NURUL ABROR

Kamis, 22 Desember 2011

sedekah takut miskin

Untuk itulah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memberikan gambaran kepada ummatnya mengenai sedekah yang paling afdhol.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ حَرِيصٌ
تَأْمُلُ الْغِنَى وَتَخْشَى الْفَقْرَ وَلَا تُمْهِلْ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ
قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ
“Seseorang bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhol?” Beliau menjawab: “Kau bersedekah ketika kau masih dalam keadaan sehat lagi loba, kau sangat ingin menjadi kaya, dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh sudah sampai di kerongkongan, kau baru berpesan :”Untuk si fulan sekian, dan untuk si fulan sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris).” (HR Bukhary)
Coba lihat betapa detilnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan ciri orang yang paling afdhol dalam bersedekah. Sekurangnya kita temukan ada empat kriteria: (1) Dalam keadaan sehat lagi loba alias berambisi mengejar keuntungan duniawi; (2) dalam keadaan sangat ingin menjadi kaya; (3) dalam keadaan sangat khawatir menjadi miskin dan (4) tidak dalam keadaan sudah menjelang meninggal dunia dan bersiap-siap membuat aneka wasiat soal harta yang bakal terpaksa ditinggalkannya.

 http://harifamily2008.blogspot.com/2011_05_15_archive.html

Taqwa

Taqwa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Taqwa / takwa ,yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah:
1. Melaksanakan segala perintah Allah
2. Menjauhkan diri dari segala yang dilarang Allah (haram)
3. Ridho (menerima dan ikhlas) dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah
Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. "memelihara diri dalam menjalani hidup sesuai tuntunan/petunjuk allah" Adapun dari asal bahasa arab quraish taqwa lebih dekat dengan kata waqa Waqa bermakna melindungi sesuatu, memelihara dan melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan. Itulah maka, ketika seekor kuda melakukan langkahnya dengan sangat hati-hati, baik karena tidak adanya tapal kuda, atau karena adanya luka-luka atau adanya rasa sakit atau tanahnya yang sangat kasar, orang-orang Arab biasa mengatakan Waqal Farso Minul Hafa (Taj).
Dari kata waqa ini taqwa bisa di artikan berusaha memelihara dari ketentuan allah dan melindungi diri dari dosa/larangan allah. bisa juga diartikan berhati hati dalam menjalani hidup sesuai petunjuk allah.


Abu Hurairah رضي الله عنه ditanya tentang Taqwa, beliau menjawab, “Pernahkah kamu melewati jalan yang penuh duri?  Kalau pernah, apa yang engkau perbuat?”.
Dijawab, “Aku akan mencari jalan lain, atau akan aku batalkan perjalanan atau aku mempercepat perjalanan”.  Kata Abu Hurairah رضي الله عنه, “Itulah yang disebut Taqwa, yaitu engkau hindari duri-duri itu, atau engkau lalui dengan segera, atau engkau mempercepat jalanmu”.

Hakikat Taqwa.
Pada hakikatnya Taqwa adalah mengerjakan ketaatan terhadap Allooh سبحانه وتعالى berlandasan kepada Iman, berharap pahala dan ganjaran dari Allooh سبحانه وتعالى dalam perkara yang diperintah dan yang dilarang.
Orang tersebut mengerjakan apa yang Allooh سبحانه وتعالى perintahkan dengan Iman, bahwa perintah itu adalah perintah Allooh dan membenarkan akan janji Allooh سبحانه وتعالى. Bila Allooh memerintahkan, yakinilah bahwa itu benar adanya,  dan benar bahwa Allooh akan memberikan kepada kita pahala dan balasan.
Bila seseorang tidak melaksanakan amalan shoolih, atau terbebani (terpaksa) beramal shoolih, adalah karena ia belum beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى. Orang yang sudah beriman kepada Allooh, ia akan membenarkan bahwa bentuk konsekuensinya adalah: Mengakui dan menerima Syari’at Allooh سبحانه وتعالى.
Kalau ada orang mengaku beriman dan bertaqwa kepada Allah, tetapi ia meninggalkan dan melecehkan syari’at Allooh سبحانه وتعالى, mengingkari bahkan menukar dengan Hukum manusia, maka orang demikian itu Asbun (asal bunyi).
Taqwa dalam arti kedua adalah meninggalkan apa yang dilarang oleh Allooh سبحانه وتعالى dengan beriman bahwa itu adalah larangan Allooh, lalu takut dengan ancaman Allooh سبحانه وتعالى.
Perintah dari Allooh سبحانه وتعالى adalah langsung.
Lihat Surat An Nisaa’ ayat 1:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allooh menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allooh memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allooh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrohim. Sesungguhnya Allooh selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Surat Aali Imroon ayat 102 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allooh sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.


Surat Al Ahzaab ayat 70 – 71:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً

70. Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allooh dan katakanlah perkataan yang benar,

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً

71. Niscaya Allooh memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allooh dan Rosuul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

Surat Aali Imroon ayat 131 :
وَاتَّقُواْ النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kaafir.

Ayat tersebut (Surat Aali Imroon ayat 102) sudah seringkali kita dengar. Minimal setiap Jum’at selalu disampaikan oleh Khotib sholat Jum’at. Artinya dalam satu tahun sebanyak limapuluh dua kali diperdengarkan (diucapkan) oleh para Khotib sholat Jum’at.
Kalau kita sudah berusia 60 tahun, berarti sudah lebih dari seribu kali kita mendengar ayat tersebut. Kalau kita belum menjadi orang bertaqwa juga, maka mungkin hati kita yang tertutup, atau mungkin salah dalam menyampaikan ayat tersebut, atau mungkin sebab yang lain. Di ayat-ayat tersebut kita diperintahkan untuk bertaqwa dengan sebenar-benar taqwa.