NURUL ABROR

Kamis, 18 Februari 2021

Meski Hafal Al Quran Namun Hidayah Seolah Enggan Mendekati Perempuan Ini


ALKISAH sebuah pesawat terbang melintasi daratan Afrika. Diantara penumpang pesawat itu ialah Habib Quraisy, disebelahnya ada seorang ibu tua berpakaian dengan penutup semisal jilbab. Usia ibu itu berkisar antara 65 atau 70 tahun. Sepanjang perjalanan, terjadi dialog diantara kedunya. Ibu itu menyapa Habib Quraisy dan menanyakan tempat tujuannya dengan berbahasa arab yang fasih.

“Kemana Anda akan pergi?” tanya ibu itu.

“Saya akan transit ke Yordan kemudian melanjutkan perjalanan ke Yaman,” jawab habib.

“Dimana asal Anda?”
“Saya berasal dari Indonesia,” jawab habib.

Mengetahui Habib Quraisy orang Indonesia, ibu itu kemudian mengubah percakapannya menggunakan bahasa Indonesia. Padahal dari logatnya, habib nampaknya mengetahui jika ibu itu orang Jerman.

“Adik di Indonesia dimana?” tanya ibu itu melanjutkan.

“Saya di Jawa”.

Sejalan dengan waktu, perbincangan ibu itu mengarah kepada hal-hal yang berkaitan dengan agama. Ia mulai mengupas pembahasan Al Qur’an dengan indah dan mahirnya. Habib pun penasaran atas kehebatannya menjelaskan Al Qur’an dan bertanya,

“Apakah Ibunda hafal Al Qur’an ?”

“Ya, saya telah menghafal Al Qur’an dan saya rasa tidak cukup hanya menghafal Al Quran sehingga saya berusaha menghapal Tafsir Jalalain dan saya pun hafal.”

Tidak sampai disitu saja, ibu itu melanjutkan pembicaraannya.

“Namun Al Qur’an harus bergandengan dengan hadist. Sehingga saya kemudian berupaya lagi menghafal hadist tentang hukum sehingga saya hafal kitab hadist Bulughul Marom di luar kepala.”

Lantas saya masih belum merasa cukup, karena di dalam Islam bukan hanya ada halal dan haram tapi harus ada fadhailul amal, maka saya pilih kitab Riyadhus Sholihin untuk saya hafal dan saya hafal,” tutur ibu itu mengenai pendalamannya tentang Islam kepada Habib Quraisy.

“Di sisi agama ada namanya tasawuf, maka saya cendrung pada tasawuf sehingga saya memilih kitab Ihya Ulumuddin dan sampai saat ini saya sudah 50 kali mengkhatamkan membacanya. Saking seringnya saya membaca Ihya Ulumuddin sampai-sampai Bab Ajaibul Qulub saya hafal di luar kepala.”

Habib Quraisy terperangah melihat kehebatan dan luar biasanya ibu itu. Namun karena tidak mau percaya begitu saja, Habib pun akhirnya mencoba menguji kebenaran perkataannya. Apakah benar ia telah hafal Al Qur’an? Apakah benar ia menguasai Tafsir Jalalain tentang asbabun nuzul dan qaul Ibnu Abbas?

Setelah melalui beberapa pertanyaan. Ternyata memang benar ibu itu hafal Al Qur’an, bahkan ia mampu menjawab tafsirnya dengan mahir dan piawai.

Ketika Habib mengangkat permasalahan ihya mawat yang ada di dalam kitab Bulughul Maram ibu itu pun menjabarkannya dengan cukup jelas.

Ketika Habib membahas tentang hadist Riyadhus Sholihin, ibu itu menyebutkan sesuai apa yang disebutkan dalam kitab Dalailul Falihin sebagai syarah kitab hadist tersebut.

Dan lagi, saat ibu itu menjelaskan masalah psikologi hati berbasis kitab Ihya Ulumuddin pada pasal ajaibul qulub. Kembali Habib dibuat heran oleh ibu itu. Menurutnya–sejauh ini selain gurunya–Habib belum pernah menemukan orang sekaliber ibu tersebut yang duduk tepat di sampingnya.

Tak lama, pesawat yang ditumpangi habib dan ibu itu landing. Saat pesawat itu sudah benar-benar berhenti, para penumpang semuanya menyiapkan diri termasuk barangnya bawaannya untuk menuruni pesawat. Begitu pula ibu itu mengambil tasnya yang di ada di kabin, karena sudah merasa kenal, habib mencoba membantu mengambilkan tas ibu itu dan menurunkan tiga tas lainnya ke lantai pesawat.

Subhanallah. Ketika Ibu itu menunduk untuk mengambil tasnya, seutas seutas kalung yang bertanda palang salib nampak terlihat.
Seperti petir menyambar di siang bolong, Habib Quraisy menunduk dengan lemah. Ibu itu hanya tersenyum dan mengatakan, “Akan saya jelaskan kepadamu nanti di hotel”.

Akhirnya keduanya bertemu. Kepada Habib Quraisy, ibu itu menjelaskan, “Saya bukan orang Kristen, mengapa saya keluar dari Kristen? Karena saya menganggap Kristen itu hanya dongeng belaka. Dan kalung ini bukan berarti saya Kristen, ini adalah pemberian almarhumah ibu saya.”

Ibu itu pun mengatakan bahwa ia telah mempelajari beberapa agama, Kristen, Hindu dan juga Islam. Ia juga sempat mengungkapkan ketertarikannya mengenai keagungan yang ada di balik wahyu Allah Swt dan hadits Nabi Muhammad Saw.

“Ibu apa agamanya sekarang?” tanya habib.

Saya tidak beragama.

“Seandainya Ibu masuk agama Islam, begitu membaca syahadat, ibu akan langsung mendapat titel ustadzah haji”. karena demikian luas ilmu yang ia miliki kata Habib.

Mungkin karena saya belum dapat hidayah dari Allah,” jawab ibu itu.

Habib Quraisy sempat menetaskan air mata bersyukur kepada Allah Swt, bagaimana orang seperti dia yang sudah hafal Al Qur’an dan lain sebagainya, belum Allah izinkan untuk beriman kepada-Nya. Sementara kita tanpa usaha apapun, telah dipilih oleh Allah Swt untuk menjadi seorang yang muslim.

Ibu itu bernama Ann Marie Schimmel, ahli terkemuka dalam literatur Islam dan mistisisme (tasawuf), berkebangsaan Jerman. Ann mengajar di 3 Universitas terkemuka di 3 negara berbeda. Ann dikenal memiliki ingatan fotografis. Wafat tahun 2003 di usia 80 thn.