۡعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّ۬ا فِى ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فَسَادً۬ا‌ۚ وَٱلۡعَـٰقِبَةُ لِلۡمُتَّقِينَ

Negeri akhirat  itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di [muka] bumi. Dan kesudahan [yang baik]  itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S. al-Qashash: 83).


17. Muslimah hendaklah menjaga pandangan dan kata-kata dalam berbicara.

يَـٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسۡتُنَّ ڪَأَحَدٍ۬ مِّنَ ٱلنِّسَآءِۚ إِنِ ٱتَّقَيۡتُنَّ فَلَا تَخۡضَعۡنَ بِٱلۡقَوۡلِ فَيَطۡمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلۡبِهِۦ مَرَضٌ۬ وَقُلۡنَ قَوۡلاً۬ مَّعۡرُوفً۬ا

Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk  dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya , dan ucapkanlah perkataan yang baik, (Q.S. al-Ahzab: 32).


18. Membawa kebenaran dan membenarkannya.

وَٱلَّذِى جَآءَ بِٱلصِّدۡقِ وَصَدَّقَ بِهِۦۤ‌ۙ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ 

Dan orang yang membawa kebenaran [Muhammad] dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Az-Zumar: 33).

19. Menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji.

ٱلَّذِينَ يَجۡتَنِبُونَ كَبَـٰٓٮِٕرَ ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡفَوَٲحِشَ إِلَّا ٱللَّمَمَ‌ۚ إِنَّ رَبَّكَ وَٲسِعُ ٱلۡمَغۡفِرَةِ‌ۚ هُوَ أَعۡلَمُ بِكُمۡ إِذۡ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ وَإِذۡ أَنتُمۡ أَجِنَّةٌ۬ فِى بُطُونِ أُمَّهَـٰتِكُمۡ‌ۖ فَلَا تُزَكُّوٓاْ أَنفُسَكُمۡ‌ۖ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ

[Yaitu] orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui [tentang keadaan]mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (Q.S. An-Najm: 32).


20. Selalu mengambil pelajaran dari al-Qur'an.

وَإِنَّهُ ۥ لَتَذۡكِرَةٌ۬ لِّلۡمُتَّقِينَ 

Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.(Q.S. al-Haaqqa: 48).

Dsb.

Semoga bermanfaat.

                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ               
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”




Pengertian Amil Zakat, Syarat, Tugas, Upah dan Adanya Ijab-Qabul

Pengertian Tentang Saktah, Tashil, Isymam, Naql dan Imalah Dalam Bacaan Al-Qur'an