NURUL ABROR

Jumat, 07 Desember 2018

Jangan Tidur Setelah Subuh! Ini Alasannya Dalam Islam

Jangan Tidur Setelah Subuh! Ini Alasannya Dalam Islam

Waktu Subuh

Sahabat Abiummi, siapakah yang masih sering langsung melanjutkan tidur setelah shalat Subuh? Pasti masih banyak yang di antara kita yang sering melakukannya. Namun, ternyata tidur setelah subuh itu tidak dianjurkan dalam pandangan Islam. Meskipun godaannya luar biasa hebat, tapi bukan berarti ada keringanan. Pola tidur ini bisa dikatakan kurang sehat. Mau tahu kenapa alasannya?
Apa hukum tidur lagi setelah shalat subuh?
Untuk tidur lagi setelah seorang itu mengerjakan shalat shubuh maka tidak terdapat dalil yang melarangnya sehingga hukum tidur setelah shalat subuh adalah sebagaimana hukum asal semua perkara non ibadah yaitu mubah.
Akan tetapi yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat adalah setelah mereka melaksanakan shalat subuh mereka duduk di masjid hingga matahari terbit.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata,
وَمِنَ المكْرُوْهِ عِنْدَهُمْ : النَّوْمُ بَيْنَ صَلاَةِ الصُّبْحِ وَطُلُوْعِ الشَّمْسِ فَإِنَّهُ وَقْتٌ غَنِيْمَةٌ
“Di antara hal yang makruh menurut para ulama adalah tidur setelah shalat Shubuh hingga matahari terbit karena waktu tersebut adalah waktu memanen ghonimah (waktu meraih kebaikan yang banyak.” (Madarijus Salikin, 1:369)
Dari ‘Urwah bin Zubair, beliau mengatakan,
كان الزبير ينهى بنيه عن التصبح ( وهو النّوم في الصّباح )
“Dulu Zubair melarang anak-anaknya untuk tidur di waktu pagi.”
Urwah mengatakan,
إني لأسمع أن الرجل يتصبح فأزهد فيه
“Sungguh jika aku mendengar bahwa seorang itu tidur di waktu pagi maka aku pun merasa tidak suka dengan dirinya”. (HR. Ibnu Abi Syaibah 5: 222 no. 25442 dengan sanad yang sahih).
Selain itu, terdapat hal-hal negatif lainnya bila kita tidur lagi setelah waktu subuh.

Bertentangan dengan sunnah Rasulullah

Kebiasaan yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bangun pagi dan langsung beraktivitas tanpa tidur lagi. Setelah Subuh, Rasulullah biasa berzikir hingga tiba waktu syuruq.
كما ثبت في ” صحيح مسلم 1/463 رقم 670 ” من حديث سماك بن حرب قال : ( قلت لجابر بن سمرة أكنت تجالس رسول الله صلى الله عليه وسلم ؟
Dari Sammak bin Harb, aku bertanya kepada Jabir bin Samurah, “Apakah Anda sering menemani duduk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ?”
قال : نعم ، كثيراً ، كان لا يقوم من مصلاه الذي يصلي فيه الصبح – أو الغداة – حتى تطلع الشمس ، فإذا طلعت الشمس قام ؛ وكانوا يتحدثون ، فيأخذون في أمر الجاهلية ، فيضحكون ويتبسم .
Jawaban Jabir bin Samurah, “Ya, sering. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah meninggalkan tempat beliau menunaikan shalat shubuh hingga matahari terbit. Jika matahari telah terbit maka beliau pun bangkit meninggalkan tempat tersebut. Terkadang para sahabat berbincang-bincang tentang masa jahiliah yang telah mereka lalui lalu mereka tertawa-tawa sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya tersenyum-senyum saja mendengarkan hal tersebut” [HR Muslim].

Tidak akan meraih keberkahan pagi hari

Pada satu hadis, Rasulullah mendoakan keberkahan untuk umatnya yang bangun di pagi hari. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan waktu pagi sebagai waktu yang penuh keberkahan.
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا
Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” (HR. Abu Daud no. 2606, Ibnu Majah no. 2236 dan Tirmidzi no. 1212
Doa itu mengisyaratkan bahwa orang-orang yang melanjutkan tidur selepas Subuh akan kehilangan keberkahan yang dipanjatkan oleh Rasulullah.
Keberkahan dalam ayat ini mempunyai makna yang luas. Secara umum maknanya adalah bertambahnya kebaikan. Bentuknya bisa jadi bermacam-macam, misalnya kesehatan yang meningkat ataupun kelancaran rezeki sehingga dipermudah untuk bersedekah.

Menjadi malas dan kehilangan semangat

Mengisi waktu pagi setelah Subuh dengan ibadah atau zikir menjadikan waktu berikutnya lebih segar dan bersemangat.
Baik dari sisi kesehatan ataupun secara rohani. Sebaliknya, tidur pagi setelah Subuh membuat seseorang jadi tidak semangat di hari itu.
وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ
“Lakukanlah ibadah (secara berterusan) di waktu pagi” (HR. Al Bukhari)
Sebagian ulama menjelaskan bahwa ‘pagi’ dalam hadits ini artinya adalah waktu antara Subuh dan matahari terbit.
Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa ketika dirinya berdzikir setelah Subuh, siangnya beliau menjadi bersemangat. Kekuatannya bertambah. Tetapi ketika tidak berdzikir di waktu pagi setelah Subuh, siangnya seperti kehilangan semangat.

Menjadikan tubuh lemah dan mudah sakit

Tidur di waktu pagi juga akan mengakibatkan lemahnya fizikal dan menjadi mudah sakit. Terutama sakit kepala.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah telah memberikan nasehatnya.
Tidur pagi juga Menyebabkan berbagai penyakit badan, di antaranya adalah melemahkan syahwat,” tulisnya dalam Zaadul Ma’ad.

Terhalang dari rezeki

Ibnu Qayyim Al Jauziyah –masih dalam Zaadul Ma’ad– mengatakan: “Empat hal yang menghalangi datangnya rezeki adalah tidur di waktu pagi, sedikit shalat, malas-malasan dan berkhianat.”
Shakhr Al Ghamidi radhiyallahu ‘anhu, adalah Sahabat yang telah membuktikannya. Sebagai pedagang, Shakr biasa pergi untuk berdagang mulai dari pagi hari hingga akhirnya ia berhasil menjadi saudagar kaya.
Sahabat Abiummi, setelah mengetahui pandangan Islam tentang tidur selepas waktu subuh, sebaiknya kita harus mulai berhenti melakukan kebiasaan yang tidak baik ini. Sebab yang paling afdhol adalah menggunakan waktu pagi untuk aktivitas yang bermanfaat di dunia ataupun di akhirat.Waktu sehabis subuh akan lebih baik kita gunakan untuk tilawah, mengunjungi tempat kajian subuh, memasak, beres-beres rumah dan hal-hal positif lainnya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah sendiri mengingatkan kita, “Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil.
Namun jika seseorang memilih untuk tidur setelah shalat subuh agar bisa bekerja dengan energi yang penuh maka hukumnya tidak mengapa, terlebih jika tidak memungkinkan baginya untuk tidur siang dan hanya mungkin tidur di waktu pagi.

Referensi:
Madarijus Salikin, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, tahqiq: ‘Imad ‘Amir, terbitan Darul Hadits, cetakan tahun 1424 H.
Penulis: Taqin Muhammad