NURUL ABROR

Jumat, 22 Maret 2019

Metode pemupukan pohon Pisang terbaru



Metode pemupukan pohon Pisang terbaru

Di nindonesia menanam pisang memang tidak sesulit seperti di negara-negara lain, kita cukum mencari bibit dan menanamnya pisang akan tumbuh dengan sendirinya, tapi hasil yang di hasilkan tidak akan maksimal tanpa ada perawaqtan dan pemupukan yang tepat. kebanyakan buah pisang yang dihasilkan kurang berisi dan kulit buahnya terlihat agak berkeriput yang berimbas pada harga penjualan yang merosot. Berbekal dari pengalaman tersebut, dari pengalaman tersebut salah seorang dari petani pisang berfikir keras untuk bisa keluar dari masalah tersebut. hingga pada akhirnya menemuakan metode terbaru pemupukan pisang. Metode ini cukup memberikan pemupukan tambahan pada pohon pisang melalui bunga pisang atau yang sering kita sebut dengan "Jantung". Hasilnya pun cukup lumayan, Pisang yang dulunya kurang berisi berubah menjadi berisi, kulitnya mulus hampir tidak ada kerutan.

Yang perlu kita siapkan :

kantong plastikSegenggam pupuk ureadan tali

Cara pemupukan pada metode ini cukup mudah :

Pastikan dulu jika bakal buah pada jantung pohon pisang itu sudah habis (jantung sudah tidak berproduksi lagi menjadi buah).Buang jantung pisang pada tandan pisang.



Ambil segenggam pupuk urea tadi dan masukan kedalam kantong plastik.Ikatkan secara menggantung kantong plastik yang berisi urea tadi pada ujung tangkai tandan pisang (bekas potongan jantung)



Terakhir tinggal Kita menggu hingga Buah siap di panen dan lihat perbedaannya....

https://saptianto.blogspot.com/2015/03/metode-baru-pemupukan-pisang.html?m=1

Muluskan Pisang Metode Lama, Sentuhan Baru

Muluskan Pisang Metode Lama, Sentuhan Baru



Ibarat lagu yang diaransemen ulang, cara memuluskan pisang diberi sentuhan baru. Kalau dulu pekebun mengandalkan sistem pemberngsongan untuk mengatasi serangan hama Nacoleia octasema – penyebab buah burik, sekarang berongsong lebih efektif dengan kombinasi penyuntikan insektisida di ujung jantung, atau dengan pembungkus yang telah diberi lapisan insektisida.

Inilah jadinya ketika pekebun hanya mengandalkan pemberongsongan menggunakan kantong plastik transparan. Sebagian besar populasi pisang tanduk dan raja bulu – yang ditanam di pekarangan dan pematang sawah – di Cianjur dan Sukabumi, Jawa Barat, buahnya penuh burik.

Padahal pekebun sudah membungkus sesuai dengan standar yang dianjurkan. Mula-mula tandan siap berongsong – yakni setelah semua sisir terbentuk sempurna – dibuang jantungnya. Lalu bekas potongan di ujung tandan diolesi pupuk Urea untuk memacu pembesaran buah. Setelah beres, barulah tandan dibungkus kantong plastik transparan.

Biaya mahal

Masalah muncul karena pekebun ternyata telat membungkus. Tandan buah dibungkus setelah nacoleia mendekam di bakal buah pisang. Pembungkusan justru membuat nacoleia terlokalisir dalam pembungkus dan menyerang semua buah. ‘Akibatnya buah bukannya mulus, malah tambah burik,’ kata Sobir PhD, kepala Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB. Gara-gara kejadian pada 2005 itu akhirnya pekebun kapok membungkus pisang.

Menurut Drs Hendro Sunarjono, pakar buah di Bogor, Jawa Barat, serangan hama burik juga tak hanya merusak penampilan, tapi menurunkan produksi hingga 10%. ‘Seharusnya kulit buah muda mampu melakukan asimilasi dan tumbuh membesar. Apabila sel-selnya mati – karena tertutup burik – maka fungsinya jadi hilang. Ukuran buah pun jadi kecil-kecil,’ tambah Hendro.

Buat mengatasi nacoleia, pekebun mencoba cara lain. Mereka menyemprotkan insektisida kontak berdosis 2 cc/l setiap minggu sejak seludang jantung pisang mulai membuka hingga kulit buah mengeras. Itu kira-kira selama 3 – 4 bulan. Kendalanya biaya produksi melonjak lebih dari 200% dibanding dengan dibungkus saja. Pantas banyak pekebun enggan melakukan. Lagi pula, ‘Buat pasar lokal, meski penampilan pisang burik tetap laku,’ kata Hendro.

Injeksi

Masalah muncul ketika pasar modern dan ekspor yang disasar. ‘Kami hanya menerima pisang yang berkualitas. Ukuran buah sesuai dengan standar dan sosoknya bagus, serta mulus,’ kata Iwan G Rory, global sourching manager PT Sewu Segar Nusantara. Untuk memenuhi persyaratan itu, PT Nusantara Tropical Fruit (NTF) perusahaan perkebunan pisang cavendish dengan cakupan pasar meliputi Palembang, Lampung, Jawa, dan Bali melakukan teknik kombinasi: pemberongsongan dan penyunt ikan insektisida.

Injeksi insektisida diberikan pada kondisi ketika jantung pisang dalam posisi tegak menunjuk langit. ‘Kira-kira jantung sudah keluar 1/2 – 3/4 bagian,’ ujar Rachmansyah A Wardhana staf Research & Development NTF. Pada posisi jantung tegak belum ada celah bagi hama thrips dan larva nacoleia masuk. Insektisida yang disuntikkan pun dapat menyebar rata ke seluruh jantung. Posisi penyuntikan 1/3 dari ujung jantung. Aplikasi untuk cavendish sekitar 175 cc per jantung dengan konsentrasi sesuai anjuran.

Selang seminggu – saat buah mulai tampak – dilakukan penyemprotan fungisida untuk mencegah infeksi cendawan penyebab bintik hitam pada kulit pisang. Durasi setiap 2 hari sebanyak 4 – 5 kali aplikasi. Pada kurun itu pembentukan sisiran buah sempurna. Setelah itu pisang langsung dibungkus dengan plastik PE berwarna biru. Namun, sebelum pemberongsongan jantung dibuang terlebih dahulu. Dengan perlakuan itu terbukti cavendish yang dihasilkan oleh PT NTF sejak 1993 hingga kini selalu mulus.

Berpori

Toh, pemberongsongan pun tetap efektif menghasilkan pisang mulus asalkan dilakukan dengan disiplin tinggi. Kasem Usman, pekebun barangan di Lampung, membungkus pisang setelah buah terbentuk keseluruhan dalam satu tandan dan jantung sudah dipotong. Selembar kantong semen diberongsongkan pada tandan pisang. Kantong semen dipilih lantaran tidak menimbulkan panas dan lembap, sehingga pisang tidak busuk dan terbakar.

Bagian pangkal tandan diikat erat, sementara ujung kantong bagian bawah dibiarkan terbuka. Meski bagian bawah kantong terbuka bukan masalah karena nacoleia bergerak datar. Kantong terpasang hingga pisang siap dipanen setelah berumur 3 – 4 bulan sejak bunga mekar. Menurut Sobir, pemberongsongan seperti cara Usman dapat berhasil lantaran populasi nacoleia di daerah itu jarang. Kelemahannya kantong kertas semen hanya bisa sekali pakai dan pekebun sulit mengecek waktu kematangan buah karena tidak transparan.

Strategi pemberongsongan lebih dini juga dilakukan Budi Hartono di Lumajang, Jawa Timur. Ia membungkus pisang mas kirana sejak 4 – 5 minggu sebelum panen atau setelah semua sisir terbentuk sempurna. ‘Pemberongsongan seperti itu berhasil jika yang ditanam jenis pisang tertentu, seperti mas, susu, dan lampung yang kurang disukai nacoleia. Ngengat itu lebih sering menyerang pisang kepok, raja, dan barangan,’ kata Sobir. Kantong yang digunakan berupa plastik biru berdiameter 60 – 70 cm yang bisa dipakai 2 – 3 kali.

Alternatif lain menggunakan kantong plastik berbahan polietilen yang tembus pandang, tahan air, dan berpori sehingga sirkulasi udara tetap terjaga. ‘Tidak dianjurkan menggunakan kantong berwarna kuning karena akan menarik hama,’ kata Dr I Djatnika, mantan kepala Balai Penelitian Buah (Balitbu) Solok, Sumatera Barat. Hasilnya dari satu tandan hanya 3 – 4 buah terserang bercak cokelat. Jika 1 tandan rata-rata terdiri dari 8 sisir dan masing-masing sisir terdiri dari 20 – 25 buah, artinya, bercak cokelat yang muncul sekitar 2% saja. UU

Majalah Trubus, 01 Januari 2010

https://www.google.com/amp/s/anekaplanta.wordpress.com/2010/01/15/muluskan-pisang-metode-lama-sentuhan-baru/amp/