NURUL ABROR

Rabu, 08 Mei 2019

ISTIQOMAH


TETAPLAH ISTIQOMAH, INSYA ALLAH JANNAH

Keimanan kepada Allah menuntut sikap istiqomah. Keyakinan hati, kebenaran lisan dan kesungguhan dalam amal adalah unsur-unsur keimanan yang mesti dijalankan dengan istiqomah. Istiqomah yang berarti keteguhan dalam memegang prinsip, menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.

DIJANJIKANNYA SURGA

Di antara ayat yang menyebutkan keutamaan istiqomah adalah firman Allah Ta’ala,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)

Yang serupa dengan ayat di atas adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ, أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaf: 13-14)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Katakanlah: “Aku beriman kepada Allah“, kemudian beristiqamahlah dalam ucapan itu.” [HR. Muslim no. 38]

JENIS-JENIS ISTIQOMAH

Yang dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli tafsir:
1. Istiqomah di atas tauhid
2. Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah
3. Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput

Dan sebenarnya istiqomah bisa mencakup tiga tafsiran ini karena semuanya tidak saling bertentangan.

PASTI ADA KEKURANGAN DALAM ISTIQOMAH

Terkadang kita tergelincir dan tidak bisa istiqomah secara utuh. Lantas apa yang bisa menutupi kekurangan ini? Jawabannya adalah pada firman Allah Ta’ala,

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ
“Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Rabbmu adalah Rabb Yang Maha Esa, maka tetaplah istiqomah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS. Fushilat: 6).

Ayat ini memerintahkan untuk istiqomah sekaligus merupakan isyarat bahwa seringkali ada kekurangan dalam istiqomah yang diperintahkan. Yang menutupi kekurangan ini adalah istighfar (memohon ampunan Allah).

KIAT AGAR TETAP ISTIQOMAH

Ada beberapa sebab utama yang bisa membuat seseorang tetap teguh dalam keimanan.

1. MEMAHAMI & MENGAMALKAN 2 KALIMAH SYAHADAT

Allah Ta’ala berfirman,

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)

Qotadah As Sadusi mengatakan, “Yang dimaksud Allah meneguhkan orang beriman di dunia adalah dengan meneguhkan mereka dalam kebaikan dan amalan sholih. Sedangkan di akhirat, mereka akan diteguhkan di kubur (ketika menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, pen).” Perkataan semacam Qotadah diriwayatkan dari ulama salaf lainnya. [Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4/502.]

Mengapa Allah bisa teguhkan orang beriman di dunia dengan terus beramal sholih dan di akhirat (alam kubur) dengan dimudahkan menjawab pertanyaan malaikat “Siapa Rabbmu, siapa Nabimu dan apa agamamu”? Jawabannya adalah karena pemahaman dan pengamalannya yang baik dan benar terhadap dua kalimat syahadat. Memenuhi rukun dan syaratnya. Serta dia pula tidak menerjang larangan Allah berupa menyekutukan-Nya dengan selain-Nya, yaitu berbuat syirik.
Oleh karena itu, kiat pertama ini menuntunkan seseorang agar bisa beragama dengan baik.

2. MENGKAJI, MENGHAYATI, & MERENUNGKAN AL-QURAN

Allah menceritakan bahwa Al Qur’an dapat meneguhkan hati orang-orang beriman dan Al Qur’an adalah petunjuk kepada jalan yang lurus. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.” (QS. An Nahl: 102)

Al Qur’an adalah jalan utama agar seseorang bisa terus kokoh dalam agamanya, karena Al Qur’an adalah petunjuk dan obat bagi hati yang sedang ragu.

هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
“Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Fushilat: 44).

3. ILTIZAM (KONSEKUEN)

Maksudnya di sini adalah seseorang dituntunkan untuk konsekuen dalam menjalankan syari’at atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam beramal lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” [HR. Muslim no. 783]

Selain amalan yang kontinu dicintai oleh Allah, amalan tersebut juga dapat mencegah masuknya virus “futur” (jenuh untuk beramal). Jika seseorang beramal sesekali namun banyak, kadang akan muncul rasa malas dan jenuh. Sebaliknya jika seseorang beramal sedikit namun terus menerus, maka rasa malas pun akan hilang dan rasa semangat untuk beramal akan selalu ada. Itulah mengapa kita dianjurkan untuk beramal yang penting kontinu walaupun jumlahnya sedikit.

4. MEMBACA & MENELADANI KISAH-KISAH ORANG SHOLIH

Dalam Al Qur’an banyak diceritakan kisah-kisah para nabi, rasul, dan orang-orang yang beriman yang terdahulu. Kisah-kisah ini Allah jadikan untuk meneguhkan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengambil teladan dari kisah-kisah tersebut ketika menghadapi permusuhan orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman,

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud: 11)

Lihatlah di salam Al-Quran bagaimana keteguhan Nabi Ibrahim dan Nabi Musa dalam menghadapi ujian dan ketika berada dalam kondisi sempit. Mereka menyandarkan semua urusannya pada Allah, sehingga mereka pun selamat. Begitu pula kita ketika hendak istiqomah. Dan masih banyak lagi cerita-cerita orang sholih dalam Al-Quran yang bisa kita jadikan tauladan (uswah).

Itulah orang-orang sholih yang kemungkinan mereka sudah tidak hidup di dunia ini, namun jika dipelajari jalan hidupnya akan membuat hati semakin hidup. Berbeda halnya jika yang dipelajari adalah kisah-kisah orang-orang fasik, para artis, yang menjadi public figure yang hidup dalam gemerlapnya dunia. Walaupun mereka saat ini mungkin masih hidup, malah membuat hati semakin mati, membuat kita semakin tamak pada dunia dan gila harta. Wallahul muwaffiq.

5. PERBANYAK DOA AGAR ISTIQOMAH

Di antara sifat orang beriman adalah selalu memohon dan berdo’a kepada Allah agar diberi keteguhan di atas kebenaran.

Allah Ta’ala berfirman,

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah: 250)

Do’a lain agar mendapatkan keteguhan dan ketegaran di atas jalan yang lurus adalah,

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imron: 

Do’a yang paling sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”

6. BERGAUL DENGAN ORANG-ORANG SHOLIH

Allah memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” [HR. Bukhari no. 2101]

Itulah pentingnya bergaul dengan orang-orang yang sholih. Oleh karena itu, sangat penting sekali mencari lingkungan yang baik dan mencari sahabat, teman dekat apalagi pasangan hidup yang semangat dalam menjalankan agama sehingga kita pun bisa tertular aroma kebaikannya. Jika lingkungan kita adalah baik, maka ketika kita keliru, ada yang selalu menasehati dan menyemangati kepada kebaikan.

Demikian beberapa kiat mengenai istiqomah. Semoga Allah senantiasa meneguhkan kita di atas ajaran agama yang hanif (lurus) ini. Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.

Wallahu a’lam bish shawab

Semoga bermanfaat 

Ref:
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/kiat-agar-tetap-istiqomah.html
Materi tulisan Ustadz Abu Khaleed Resa Gunarsa, Lc

https://www.google.com/amp/s/tarbiahmoeslim.wordpress.com/2013/11/18/tetaplah-istiqomah-insya-allah-jannah/amp/

hafalan hadits

MQG TRAINING

Hafalan 40 Hadits # 31-40

Hadits nomor 31 Imaniat

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ  
Man tasyabbaha bi qaumin fa huwa min hum  
Artinya: Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia akan digolongkan sebagai kaum tersebut  (HR Abu Daud) 
  

Hadits nomor 32 Ibadat

مَنْ حَمَلَ عَلَيْنَا السِّلاَح فَلَيْسَ مِنَّا 
Man hamala ‘alainas silaaha fa laisa minnaa
Artinya: Barangsiapa menodongkan senjata kepada kami maka bukan golongan kami (HR Bukhari) 

Hadits nomor 33 Muamalat

بَلِّـغُوْا عَنِّي وَلَوْ آيَةً 
 Ballighuw anniy walau aayah   
 Artinya: Sampaikan dariku walau satu ayat   (HR Bukhari) 
 

Hadits nomor 34 Muasyarat

 لاَ يَدْخُلُ الجنَّةَ مَنْ لاَ يَأمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ  
Laa yadkhulul jannata man laa ya’manu jaaruhu bawaa’iqah   
Artinya: Tidak masuk surga orang yang tetanggannya tidak merasa aman dari gangguannya (HR Muslim) 

Hadits nomor 35 Akhlaqiyat

 اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلَمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
Al muslimu man salimal muslimuuna min lisaanihii wa yadih
Artinya: Muslim sejati adalah orang yang selamat muslim lainnya dari keburukan lisannya dan kejahatan tangannya  (HR Bukhari) 

Hadits nomor 36 Imaniat

مَنْ بَنىَ لِلّهِ مَسْجِدًا بَنىَ اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الجَنَّةِ 
Man banaa lillahi masjidan banallahu lahuu baytan fil jannah 
Artinya: Barangsiapa membangun masjid karena Allah maka Allah akan bangunkan rumah baginya di dalam surga  (HR Muslim) 
 

Hadits nomor 37 Ibadat

مَنْ عَزَّى مُصَابًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ
Man ‘azzaa mushoban falahu mitslu ajrih
Artinya: Barangsiapa menghibur orang yang tertimpa musibah maka baginya pahala seperti orang yang tertimpa musibah  (HR Tirmizi) 

Hadits nomor 38 Muamalat

اَلأَنَاةُ مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
Al-anaatu minallahi wal ‘ajalatu minas syaithan  
Artinya: Kehati-hatian datangnya dari Allah dan ketergesa-gesaan datangnya dari setan  (HR Tirmizi) 

Hadits nomor 39 Muasyarat

 لايُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ مَرَّتَيْنِ 
Laa yuldaghul mu’min  min juhrim marrotain  
Artinya: Orang beriman tidak akan tersengat dua kali di lubang yang sama (HR Bukhari) 

Hadits nomor 40 Akhlaqiyat

 اَلصُّبْحَةُ تَمْنَعُ الرِّزْقَ
As subhatu tamna’ur rizq
Artinya: Tidur di waktu pagi menjadi penghalang rizki (HR Musnad Ahmad) 

Ditakhrij oleh Ustd Sofyan Nur, Ahad 26 April 2015 di Batu Malang pk 21:32

Sumber: Kitab Deeniyat Course For Men 2nd Year, Copyright Reserved Regd: E-23478 (Mumbai)

http://mqgtraining.weebly.com/hadits--31-40.html