NURUL ABROR

Senin, 01 April 2019

Ngaji Tauhid: 20 Sifat-Sifat Yang Wajib Bagi Allah

 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته بسم الله ،الحمد لله، القائل فاعلم انه لاإله إلاالله ،فأشهد ان لاإله إلاالله واشهد ان محمدا رسول الله ، صلي الله عليه وعلي آله وصحبه عدد ماوسعه علم الله.. اما بعد :

Ahbaabii Muslimiin Muslimaat..! Sebelum kita mengenal apapun di alam semesta ini mari kita mengawali mengenal dan mengenalkan Allah terlebih dahulu karena Hukumnya Fardlu Ain kepada semua orang mukallaf (yang baligh dan beraqal) juga Fardlu bagi orang tua mengenalkan Allah kepada anak-anaknya, begitu pula suami kepada istrinya, begitu pula majikan kepada karyawannya, begitu pula Pemerintah kepada rakyatnya, dan Ilmu Tauhid itu merupakan Ilmu Azaz Keimanan dan Keislaman seseorang.

Jika tidak? Maka Allah Mengancam dengan AdzabNya Yang Amat Dahsyat yaitu dimasukan dan dikekalkan di dalam Api Neraka na’uudzu biLLaahi min dzaalik…

Allah adalah Nama Dzat Sang Pencipta semesta alam Yang Memiliki Segenap Sifat Kesempurnaan secara pasti menurut aqal dan Yang Di Sucikan oleh aqal dari segenap sifat kekurangan.

Tentunya setiap kita menginginkan mempunyai Tuhan itu Yang SifatNya sempurna tidak ingin mempunyai Tuhan Yang SifatNya cacat atau kurang.

Walaupun pada buktinya kebanyakan yang bertuhan itu ternyata kepada dzat yang kurang atau cacat sifat ketuhanannya seperti bertuhan kepada batu, api, matahari, sapi, jin, syetan, juga kepada sesama manusia lagi dll, sehingga lebih enak bersandar atau curhat atau mengagungkan atau mencintai atau merindukan atau takut atau malu atau syukur atau memuji atau ta’at atau mengingat kepada itu semua ketimbang kepada Tuhan Yang Haq. Innaa liLLaah..

Marilah kita renungi..!!!

Di saat kita menemukan apapun wujud (keadaan) alam ini maka aqal kita secara otomatis akan menghakiminya. Yang pertama: aqal menghakimi wajib WujudNya (AdaNya) Dzat Yang Menciptakannya dan mustahil Tidak Adanya Dzat Yang Menciptakannya. Dan Dzat Sang Pencipta pasti Menciptakannya dengan QudrotNya (Kekuasaan)Nya juga pasti Mengaturnya dan Mengurusnya dan Memastikan segala suatunya dengan Irodah (Kehendak)Nya.

Aqal berkata, “Tak mumkin bisa ada sesuatu yang ada tanpa ada Dzat Yang Mengadakannya”, maka Keberadaan Dzat Yang Menciptakannya itu pasti haqiqi menurut aqal, adapun keberadaan segala suatu apapun yang diciptakanNya adalah hal yang mumkin yakni tidak pasti menurut aqal dan wujud yang di ciptakanNya hanyalah majazi tidak haqiqi. Maka, segala suatu perkara makhluq kembali kepada Kehendak Dzat Penciptanya.

Jika Allah Dzat Pencipta Menghendaki Menciptakan sesuatu perkara maka pasti ada itu perkara. Tapi Jika Tidak Menghendakinya, maka pasti tidak akan ada itu perkara.

Maka adanya segala perkara makhluq yang Allaah Adakan dan tidak adanya segala perkara makhluq Yang Allaah Tidak Adakan juga lenyapnya segala perkara makhluq Yang Allaah Lenyapkan atau abadinya sebagian makhluq Yang Allaah Abadikan juga perubahan segala perkara makhluq Yang Allaah Rubah maka itu semua atas KehendakNya semata.

Tidak mumkin menurut aqal ada satupun perkara makhluq yang mandiri alias lepas dari Kekuasaan dan Kehendak Allaah Dzat Penciptanya.

لاحول ولا قوة إلا بالله

Tidak bisa berupaya kepada apapun dan tidak punya daya terhadap apapun kecuali oleh Allah.

Dialah Allah Dzat Yang Maha Ada dengan Keberadaan Yang Layak bagiNya.

Yang kedua: Allaah Dzat Pencipta Wajib menurut aqal Memiliki Sifat Qodim (Terdahulu) tanpa ada permulaaNya yakni tidak didahului oleh tidak ada, karena menurut aqal jika perkara yang awalnya tidak ada lalu ada maka keberadaannya adalah baru, dan segala yang baru pasti menurut aqal wajib ada Dzat Yang Mengadakannya lebih dulu dan itu mustahil menurut aqal bagi Allah.

Dialah Allah Dzat Yang Maha Awwal tanpa ada permulaanNya.

(هو الأول والآخر

Dialah Allah Yang Maha Awal tiada permulaanNya juga Yang Maha Akhir Tiada penghujungNya. (Quran Surat Al-Hadid: 3)

Yang ketiga: Allah Dzat Pencipta Wajib menurut aqal Memiliki Sifat Baqa (Kekal) yakni WujudNya tidak ada penghujung Dan Tidak fana (Rusak) bagiNya, karena kalau Allah Dzat Pencipta ada penghujungNya atau ada fanaNya, maka pasti Allaah tak berdaya dan pasti ada dzat lain yang berkuasa yang mengendalikan Allah, dan itu mustahil bagi Allah.

Dialah Allaah Dzat Yang Maha Akhir tanpa ada penghujung bagiNya.

(هو الأول والآخر )

Dan Firman Allaah dalam Surat Al’ankabut Ayat 88:

(كل شيئ هالك إلا وجهه

Segenap perkara pasti rusak kecuali Dzat Allaah.

Yang Keempat: Allah Dzat Pencipta Wajib menurut aqal Memiliki Sifat Mukholafah lilhawaadits (membedai kepada segala perkara yang baru) yakni perkara yang didahului oleh tidak ada dulu yaitu keberadaan segenap alam semesta ini. Maka tidak mungkin menurut aqal, Dzat Allah Sang Pencipta menyerupai dzat yang di ciptakanNya, dan tak mungkin SifatNya Menyerupai sifat yang diciptakanNya. Begitu juga Af’alNya (PerbuatanNya) tak mungkin Menyerupai perbuatan yang diciptakanNya atau sebaliknya yang diciptakanNya menyerupai Allah baik pada DzatNya atau SifatNya atau Af’alNya. Allah bukan jirim dan Allah bukan jisim juga tak bertempat pada jisim, juga tak mengarah pada jisim, Allah tidak di atas sesuatu perkara dan tidak di bawahnya juga tidak di depan atau di belakangnya dan tidak di sebelah kanan atau kirinya juga tidak di luar juga di dalamnya, dan Allah tidak disifati dengan gerak dan diam, dan tak berjuz-juz, Allah Tak Bertangan juga Tak Berkaki, Tak Bermata Nan Tak Bertelinga, Tak Berlidah, Tak Berruh, Tak Berotak, dll.

Allah Melihat Tak dengan mata, Mendengar tak dengan telinga, Berfirman tak dengan lisan dan tenggorokan jua tak dengan suara nan tak dengan huruf, dan tak kena sifat diam bagiNya, Mengetahui tak dengan otak dan jantung, dan PengetahauanNya tak Membutuhkan dalil dan tak muncul mendadak secara reflek, tak kena lupa dan samar juga kebodohan bagiNya, Hidup tak dengan ruh, QudrotNya (KekuasaanNya) tak Membutuhkan alat jua pembantu, IrodahNya (KehendakNya) tak Membutuhkan tujuan apapun. Berbuat apapun sekehendakNya tanpa karena apapun atau siapapun, tanpa alat dan tanpa contoh jua tanpa observasi atau experimen.

Maka jika ada penyerupaan kepada Allah Baik Dzat atau Sifat atau Af’alNya maka itulah haqiqat syirik.

Maka jika kita menemukan Firman Allaah atau Hadits Nabi Saw Yang Mengisyaratkan Sifat Allah dengan Bahasa Yang serupa dengan bahasa yang dipakaikan kepada makhluq namun pada haqiqatnya mustahil sama dengan makhluq, maka kita wajib mensucikan Dzat juga Sifat juga Af’al Allah dari keserupaan itu dengan cara kita tidak menterjemahkan dari asliNya Kalimat atau boleh menta’wil dengan Ta’wilan yang sesuai dengan Aqidah yang haq dan ini tidak sembarang orang bisa mentawilNya, maka ikutilah Ta’wilan Para Ulama Ahli Aqo’id Yang Haq jika ingin mentawilNya supaya kita selamat.

Seperti Kalimat Istawa استوي dalam Firman Allaah dalam Quran Surat Toha Ayat 5:

الرحمن علي العرش استوي

Yang Ma’nanya; Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang Istiwa di Arasy dengan Ma’na Istiwa Yang di Kehendaki olehNya dan Yang layak bagiNya.

Jika mau di Ta’wilkan maka Ma’na Istiwa adalah Menguasai Arasy bukan Dzat Allaah ada di Arasy dengan PengaturanNya. Karena kalau yang dimaksud Istawa itu DudukNya Dzat Allaah di Arasy, Maka ketahuilah!! bukankah Arasy itu ciptaanNya? Yang asalnya tidak ada? Lalu Allah Adakan ?. Apakah mau ditanyakan sebelum ada Arasy Allah dimana? Hingga lalu Allah pindah ke Arasy semenjak Allah Menciptakan Arasy? Maha Suci Allah dari tudingan orang-orang yang bodoh dan dzolim.

Dan ketahuilah bahwa kata mana itu menunjukan kepada tempat, dan mustahil Allah bertempat juga mustahil Allaah terkurung waktu atau jihat seperti Allah di depan, atau di belakang, atau kanan, atau di kiri, atau di atas, atau di bawah, atau di luar, atau di dalam, atau di barat, atau di timur, atau di utara, atau di selatan atau di mana-mana dll.

Juga mustahil Allah berbentuk atau berwarna atau berukuran atau bertimbangan berat atau ringan atau berbilang- bilang dua atau lebih, atau beraroma, karena tempat, waktu, jihat, bentuk, warna, ukuran, timbangan, bilangan, aroma adalah ciptaan Allah yang tadinya juga tidak ada apa-apa.

Apakah akan diyakini Allah sebesar atau seluas Arasy? Atau sebesar atau seluas langit? Atau bumi? Atau lebih besar? Atau lebih kecil dari itu semua?.

سبحان الله

Maha Suci Allaah dari tudingan yang tidak layak bagi Allah.

Begitu pula Kalimat Aqrabu أقرب, Yang artinya lebih dekat yang menunjukan jarak dan ukuran seperti dalam Firman Allaah dalam Quran Surat Qaf Ayat 16:

(ونحن اقرب اليكم من حبل الوريد

Dan Kami Lebih dekat kepada kalian ketimbang urat leher kalian sendiri.

Yang Maknanya Aqrobiyyah (اقربية / Kedekatan) adalah Yang di Kehendaki oleh Allah dan Yang Layak bagi Allah. Atau Ma’na Ta’wilNya adalah Pengaturan Allah Maha dekat kepada makhlukNya tidak mumkin satu perkarapun di alam semesta ini ada yang lepas dari Pengaturan dan Pengurusan Allaah.

Begitu pula ma’na Ma’iyyah معية / Kebersamaan Allaah dengan hamba-hambaNya dalam Quran Surat Al-Hadid Ayat 4:

وهو معكم اينما كنتم

Dan Dialah Allah Bersama kalian dimana saja kalian berada.

Ma’nanya adalah Ma’iyyah/ Kebersamaan yang di Kehendaki oleh Allah dan Yang layak bagi Allaah yang tidak mungkin bisa diserupakan kepada kebersamaan makhlukNya. Atau Ma’na Ta’wilNya adalah bahwa Pengetahuan Allah kepada makhlukNya tidak mumkin lepas sekejap pun, maka tak mungkin ada satupun perkara di alam semesta ini yang samar dari pengetahuan Allah.

Begitu pula dalam perumpamaan Kalimat نور  dalam Firman Allah Quran Surat An-Nuur Ayat 35:

الله نور السموات والأض

Allah adalah Nurnya semua langit dan bumi.

Yang Ma’nanya adalah Nur Yang di Kehendaki oleh Allah dan Yang Layak bagi Allah. Atau Ma’na Ta’wilNya adalah bahwa Allah adalah Dzat Yang Mendzohirkan semua langit dan bumi atau Allah Yang Menerangi langit dan bumi. Di langit Alllah Terangi dengan matahari, bulan, bintang juga Arasy dan Malaikat dan di bumi Allah Terangi dengan lampu-lampu, juga dengan Para NabiNya dan Para RosulNya juga dengan Para Wali dan Para UlamaNya.

Jika Dzat Allaah di Maksud Nur yang diartikan Cahaya yang di serupakan dengan segenap cahaya makhluq yang Allah Ciptakan berarti ada keserupaan dengan ciptaanNya dan itu mustahil.

Atau seperti Kalimat fii

في

Yang artinya (Di) yang menujukan tempat seperti dalam Firman Allah dalam Quran Surat Al An’am Ayat 3:

وهو الله في السموات وفي الأرض

Dialah Allah di langit dan di bumi.

Yang Ma’naNya Dialah Allah Yang Menghaq di Ibadahi di Langit dan di bumi, bukan Dzat Allah ada di langit dan di bumi. Karena langit dan bumi adalah ciptaan Allah yang sifatnya baru yang di awali oleh tidak ada dulu.

Masalah ini sama dengan masalah Allah di Arasy tadi.

Dan masih banyak lagi Kalimat-kalimat Quran juga Hadits Yang Syubhat (tidak jelas) bagi orang awam di dalam mema’naiNya. Maka lihatlah dalam maqalah yang sudah alfaqiir bagikan yang judulnya Hati-hati..!

Maka apapun sifat makhluq tidak mungkin ada di Sang Kholiq (Pencipta), begitu pula Sifat Sang Kholiq tak mungkin ada di makhluq.

Jika ada kesamaan dalam hal apapun baik dzat juga sifat atau perbuatan yang diduga sama antara Sang Kholiq dengan makhluqnya maka nyatalah yang diduga sebagai Sang Kholiq itu palsu mustahil diyakini sebagai Tuhan Sang Pencipta Yang Haqiqi karena ada keserupaan dengan makhluq lainnya itu.

(ليس كمثله شئ وهو السميع البصير

Tak ada satupun perkara yang menyerupaiNya dan Dialah Dzat Yang Maha Mendengar juga Maha Melihat. (Quran Surat Asy-Syuro: 11)

Adapun dalam pemakaian bahasa seperti kalimat “Allah ada” dan makhluq ini juga ada. Juga dalam membahasakan Sifat-sifat Allah LainNya seperti Sifat Dahulu, Kekal, Esa, Kuasa, Kehendak, Tau, Hidup, Mendengar, Melihat, Berfirman/ berkata, maka Sifat-sifat yang serupa dalam pengucapannya itu tidak mungkin serupa dalam ma’nanya begitu pula dalam Ma’na Sifat-sifat Allah LainNya.

Maka penggunaan kata seperti itu dibolehkan dikarenakan darurat tidak ada lagi jalan untuk membahasakannya dengan bahasa yang layak bagi Allah dengan syarat meng-i’tiqodkan dalam hati kepada Haqiqat Ma’na Yang Layak bagi Allah.

Yang kelima: Wajib Bagi Allah Sang Pencipta alam semesta Memiliki Sifat قيامه بنفسه yaitu DzatNya Berdiri sendiri, kata lain Mandiri, artinya mustahil Allah membutuhkan kepada Dzat karena yang membutuhkan dzat adalah sifat, kalau Allah sifat, Maka sifat tak bisa disifati lagi. Juga Dzat Allah Tidak Membutuhkan kepada Dzat lain yang menciptakanNya atau yang mengaturNya karena secara aqal jika Dzat Allah Membutuhkan Dzat lain maka Allah adalah perkara baru yang lemah yang diciptakan atau diatur oleh Dzat lain maka itu semua mustahil. Allah Berfirman:

ان الله لغني عن العالمين

Yang Ma’nanya: Sungguh Allah Maha Kaya dari segenap alam semesta (Quran Surat Al’Ankabut: 6).

Dan Firman Allaah lagi:

يا ايها الناس انتم الفقراء الي الله وهو الغني الحميد

Ma’nanya: wahai manusia! kalian adalah faqir yang membutuhkan kepada Allah dan Dia Allah Maha Kaya Nan Maha Terpuji. (Quran Surat Al-Faathir: 15).

Seperti halnya Allah Tak Membutuhkan tempat dan Dzat lain yang menciptakan atau yang mengaturNya maka Allah Tak Membutuhkan pula kepada manfa’at apapun dari makhluqNya dalam Berbuat apapun jua dalam Hukum-Hukum apapun Yang Allah Turunkan kepada makhlluqNya terkecuali manfa’at dan faedahnya hanyalah untuk makhluqNya semata tidak untuk Allah. Begitu pula takala makhluq durhaka kepada Hukum Allah maka sedikitpun tak menjadi madlorrot bagiNya tapi semata-mata kembali hanya kepada makhluq itu sendiri.

Allaah Berfirman:

من عمل صالحا فلنفسه ومن اساء فعليها

Ma’nanya: Barangsiapa yang melakukan Amal Soleh maka manfa’atnya baginya, dan barangsiapa yang berbuat kejelekan maka madlorrotnya baginya pula (Quran Surat Fushshilat: 6).

Dan Firman Allaah lagi:

ومن جاهد فانما يجاهد لنفسه

Ma’nanya: Dan barangsiapa yang berjihad maka ia jihad hanya untuk dirinya (Quran Surat Al-‘Ankabut:6).

Logikanya: jika Allah Membutuhkan manfa’at dari Ibadah hambaNya maka Allah tak Akan Menciptakan yang tidak beriman atau yang durhaka.

Yang keenam: Wajib bagi Allah Memiliki Sifat Wahdaniyyah وحدانية Yaitu Esa baik pada DzatNya maupun pada setiap jenis SifatNya jua pada PerbuatanNya, mustahil Allah Ta’addud yaitu berbilang lebih dari satu, logikanya atau menurut aqal jika Dzat Allaah lebih dari satu maka keduanya jadi lemah karena satu sama lainnya tak mampu menciptakan dan tak mampu mengatur. Lalu? Kalau tuhan yang satunya lagi diciptakan oleh tuhan yang terdahulu? maka yang kedua tak berhaq memiliki Sifat Ketuhanan karena ia baru diciptakan dan diatur segalanya oleh Tuhan Yang Haq.

Begitupula setiap Jenis SifatNya wajib Esa, Sifat QudrotNya (Sifat KuasaNya) Esa, maka denga satu Sifat QudrotNya Allah Menciptakan segenap ciptaanNya. Sifat IrodahNya (Sifat Kehendak) jua Esa, maka dengan Satu Sifat IrodahNya Allah Mengatur segala suatu makhluqNya. Sifat IlmuNya (Sifat PengetahuanNya) Esa, maka dengan satu Sifat IlmuNya Itu Allah Mengetahui segala suatu makhluNya jua Mengetahui Haqiqat DzatNya, Sifat, Af’alNya Sendiri, HayatNya (Sifat HidupNya) Esa, maka tak ada kematian dan kehidupan kedua atau lebih bagi Allah. Sama’Nya (Sifat Mendengar) Esa, maka dengan satu Sifat Sama’Nya Allah Mendengar segala suatu makhluqNya baik dzatnya makhluq maupun sifat-sifatnya makhluq baik itu suara maupun rupa dan bentuk dll maupun perbuatan makhluq. BashorNya (Sifat Melihat) Esa, maka dengan satu Sifat MelihatNya Allah Melihat segala suatu makhluqNya baik dzatnya makhluq maupun sifat-sifatnya seperti rupa, bentuk, dan suara dll, maupun berbuatan makhluq dzohirnya dan batinnya makhluq. KalamNya (Sifat Berfirman) jua Esa, maka dengan satu Sifat BerfirmanNya Allah Berfirman kepada Manusia dan bangsa Jin juga kepada makhluq yang lainnya.

Ketahuilah bahwa Sifat BerfirmanNya Allaah itu Esa adapun Firman Allah seolah banyak maka itu hanya kaitannya saja dengan sikon makhlukNya, maka ada yang jadi Perintahan dan ada juga yang jadi Larangan dll.

Adapun Ma’na Esa pada Af’alNya (Perbuatan) adalah bahwa tak satupun makhluq yang berbuat secara haqiqatnya hanya Allah lah Dzat Yang Berbuat segala suatu makhluqNya baik dzatnya makhluq maupun sifat-sifat makhluq maupun perbuatan makhluknya, maka apapun hubungan makhluq dengan makhluq hanyalah hubungan sebab akibat yang di Ciptakan dan di Kehendaki oleh Allah Musabbibul asbab sebagai Dzat Sang Pencipta dan Sang Pengatur sebab akibat itu. Akibat terjadi bukan oleh sebab tapi oleh Allah di kala Allah mewujudkan sebab maka Allah mewujudkan akibatnya walau secara dzohir yang mengakibatkan adalah sebabnya. Api tak menghanguskan namun Allah lah Yang Menghanguskan, obat tak menyembuhkan namun Allah lah Yang Menyembuhkan, pisau tak memotong namun Allah lah Yang Memotongkan, makanan dan minuman tak mengenyangkan dan tak menguatkan badan namun Allah lah Yang Mengenyangkan dan Menguatkan badan, tak ada makhluk yang memberi manfa’at seperti tak ada makhluq yang memberi madlorrot dll kecuali Allah lah Haqiqat segalanya.

Maka hubungan sebab akibat boleh digarap oleh makhluq dengan catatan meyaqini bahwa haqiqatnya hanyalah Allah baik yang Menciptakan sebabnya maupun yang Menciptakan akibatnya haqiqatnya hanya Allah, adapun yang digarap hanya faktor penyebab saja. Maka mencintai, mengagungkan, memuji, mempercayai, meminta tolong kepada selain Allah atau bertawassul dengan keagungan makhluq yang di Agungkan oleh Allah baik itu Para Nabi, Para Wali maupun yang lainnya hatta dengan benda apapun selama tidak meyaqini bahwa mereka atau benda itu adalah tuhan atau mereka yang memberi manfa’at atau madlorrot pada haqiqatnya dan meyaqini hanya Allah lah haqiqatnya maka itu semua tidak dilarang oleh Allah apalagi menjadi musyrik. Bahkan mencintai dan mengagungkan, memuji Rasulullah Saw juga Para NabiNya, Para WaliNya, Para UlamaNya, Para SyuhadaNya, Para SolihinNya itu di Perintah oleh Allah dan Allah pun Mencintai, Mengagungkan, Memuji RosulNya jua Para NabiNya, Para WaliNya, Para UlamaNya, Para SyuhadaNya jua Hamba-hambaNya yang Bertaqwa kepadaNya maka kitapun ikut mencintainya, mengagungkannya, memujinya, mempercayainya dan itu semua mendapat Pahala yang amat besar dari Allah. Coba perhatikan dan hayati tatkala Allah Yang Maha Kuasa Memerintah Nabi Musa membelah Laut Merah dengan sebatang tongkat lalu Nabi Musa As Membelahnya dengan Tongkat itu, apa yang diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Musa? Bukankah bertawassul dengan sebatang tongkat itu? padaha Allah Kuasa Menolong hambaNya tanpa sebab apapun? Dan apakah yang dilakukan oleh Nabi Musa As bukankah bertawassul dengan tongkat itu? Yang mana Derajat Nabi Musa As Tentu jauuh lebih tinggi daripada derajat tongkat itu, padahal Nabi Musa tinggal minta saja kepada Allah tanpa harus bertawassul dengan sebatang tongkat itu. Inilah contoh tawassul yang lebih mulia dengan yang lebih rendah derajatnya.

Dan tela’ah pula dalam Quran bagaimana Raja Tholut di perintah oleh Allah jika ingin menang dalam memerangi raja Jalut supaya memikul peti ke medan perang yang di dalamnya hanya baju lusuh dan sebagian peninggalan Nabi Nabi Musa As dan Para Nabi terdahulu. Dan apa arti Para Malaikat sampai Memikul peti tersebut? Bukankah itu tawassul?

Juga seperti halnya kaum Yahudi, dulu kalau ingin menang perangnya mereka bertawassul membawa peti yang di dalamnya bekas peninggalan Para Nabi Terdahulu.

Ketahuilah wahai Ahbaabii!

Adapun yang dilarang adalah meyaqini Tuhan kepada selain Allah atau meyaqini bahwa selain Allah ada yang memiliki dzat atau sifat atau perbuatan yang disamakan dengan Allah, atau meyaqini bahwa selain Allah ada yang memberi manfa’at baik itu para Nabi, atau Para Wali, atau Para Ulama atau siapapun atau para dokter atau obat-obatan atau makanan, minuman dan apapun juga siapapun secara haqiqat, atau meyaqini ada makhluq yang bisa memberi madlorrot baik itu syetan, jin, tukang sihir, orang jahat, senjata, racun dll secara haqiqat selain Allah, maka itu semua perbuatan syirik yang mengeluarkan pelakunya dari wilayah Iman dan Islam.

Begitu pula kalau punya keyaqinan bahwa Allah bertempat di Arsy atau di Langit atau di Bumi atau di hati atau di depan atau di atas dll daripada sifat-sifat makhluq maka itulah haqiqat syirik karena menyerupakan Allah kepada makhluq.

Allah Berfirman:

قل هو الله احد

Ma’nanya: Dialah AllahYang Maha Esa.

Dan Allah Berfirman lagi:

والهكم اله واحد

Ma’nanya: Bahwa Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Esa (Quran Surat Al-Baqoroh: 163).

dan banyak lagi Ayat-Ayat Quran Lainnya.

Yang ketujuh: Wajib Allah Memiliki Sifat Qudrot yaitu Maha Kuasa yang mutlaq atas segala perkara, mustahil Allah lemah tak berdaya karena jika Allah lemah bagaimana mungkin alam ini diciptakan oleh yang lemah.

Allaah Berfirman:

ان الله على كل شئ قدير

Ma’nanya: Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala perkara (Quran Surat Ali-‘Imron: 165).

Yang kedelapan: Wajib Allah Memiliki Sifat Irodah yaitu Sifat Kehendak Yang Mutlaq atas segala perkara mustahil Allah terpaksa oleh siapapun atau apapun karena jika Allah terpaksa maka Allah lemah, maka tak akan mungkin alam semesta ini diatur juga diurus oleh yang lemah.

Allaah Berfirman:

انما قولنا لشئ اذا اردناه ان نقول له كن فيكون

Ma’nanya: tiada lain Firman Kami jika Kami Menghendaki sesuatu perkara maka Kami Berfirman kepada perkara itu “Jadilah kamu” maka jadilah perkara itu (Quran Surat An-Nahl: 40).

Yang kesembilan: Allah wajib menurut aqal Memiliki Sifat Ilmu yaitu Mengetahui segala suatu makhluqNya, mustahil Allah bodoh atau ada yang samar sedikitpun dari makhluqNya, karena tak mungkin alam semesta ini diciptakan jua diatur nan diurus oleh yang bodoh.

Allah Berfirman:

ان الله بكل شئ عليم

Ma’nanya: Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala perkara (Quran Surat Al- ‘Ankabuut: 62.

Yang kesepuluh: Wajib Allah menurut aqal Memiliki Sifat Hayat yaitu Sifat Hidup, mustahil mati karena sifat mati itu sifat kelemahan, dan jika Allah mati bagaimana mungkin ada sifat-sifat lainnya. Dan bagaimana mungkin alam semesta ini diciptakan oleh yang mati?

Allah Berfirman:

هو الحي لا اله إلا هو

Ma’nanya: Dialah Allah Yang Maha Hidup, tiada Tuhan selainNya (Quran Surat Ghofir: 65).

Yang kesebelas: Allah wajib Memiliki Sifat Sama’ yaitu Maha Mendengar, mustahil tuli karena tuli itu sifat kelemahan dan tak mungkin alam semesta ini bisa diatur dan diurus oleh yang tuli.

Allah Berfirman:

وهو السميع البصير

Ma’nanya: Dialah Allah Yang Maha Mendengar jua Maha Melihat (Quran Surat Asy-Syuuro: 11).

Yang kedua belas: Allah wajib Memiliki Sifat Bashor yaitu Maha Melihat, mustahil buta karena buta itu sifat kelemahan dan tak mungkin alam semesta ini bisa diatur dan diurus oleh yang buta.

Dalil Qurannya sudah diatas.

Yang ketiga belas: Allah wajib Memiliki Sifat Kalam yaitu Maha Berfirman, mustahil Allaah bisu karena sifat bisu itu salah satu sifat kelemahan dan tak mungkin alam semesta ini diatur dan diurus oleh yang bisu.

Dalil Naqlinya adalah Seluruh isi Quran.

Lalu ketujuh Sifat Allah Yang barusan di bahas di sebut Sifat Ma’na yang berada pada DzatNya Allah, dan itu semua kecuali Sifat Hayat memiliki keterkaitan dengan yang lainNya.

Maka Sifat Qudrot dan Sifat Irodah berhubungan dengan segala perkara yang mungkin tidak dengan yang mustahil atau yang wajib karena Allah Berbuat sekehendak tak ditekan oleh segala suatu makhluqNya maka tak mungkin ada hukum yang memerintah atau yang melarang kepadaNya.

Adapun Hubungan Sifat QudrotNya dengan makhluq yang diciptakanNya adalah dari sisi Ta’tsir yaitu Membekaskannya. Adapun Sifat IrodahNya dari sisi Takhshiish yaitu sisi menentukannya baik waktunya, tempatnya, warna-warninya, hikmahnya dll,

Adapun Sifat Ilmu dan Sifat Kalam segenep perkara yang wajib, yang mustahil juga yang jaiz, adapun Sifat Ilmu dari Sisi Meliputnya juga keterbukaannya segala perkara, dan Sifat Kalam dari Sisi Dilalahnya atau keteranganya.

Adapun Sifat Sama’ dan Sifat Bashor Berhubungan dengan segenap keadaan daripada hal-hal yang wajib dan yang jaiz dari sisi keterbukaannya itu semua.

Adapun Sifat Hayat tak Berhubungan dengan perkara apapun.

Yang keempat belas: Allah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu Qoodiron yang Ma’nanya Keberadaan Allah Maha Kuasa yang Ma’nanya bahwa Allah selalu Mengunakan Sifat Kekuasaaanya supaya tidak ada pemikiran “Allah nganggur”, dan itu mustahil.

Yang kelima belas: Allah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu Muriidan yang Ma’nanya Keberadaan Allah Maha Menghendaki yang Ma’nanya Allah Selamanya Menggunakan Sifat KehendakNya supaya tidak ada pemikiran “Allaah nganggur” dan itu mustahil.

Yang keenam belas: Allah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu ‘Aaliman yang Ma’nanya Keberadaan Allah Maha Mengetahui Yang Ma’nanya Allaah Selamanya Menggunakan Sifat PengetahuanNya supaya tidak ada pemikiran “Allaah nganggur” dan itu mustahil..

Yang ketujuh belas: Allah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu Hayyan yang Ma’nanya Keberadaan Allah Maha Hidup supaya tidak ada pemikiran “mungkin sewaktu-waktu Allah mati ” dan itu mustahil.

Yang kedelapan belas: Allah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu Samii’an yang Ma’nanya Keberadaan Allah Maha Mendengar yang Ma’nanya Allaah Selalu Menggunakan Sifat MendengarNya supaya tidak ada pemikiran “mungkin sewaktu-waktu Allah tak Mendengar” dan itu mustahil.

Yang kesembilan belas: Allah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu Bashiiron yang Ma’nanya Keberadaan Allah Maha Melihat yang Ma’nanya Allah Selalu Menggunakan Sifat MelihatNya supaya tidak ada pemahaman “mungkin sewaktu-waktu Allah tidak Melihat” dan itu mustahil.

Yang kedua puluh: Allah wajib Memiliki Sifat Kaunuhuu Mutakalliman yang Ma’nanya Keberadaan Allah Maha Berfirman yang Ma’nanya Allah Selalu Mengunakan Sifat BerfirmanNya supaya tidak ada pemahaman mungkin sewaktu-waktu Allah diam dan itu mustahil.

Selanjutnya 7 ini disebut dengan Sifat Ma’nawiyyah yang dinisbatkan kepada Sifat Ma’na, jika di lihat dari sisi bahwa Sifat Ma’nawiyyah tersifati dengan Sifat Ma’na maka Sifat Ma’nawiyyah seolah cabang dari Sifat- Sifat Ma’na Yang 7 yang sudah dibahas tadi namun pada haqiqatnya bukan cabang karena tidak mungkin Dzat Yang BerIlmu disebut Yang BerIlmu kecuali jika Sifat Ilmu ada pada Dzat itu.

و الله اعلم بالصواب واليه المرجع والمآب

Segini dulu bahasan tentang Tauhid 20 Sifat-Sifat Yang Wajib dan 20 lagi sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yang merupakan lawan dari Sifat-Sifat Yang Wajib tadi dan inilah Tauhidnya semua Ahlussunnah Waljamaa’ah dan nanti dilanjut dengan pembahasan Sifat Jaiz yang Boleh adanya di Allah di edisi berikutnya ان شاء الله.

Semoga manfa’at dan Barokah bagi segenap Muslimiin dimanapun dan kapanpun berada.

Alfaqiir walhaqiir khodim Ummah dan khodim para Tholabah di Pontren Internasional Islam Asysyifaa Walmahmuudiyah Sumedang Jabar Indonesia.

Oleh: KH Muhammad Muhyiddin Abdulqodir Almanafi, Pengasuh Pondok Pesantren Internasional Islam Asy-Syifaa Wal Mahmuudiyyah Sumedang, Jawa Barat.

Tulisan berjudul Ngaji Tauhid: 20 Sifat-Sifat Yang Wajib Bagi Allah terakhir diperbaharui pada Sunday 21 February 2016 oleh Pejuang Ahlussunnah di Ngaji Yuk! - Kajian Ceramah Islam Ahlussunnah wal Jamaah.

http://www.elhooda.net/2015/12/ngaji-tauhid-20-sifat-sifat-yang-wajib-bagi-allah/