Nikmat
Baru Teringat Kala Musibah Merapat
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيـْـــمِ اَللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَـــا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِيْنَـــا بِهَا مِنْ جَمِيعِ الاهْوَالِ وَالافَـــاتِ وَتَقْضِى لَنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْحَاجَـــاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيَّئَاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتًبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى اْلَغايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ اْلَخيْرَاتِ فِى الحَيَاتِ وَبَعْدَ اْلمَمَاتِ وَصَلىَّ اللهُ عَلَى خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيـْـــمِ اَللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَـــا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُنْجِيْنَـــا بِهَا مِنْ جَمِيعِ الاهْوَالِ وَالافَـــاتِ وَتَقْضِى لَنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْحَاجَـــاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيَّئَاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتًبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى اْلَغايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ اْلَخيْرَاتِ فِى الحَيَاتِ وَبَعْدَ اْلمَمَاتِ وَصَلىَّ اللهُ عَلَى خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
Ingat
nikmat, adalah salah satu pendorong syukur yang utama. Berulang Al-Qur'an
perintahkan mengingat-ingat nikmat. Tidak hanya yang materi, tapi juga yang
maknawi (berkaitan keimanan dan agama). Semua ini agar hamba bertambah
syukurnya kepada Allah, Rabb pemberi nakmat.
Kita belajar
dari seorang Syaikh yang mengalami infeksi telinga. Ia harus menjalani operasi
untuk mengembalikan pendengarannya. Ternyata, betapa mahal harga yang harus
dibayarkan untuk merasakan kembai nikmat pendengaran ini.
فَبِأَيِّ آَلَاءِ
رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman: 13)
Seorang
Syaikh berusia 80 tahun mengalami infeksi pada telinganya yang nyaris
membuatnya tuli.
Dokter
menyarankan untuk melakukan operasi atas telinganya supaya tidak kian menjadi
tuli, dan Syaikh itupun menerimanya.
Setelah
operasi sukses, dan Syaikh itu bisa mendengar kembali dengan jelas, maka
datanglah tagihan biaya atas operasi telinganya.
Syaikh itu
melihat tagihan operasinya, tiba2 menangis. Dokter yg melihat sang Syaikh itu
merasa iba dan mengatakan bahwa bila tagihan itu terlalu tinggi maka ia akan
membebaskan biaya dokter.
Maka sang
Syaikh menjawab: "Aku bukan menangis karena uang yang akan aku keluarkan,
tapi aku menangis karena Allah telah memberiku pendengaran yang jelas selama 80
tahun, namun Allah tidak pernah mengirimiku tagihan."
وَلَا تَكُونُوا
كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ
"Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang
fasik." (QS. Al
Hasyr: 19)
Sahabatku,
fillah...
Kadang
NIKMAT yang Allah berikan baru kita ingat saat MUSIBAH menimpa kita...
Nikmat sehat
baru teringat saat kita sakit, saat sehat kita lupa..
Nikmat kaya
baru teringat saat kita jatuh miskin, saat kaya kita lupa...
Nikmat waktu
luang baru teringat saat kita sibuk, saat punya waktu luang kita lupa...
Nikmat
keluarga baru teringat setelah mereka tiada, saat mereka ada kita
menyia-nyiakannya...
Nikmat umur
baru teringat saat malaikat maut mendatangi kita, saat hidup kita
melupakannya...
Demikianlah,
semoga bermanfaat.
www.voa-islam.com