1. Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَالَ فِي دُبُرِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَهُوَ ثَانٍ رِجْلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يَتَكَلَّمَ
“Barang siapa yang setelah shalat Subuh dengan menyilangkan kedua kakinya ia mengucapkan;
(dzikir diatas)
عَشْرَ مَرَّاتٍ
sepuluh kali,
كُتِبَتْ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ
maka tercatat baginya sepuluh kebaikan
وَمُحِيَتْ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ
dan terhapus darinya sepuluh kesalahan
وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
serta diangkat baginya sepuluh derajat,
وَكَانَ يَوْمَهُ ذَلِكَ كُلَّهُ فِي حِرْزٍ مِنْ كُلِّ مَكْرُوهٍ
dan pada hari itu ia berada dalam perlindungan dari segala yang tidak disukai,
وَحُرِسَ مِنْ الشَّيْطَانِ
serta terjaga dari syetan,
وَلَمْ يَنْبَغِ لِذَنْبٍ أَنْ يُدْرِكَهُ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ إِلَّا الشِّرْكَ بِاللَّهِ
dan tidak layak ada dosa yang menjumpainya pada hari itu kecuali syirik kepada Allah.”
Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan gharib shahih.
(HR. at Tirmidziy; dikatakan “hasan li ghairihi” oleh syaikh
al-albaaniy dalam shahiih at-targhiib dan hadits ini juga terdapat di
silsilah ash-shahiihah) ↩
2.Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَالَ قَبْلَ أَنْ يَنْصَرِفَ وَيَثْنِيَ رِجْلَهُ مِنْ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ وَالصُّبْحِ
“Barangsiapa sebelum bergeser dan melangkahkan kakinya dari shalat Maghrib dan Shubuh mengucapkan:
(dzikir diatas)
شْرَ مَرَّاتٍ
Sebanyak sepuluh kali
كُتِبَ لَهُ بِكُلِّ وَاحِدَةٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ
Maka akan ditulis baginya pada setiap kata sepuluh kebaikkan
وَمُحِيَتْ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ
dan dihapuskan dari sepuluh kesalahan.
وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
Akan diangkat sepuluh derajat
وَكَانَتْ حِرْزًا مِنْ كُلِّ مَكْرُوهٍ وَحِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
dan (dzikir ini) menjadi pelindung baginya dari kesulitan dan dari setan yang terkutuk.
وَلَمْ يَحِلَّ لِذَنْبٍ يُدْرِكُهُ إِلَّا الشِّرْكَ
Ia tidak akan ditimpa siksa dari dosanya kecuali dari perbuatan syirik.
فَكَانَ مِنْ أَفْضَلِ النَّاسِ عَمَلًا إِلَّا رَجُلًا يَفْضُلُهُ يَقُولُ أَفْضَلَ مِمَّا قَالَ
Dan ia termasuk manusia yang paling utama amalannya kecuali orang
yang berkata dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang ia katakan.” ↩