NURUL ABROR

IKHLAS

Niat dan Ikhlas



Judul buku : Niat dan Ikhlas
Penulis : Dr. Yusuf Al Qardhawy
Penerbit : Pustaka Al Kautsar
Tebal : 176 hal


Dalam buku ini niat dan keikhlasan dijabarkan oleh Dr. Yusuf Al Qardhawy dengan gaya bahasa yang sederhana dan mudah difahami yang disertai dengan dalil-dalil yang dapat dijadikan hujah. Buku Niat dan Ikhlas ini sangat baik dibaca oleh para aktivis dakwah yang ingin mengembalikan kejayaan islam. Niat yang ikhlas bisa meluruskan amal, menguatkan kemauan melebarkan jalan dan membantu menyingkirkan sandungan. Salim bin Abdullah penah menulis surat keada Umar bin Abdul Aziz, “Ketahuilah bahwa pertolongan Allah yang diberikan kepada hamba tergantung kepada kadar niatnya. Barangsiapa niatnya sempurna, maka pertolongan Allah pun akan sempurna. Barangsiapa niatnya berkurang, maka kadar pertolongan itu juga akan berkurang”. Nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah menolong umat ini hanya dengan orang-orang lemah di antara mereka, yaitu dengan dakwah, sholat dan keikhlasan mereka.
    Makna ikhlas dan urgensinya bagi orang-orang yang berjalan kepada Allah

          Ikhlas adalah menghendaki keridhoan Allah SWT dengan suatu amal, membersihkannya dari segala noda dan individual dan duniawi. Landasan amal yang ikhlas adalah memurnikan niat karena Allah semata.ikhlas dalam pengertian seperti ini merupakan salah satu dari buah-buah tauhid yang sempurna kepada Allah, yaitu menunggalkan ibadah dan memoho pertoilongan kepada Alllah, seperti dalam Surat Al Fatihah ayat 5.
          Denagn ikhlas ini orang mukmuin benar-benar menjadi hamba Allah, bukan hamba hawa nafsunya, bukan hamba selain Allah, dan bukan hamba dunia.

Urgensi ikhlas bagi orang-orang yang meniti jalan kepada Allah
          Imam Al-Ghazali berkata semua orang akan binasa kecuali orang yang berilmu. Orang-orang yang berilmu akan benasa kecuali orang-orang ynag aktif beramal. Semua orang yang aktif beramal akan binasa kecuali orang-orang yang ikhlas”.
          Sahl bin Abdullahu At-tustari mengatakan “dunia ini adalah kebodohan dan kematian kecuali ilmu. Semua ilmu merupakan hujjah atas pemoliknya kecuali yang diamalkannya, semua amal akan sia-sia kecuali ikhlas”.

Ikhlas diperlukan dalam menata kehidupan
Sesungguhnya Islam tidak rhidha Muslim hidup denagn dua wajah, wajah Allah dan wajah sekutu-sekutu-Nya. Islam tidak ridha jika hidupnya terbagi dua, satu bagian bagi Allah dan satu bagian untuk taghut. Ikhlaslah yang menyatukan kehidupan orang muslim dan menjadikan semua sisinya hanya bagi Allah. Shalatnya, ibadahnya, hidup dan matunya, semua bagi Allah Rabbul Alamin.

  • Peranan Niat Dalam Ikhlas

          Ikhlas dalam amal tidak akan terwujud kecuali dilandasi oleh:
  1. Menghadirkan niat dalam amal itu
  2. Melepaskannya dari noda-noda individual dan duniawi, sehingga amal itu murni kepada Allah SWT.
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 152 yang artinya:
diantara kalian ada yang menghendaki kehidupan dunia dan diantara kalian ada yang menghendaki kehidupan akhirat.”

Firman semacam ini juga terdapat dalam Q.S Ali Imran (145), Q.S Hud (15-16), dan Q.S Al-Isra’(18-19). Ayat-ayat ini membagui manusia menjadi dua golonan yaitu yang menginginkan kehidupan dunia dan yang menginginkan kehidupan akhirat. Orang-orang yang ikhlas dalam niatnya adalah mereka yang menginginkan kehidupan akhirat dan mengharapkan pertemuan dengan Allah.



Hakikat niat
     Al Jauhari mengatakan, niat adalah kemauan yang kuat. Al-Khathabi berkata,”niat adalah tujuan yang terdetak di dalam hatimu dan menuntut darimu”.

     Niat merupakan amal hati secara murni, bukan amal lidah. Karena peranan niat dalam mengarahkan amal, menentukan bentuknya, menentukan jenis dan bobotnya, maka para ulama fikih menyimpulkan suatu kaidah, salah satunya “ amal itu beserta niatnya’. Diantara pengaruh niat terhadap amal,bahwa suatu jenis amal bias berbeda-beda hokum syariatnya, bobotnya di dunia dan pahalanya di akhirat, tergantung pada niat pelakunya. Menurut para ulama, niat bisa mempengaruhi perbuatan, sehingga kadang-kadang bisa membuatnya haram, kadang halal padahal bentuknya sama.

Niat dan tujuan syariat
     Ibnu Qayyim menjelaskan secara panjang lebar masalah peranan niat dan tujuan dalam membatasi bobot amal. Gambara proses pelaksanaan keduanya sama namun yang ini merupakan qurbah yang besar dan satu lagi merupakan kedurhakaan yang bathil. Hal ini terjadi karena niat dan tujuan.

     Contohnya, memeras buah anggur dengan niat menjadikannya khmr adalah keduhakaan. Namun memeras buah anggur denagn niat menjadikan cuka atau sirup adalah mubah. Sementara gambaran keduanya adalah sama.

     Dalam nazar, sumpah dan pengucapan lafazh ceraipun niat juga berperan. Tidak sah suatu perceraian jika tidak berniat menceraikan.

     Niat adalah ruh amal, inti, dan sendinya. Amal mengikuti amal menjadi rusak karena niat yang rusak. Rasulullah telah menyampaikan dua kalimat yang mendalam, di bawah nya tersembunyi simpanan-simpanan ilmu, yaitu:
sesungguhnya amal-amal hanya tergantung pada niatnya, dan seseorang hanya memperoleh menurut apa yang diniatkannya”.

Pengaruh niat terhadap hal-hal yang mubah dan kebiasaan
     Karena besarnya pengaruh niat, maka hal-hal yang mubah dan kebiasaan bisa menjadi ibadah dan qurbah. Pekerjaan mencari rezeki bisa menjadi ibadah dan jihad fi sabilillah selagi pekerjaan itu dimaksudkan untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang haram dan mencari yang halal.
    
Niat tidak bisa mengubah yang haram
      Sebaik apapun niatnya dan semulia apapun tujuannya, niat tidak bisa menghalalkan yang haram,tidak bisa melepas sifat kekotoran,karena memang inilah yang menjadi sebab pengharamannya.
     Barangsiapa yang mencuri dengan niat membangun masjid atau member makan anak yatim, maka niat yang baik ini tidak berpengaruh apa-apa serta tidak bisa meringankan dosa yang haram.

Niat yang ikhlas adalah dasar penerimaan amal
          Keberadaan niat harus disertai pembebasan dari segala keburuka, nafsu dan keduniaan, harus ikhlas karena Allah dalam setiap amal-amal akhirat agar amal itu diterima oleh Allah. Sebab setiap amal shaleh mempunyai dua sendi, yang tidak akan diterima di sisi Allah keculai dengan keduanya.
1.    Niat yang ikhlas dan benar
2.    Sesuai dengan niat Sunnah dan minhaj Sunnah.
Dengan sendi yang pertama, kebenaran batin akan terwujud, dan dengan sendi kedua kebenaran lahir akan terwujud.

  • Keutamaan Ikhlas Dan Bahaya Riya

          Banyak ayat Al-Qur’an telah memuji orang- orang yang mukhlis dan tidak menghendaki dari amalnya kecuali wajah Allah dan mencari keridhoan-Nya. Mereka tidak terdorong aoa yang ada di balik keridhoan manusia dan pujian mereka. Mereka adalah orang-orang yang berbuat kebajikan,yang memberi makan orang karena menghendaki wajah Allah, yang tidak menghendki balasan dan ucapan terima kasih dari seseoran.

          Mutharif berkata “barangsipa yang mensucikan hatinya, maka dia akan disucikan, dan barangsiapa mengeruhkannya, maka juga akan dikeruhkan”.

Al-Qur’an memperingatkan riya dan orang yang suka berpura-pura
          Sesungguhnya riya itu termasuk kedurhakaan hati yang sangat berbahaya terhadap diri dan amal, juga termasuk dosa besar yang merusak. Maka dari itu ancamannya juga diperkeras oleh Al-Qur’an dan hadits. Riya sama dengan menipu Allah.

  • Hakikat Ikhlas

          Ada beberapa pengertian tentang ikhlas:
ü  Ikhlas adalah menunggalkan tujuan kepada yang Maha Benar denagan ketaatan (ustadz Abu Qasim)
ü  Ikhlas adalah membersihkan perbuatan dari perhatian manusia
ü  Ikhlas adalah menghindari perhatian orang banyak
ü  Ikhlas adalah suatu rahasia antara Allah dengan hambanya, yang tidak diketahui malaikat sehingga dia mencatatnya, tidak diketahui setan sehingga ia merusaknya, dan tidak pula diketahui hawa nafsu sehingga ia mencondongkannya.

Dalam sebuah hadits Qudsi Allah berfirman “ikhlas adalah suatu rahasia dari hamba-Ku. Aku memasukkannya ke dalam hati orang yang kucintai dari hamba-hamba-Ku”.

          Beberapa unsure yang urgen dalam membentuk ikhlas:
Ä  Orang yang ikhlas harus memperhatikan pandangan Khalik, bukan pandangan makhluk.
Ä  Yang harus lahir dari orang yang ikhlas harus sinkron denagn batinnya, yang tampak dengan yang tersembunyi.
Ä  Menganggap sama antara pujian manusia dengan celaan mereka.
Ä  Tidak boleh memandang ikhlasnya, sehingga ia taajub dengan diri sendiri, sehingga justru merusak dirinya.
Abu Ayyub As-Susy berkata “selagi mereka melihat ikhlasnya sudah cukup, berarti ikhlas mereka itu masih membutuhkan ikhlas lagi”.
Ä  Melupakan tuntunan pahala amal di akhirat.
Ä  Takut penyusupan riya dan hawa nafsu ke dalam jiwa.


  • Bukti-Bukti Penguat Ikhlas
1.    Takut  ketenaran
2.    Menuduh diri sendiri
3.    Beramal secara diam-diam
4.    Tidak menuntut pujian dan tidak terkecoh oleh pujian
5.    Tidak kikir pujian terhadap orang yang layak dipuji
6.    Berbuat selayaknya dalam memimpin
7.    Mencari keridhoan Allah, bukan keridhoan manusia
8.    Menjadikan keridhoan dan kemarahan karena Allah, bukan karena pertimbangan pribadi
9.    Sabar sepanjang jalan
10. Merasa senang jika ada yang bergabung.
11. Rakus terhadap amal yang bermanfaat
12. Menghindari ujub
13. Peringatan agar membersihkan diri.


  • Ketaatan Dan Kedurhakaan Antara Yang Disembunyikan Dan Ditampakkan

          Orang mukmin yang meniti jalan kepada Allah harus berusaha menyembunyikan ketaatannya, tidak memperlihatkan dan memperdengarkan amal-amal shalihnya kepada orang lain semampunya, dengan mencukupkan diri bahwa Allah pasti mendengar dan melihat.

          Dalam hadits Abu Hurairah, Muttafaq Alaihi, disebutkan tentang tujuh golongan yang mendapat perlindungan Allah , salah satu diantaranya adalah orang yang mengeluarkan sedekah lalu menyembunyikannya, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarka tangan kanannya.inilah kedudukan yang paling tinggi. Tetapi jika menampakkan shadaqah dan memperlihatkan amal shalih itu karena alasan tertentu seperti agar amalnya jadi contoh bagi yang lain, maka hal itu dibolehkan.

Menyembunyikan dosa
Menyembunyikan dosa merupakan tindakan yang terpuji dan menampakkannya di muka orang-orang adalah makhruh. Ada beberapa sebab tentang hal ini:
  1. Karena jika kkita diuji dengan kedurhakaan kepada Allah, kita diperintahkan agar menutupi dengan tutupan Allah, tidak memburuk-burukkan diri sendiri.
  2. Untuk menjaga terkoyaknya tabir tutupannya dan menyingkap urusannya, karena dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam kedurhakaan lagi.
  3. Agar orang lain tidak menirunya,sehingga ia menjadi sebab menyebarnya kedurhakaan kepada Allah di dunia dan orang-orang mengikutinya
  4. Agar ia senantiasa menyangka mendapat ampunan dari Allah, tidak terrmasuk orang yang bangga dengan kedurhakaannya.
  5. Agar dia termasuk orang yang mempunyai rasa malu.
  6. Agar dia termasuk dalam golongan orang-orang yang diberi kesaksian baik oleh umat.
  7. Agar tidak memancing celaan orang-orang terhadapnya.
  8. Agar ia tidak menderita mendengar celaan orang-orang karena kedurhakaan ynag dilakukannya.
  9. Dikhawatirkan akan memancing kejahatan dan ganggguan terhadap dirinya.