tafsir kiamat quran surat al a'araf ayat 187
“Mereka menanyakan kepadamu tentang Kiamat: ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Rabbku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’” (QS. al-A’raaf: 187)
Firman Allah: yas-aluunaka ‘anis saa’ati (“Mereka menanyakan kepadamu tentang Kiamat: ‘Bilakah terjadinya?’”) Ayat ini sama seperti firman-Nya yang artinya: “Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit.”) (Al-Ahzaab: 63)
Ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang Quraisy. Mereka bertanya tentang waktu hari kebangkitan, dengan maksud untuk menafikan terjadinya peristiwa tersebut dan untuk mendustakan kejadiannya. Sebagaimana firman Allah yang artinya:
“Orang-orang yang tidak beriman kepada hari Kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa Kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya Kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh.” (QS. Asy-Syuura: 18)
Dan firman-Nya: ayyaana mursaaHaa (“Bilakah terjadinya?”) ‘Ali bin Thalhah mengatakan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: “Berarti batas waktunya, maksudnya kapan berakhirnya dan kapan batas akhir masa kehidupan dunia yang merupakan awal dari hari kebangkitan itu?”
Qul innamaa ‘ilmuHaa ‘inda rabbii laa yujalliiHaa liwaqtiHaa illaa Huwa (“Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Rabbku. Tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Allah.’”) Allah memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad saw, jika ditanya tentang waktu datangnya Kiamat, agar mengembalikan ilmunya kepada Allah Ta’ala, karena hanya Allah yang mampu menjelaskan waktunya, atau mengetahui kejelasan masalah itu. Dan mengenai waktunya secara tepat, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah semata.
Oleh karena itu, Allah berfirman: tsaqulat fis samaawaati wal ardli (“Kiamat itu amat berat [huru haranya bagi makhluk] yang di langit dan di bumi.”) Mengenai firman-Nya ini, `Abdur Razzaq mengatakan dari Ma’mar, dari Qatadah, ia berkata: “Ilmu mengenai hari Kiamat itu terasa berat diketahui oleh penghuni langit dan bumi ini.” Sedangkan Ma’mar mengatakan dari al-Hasan, ia berkata: “Jika hari Kiamat itu tiba, maka terasa berat bagi penghuni langit dan bumi.”
Sedangkan Ibnu Jarir memilih bahwa yang dimaksudkan adalah, terlalu berat ilmu tentang waktunya untuk diketahui oleh penduduk langit dan bumi ini, sebagaimana dikatakan oleh Qatadah. Perkataan keduanya sama seperti firman-Nya: laa ta’tiikum illaa baghtatan (“Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.”) Dan hal itu tidak menafikan beratnya waktu kedatangannya bagi penghuni langit dan bumi. Wallahu a’lam.
Dan firman-Nya: laa ta’tiikum illaa baghtatan (“Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.”) Hari Kiamat itu akan datang secara tiba-tiba dan mendatangi manusia ketika mereka dalam keadaan lengah.
Al-Bukhari mengatakan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Hari Kiamat itu tidak datang sehingga matahari terbit dari arah barat, maka apabila matahari itu telah terbit dan manusia melihatnya, mereka akan beriman semuanya. Yang demikian itu tatkala tidak bermanfaat lagi keimanan seseorang yang belum pernah beriman sebelumnya, atau belum berbuat kebaikan dalam keimanannya. Hari Kiamat itu akan datang saat dua orang telah membentangkan pakaian mereka, maka tidak sempat lagi mereka berjual-beli dan tidak juga sempat melipat pakaian itu. Kiamat itu akan datang ketika ada seseorang telah kembali membawa susu perahannya dan ia tidak sempat meminumnya. Kiamat akan datang ketika ada seseorang telah memperbaiki kolam aimya dan ia tidak sempat mengairinya. Dan hari Kiamat akan datang pada saat seseorang telah mengangkat suapan makanan ke mulutnya dan ia tidak sempat memakannya.” (HR. Al-Bukhari)
Dan firman-Nya: yas-aluunaka ka-annaka hafiyyun ‘anHaa (“Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinnya.”) Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan, seolah-olah engkau (Muhammad) mengetahuinya, padahal Allah telah menyembunyikan ilmunya atas semua makhluk-Nya. Lalu ia membaca firman-Nya: innallaaHa ‘indaHuu ‘ilmus saa’ati (“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya saja pengetahuan tentang hari Kiamat.”) (QS. Luqman: 34)
Oleh karena itu, Allah berfirman: qul innamaa ilmuHaa ‘indallaaHi wa laakinna aktsaran naasi laa ya’lamuun (“Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”)
Maka tatkala Jibril datang dengan menyerupai seorang Arab untuk mengajarkan kepada mereka tentang agama mereka. la duduk di hadapan Rasulullah seperti duduknya orang yang bertanya sambil memohon bimbingan. Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah mengenai Islam, lalu iman, setelah itu ihsan, kemudian ia bertanya: “Kapankah hari Kiamat tiba?” Lalu Rasulullah saw berkata kepadanya: “Yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya.”
Maksudnya, aku tidak lebih tahu darimu dan tidak seorang pun lebih tahu dari yang lainnya. Kemudian Nabi membaca ayat: innallaaHa ‘indaHuu ‘ilmus saa’ati (“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya saja pengetahuan tentang hari Kiamat.”) (QS. Luqman: 34)
Dalam riwayat lain disebutkan, lalu bertanya kepada beliau tentang tanda-tanda hari Kiamat. Maka beliau menjelaskan tanda-tanda hari Kiamat, kemudian berkata: “Ada pada lima hal yang tidak diketahui, kecuali hanya oleh Allah saja.” Selanjutnya beliau membacakan ayat tersebut. Setiap jawaban yang disampaikan oleh Rasulullah saw, orang itu (Jibril) berkata: shadaqta (“Engkau benar”). Oleh karena itu, Para Sahabat merasa heran terhadap orang yang bertanya kepada beliau ini, ia bertanya kepada beliau dan ia pun membenarkannya. Kemudian setelah orang itu pergi, Rasulullah a bersabda: “la itu adalah Jibril, yang datang untuk mengajarkan kepada kalian agama kalian.”
Dan dalam sebuah riwayat disebutkan, beliau bersabda: “la (Jibril) tidak mendatangiku dalam suatu bentuk melainkan aku mengenalinya, kecuali dalam wujudnya yang ini.”
Hadits ini telah aku (Ibnu Katsir) sebutkan melalui beberapa jalan dan berbagai lafazh baik yang shahih, maupun hasan, pada bagian awal Syarh al-Bukhari. Dan segala puji dan kebaikan hanya milik Allah.
Dan tatkala ada seorang Arab Badui menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah saw. dan memanggil beliau dengan suara lantang: “Hai Muhammad!” Lalu beliau mengatakan kepadanya: “Ya, apa?” Dengan suara selantang suaranya. Kemudian orang itu bertanya: “Kapan hari Kiamat itu tiba?” Maka Rasulullah AW, berkata kepadanya: “Celaka engkau, sesungguhnya hari Kiamat itu pasti datang, lalu apa yang sudah engkau persiapkan untuk menyambutnya?” la menjawab: “Aku tidak mempersiapkan untuknya berupa shalat dan puasa yang banyak, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Setelah itu, Rasulullah berkata kepadanya: “Seseorang itu akan bersama dengan yang dicintai.”
Dan tidaklah kaum muslimin berbahagia dengan sesuatu, sebagaimana bahagianya mereka dengan hadits tersebut. (Hadits ini mempunyai berbagai jalan dalam ash-Shahihain [Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim] dan kitab-kitab lainnya, dari sejumlah Sahabat, dari Rasulullah saw., di mana beliau bersabda: “Seseorang itu akan bersama dengan yang dicintai.” Menurut para huffazh yang teliti, hadits tersebut mutawatir.
Di dalamnya disebutkan, bahwa Rasulullah jika ditanya tentang hal ini (Kiamat), yang mana mereka tidak perlu mengetahui tentang ilmunya, maka beliau akan membimbing mereka kepada suatu yang lebih penting bagi mereka, yaitu mempersiapkan diri untuk menghadapi hart Kiamat itu sebelum tibanya, meskipun mereka tidak mengetahui waktu kedatangannya secara pasti.
Oleh karena itu Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahihnya, dari ‘Aisyah, ia berkata: “Ketika orang-orang Arab Badui menghadapRasulullah saw, mereka bertanya kepada beliau mengenai hari Kiamat: ‘Kapankah hari Kiamat itu tiba?’ Lalu beliau melihat ke arah orang yang paling muda di antara mereka, lalu beliau bersabda: ‘Jika orang ini hidup, maka ia belum mencapai masa tua sehingga telah tiba Kiamat kalian kepada kalian.’”
Maksud dari kata “Kiamat kalian” adalah, kematian mereka yang membawa mereka ke alam barzakh, alam akhirat.
Selanjutnya Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw mengenai hari Kiamat, maka Rasulullah menjawab: “Jika anak ini hidup, mudah-mudahan ia belum mencapai usia tua sehingga telah datang Kiamat.” (Hanya Muslim saja yang meriwayatkannya)
Diriwayatkan pula dari Anas bin Malik, ia berkata: Ada seorang budak milik al-Mughirah bin Syu’bah yang sebaya denganku sedang lewat, lalu Nabi saw. bersabda: “Jika dia ini dipanjangkan umurnya, maka dia belum mencapai usia tua sehingga datang Kiamat.” (Hadits ini diriwayatkan al-Bukhari dalam kitab [bab] al-Adab dalam Shahihnya)
Penyebutan Kiamat secara mutlak dalam riwayat-riwayat tadi, hendaklah dipahami secara muqayyad (terbatas). Yaitu, “Kiamat kalian.” Sebagaimana dalam hadits `Aisyah ra.
Inilah Nabi yang ummi, penghulu dan penutup para Rasul, Muhammad shalawaatullaah alaihi wa Salaamuh. Seorang Nabi pembawa rahmat dan pintu taubat, Nabi yang mengobarkan perjuangan, Nabi terakhir dan yang dimuliakan, dihadapannya dikumpulkan umat manusia. Di mana beliau menyatakan. dalam hadits shahih dari Arias, dan Sahl bin Sa’ad:
“Jarak waktu antara aku diutus dan terjadinya Kiamat, adalah seperti ini.” Seraya beliau mendekatkan kedua jarinya, jari telunjuk dan jari tengah.
Namun demikian, Allah telah memerintahkan beliau agar mengembalikan ilmu tentang waktu hari Kiamat itu kepada-Nya, jika ditanya oleh umatnya. Allah berfirman: qul innamaa ilmuHaa ‘indallaaHi wa laakinna aktsaran naasi laa ya’lamuun (“Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”)
&
https://alquranmulia.wordpress.com/2015/12/06/tafsir-ibnu-katsir-surah-al-araaf-ayat-187/