Senin, 29 Juni 2020

Ibadah Qurban

Nabi Ibrahim as teladan terbaik yg diabadikan dalam al quran dalam hal  Ketakwaan, keikhlasan, kepatuhan, ketundukan, kesabaran dalam melaksanakan perintah Allah, sehingga Nabi Ibrahim pernah suatu saat berkurban 1000 kambing, 300 sapi, dan 100 onta. Hingga para malaikat dan orang orang dimasa itupun kagum pada beliau, 

Menurut nabi ibrahim as semua dilakukan karena atas perintah Allah semata. Sampai beliau bernadzar  karena saking penginnya punya keturunan seorang anak. "Demi Allah, jika aku mempunyai seorang anak, dan Allah memerintah untuk menyembelihnya niscaya aku akan menyembelihnya,”

Sampai suatu waktu akhirnya Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Hajar dikaruniai keturunan bernama ismail yg sudah lamanya ditunggu. Waktu berlalu bertahun-tahun sampai usia ismail cukup dewasa, namun Allah mengingatkan nabi ibrahim as akan nadzarnya. 

Tepat pada tanggal 8 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim dalam tidurnya bermimpi. Dalam mimpi tersebut seseorang berkata, “Wahai Ibrahim, tepatilah janjimu!” Setelah bangun dari tidur, Nabi Ibrahim berpikir dan berangan-angan ataukah syetan? Sehingga hari itu disebut hari Tarwiyyah.

Tarwiyah berasal dari kata rowa yurowwi tarwwiyah yang artinya merenung. Dinamakan hari tarwiyah karena pada hari itu, Nabi Ibrahim berpikir dan merenung atas kejadian masa lalu berupa janji atau nadzar yang terlupakan.

Pada malam 9 dzulhijjah bermimpi yg sama perintah untuk menyembelih ismail anaknya, keesokan harinya tanggal 9 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim mengetahui ternyata mimpinya berasal dari Allah. Sehingga pada tanggal tersebut dikenal dengan hari Arofah.

Arofah berasal dari kata arofa ya’rifu arfan, yang artinya mengetahui. Mengetahui bahwa mimpi tersebut bukan dari setan tapi perintah Allah. Lalu pada tanggal 10 Dzulhijjah terjadilah peristiwa penyembelihan atau nahr, dimana hari itu dikenal dengan Yaumun Nahr, dimana Nabi Ibrahim as melaksanakan perintah Allah tanpa ragu untuk menyembelih putra kesayangannya Nabi Ismail as. 

Godaan dan rayuan datang berkali-kali, sebelum Nabi Ismail disembelih. Mulai dari bisikan ke Hajar untuk membatalkan penyembelihan tersebut. termasuk Nabi Ismail pun dirayu oleh setan. Akhirnya, Nabi Ismail mengambil batu dan melemparkannya kepada Iblis. Peristiwa itulah menjadi momen dalam haji yaitu melempar jumroh.

Setelah sampai di Mina, Nabi Ibrahim berkata kepada putranya, sebagaimana tertulis dalam Asshofat 102, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَا لَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْۤ اَرٰى فِى الْمَنَا مِ اَنِّيْۤ اَذْبَحُكَ فَا نْظُرْ مَا ذَا تَرٰى ۗ قَا لَ يٰۤاَ بَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِيْۤ اِنْ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu! Dia (Ismail) menjawab, Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

(QS. As-Saffat 37: Ayat 102)


Perintah menyembelih bagi Nabi Ibrahim as adalah ujian besar sebagai seorang ayah, dan bagi Nabi Ismail ini  merupakan ujian selaku anak. Nabi Ismail bersabar dengan perintah Allah untuk disembelih dengqn taat dan patuh seklaipuntdk masuk akal dijaman sekarang. 

Kurban Dalam Bentuk Syukur

Melewati ujian itu, tak lama Malaikat Jibril pun datang dengan membawa seekor domba yang besar. Domba tersebut merupakan domba kurban habil – putra Adam – yang masih hidup di Surga. Kemudian, kurban tersebut dijadikan tebusan atau ganti Nabi Ismail. Malaikat Jibril pun datang dengan rasa ta’dzim (hormat) kepada Nabi Ibrahim.

Ada banyak hikmah yang dapat dipetik dalam kehidupan Nabi Ibrahim. Dimana komunikasi dalam keluarga harus selalu dibangun. Seorang ayah harus mampu mengajak bermusyawarah kepada istri dan anaknya. Kuatkan iman, yang terbaik akan datang setelah kita bersabar, pasrah kepada Allah. Dan sucikan harta selain dengan zakat juga dengan berkurban hewan yang sesuai dengan kriteria yang baik. Karena tidak ada sesuatu yang berharga, selain bisa dekat dengan-Nya. Selamat menyambut Idul adha 1441 Hijriyah

Sebagaimana kisah diatas Nabi  Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ وَجَدَ مِنْكُمْ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

“Siapa yang mendapatkan kelebihan harta tapi dia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati mushola kami.”

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَنْ يَّنَا لَ اللّٰهَ لُحُـوْمُهَا وَلَا دِمَآ ؤُهَا وَلٰـكِنْ يَّنَا لُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْ ۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَـكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ

"Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al-Hajj 22: Ayat 37)

Ketakwaan, keikhlasan, ketundukan, kesabaran dalam melaksanakan perintah Allah Rabbul ‘Alamin.

Kamis, 25 Juni 2020

Kurban Sapi Syirkah Masjid Nurul Abror Periode 1441H RW05 Mejasem Barat

Kurban Sapi Syirkah Masjid Nurul Abror Periode 1441H RW05 Mejasem Barat




*Kurban Sapi Syirkah 1*

1. *Kel. H. Agus Sofi an: Alm.Muslim Adipranoto  bin Mohammad Fadhil* (tulisan tebal telah konfirmasi)
2. *Kel Drs Bambang Sekti MM (telah konfirmasi ikut)* 
3. *kel H. Sismiyadi (telah konfirmasi ikut)*
4. *kel H.Sulistiono, S.Pd (sudah konfirmasi ikut)*
5. *Kel H. Slamet, S.Pd. (sudah konfirmasi ikut)* 
6.  *Kel Bpk Drs. Bambang Setyawan, MM (sudah konfirmasi ikut)* . 
7. *Kel Bp Dwi  Setiawan, S.Pd. MM. (sudah konfirmasi ikut)* 


Berikutnya Belum konfirmasi  👎
*Kurban Sapi Syirkah 2*

1. Kel Bpk Abdul Jamil Jl Pala Raya
2. kel Ibu Hj. Retno RT 01
3. Kel. Ibu Yanuar RT 01
4. Kel. Ibu Istiqomah RT01
5. Kel Bpk Wendy Wirawan An.Anggito bin wendy wirawan
6. Kel Bp Suparno RT06 
7. Kel Agus Sutiono bin Sugiman (an. Danuroh RT06) 

*Kurban Sapi Syirkah 3*

1. Hj. Sumiarti S.Pd, RT02. 
2. Bp Budi Mulyono RT02 
3 kel. Bp Slamet riyadi. RT07 (an. Ibu Budi Wurtiningsih binti Kasmui ) 
4. Rusd Farabi bin H. Amir Effendi Jln. Semanggi Raya no.31
5. Mas Kasan bin kosim 
6. Kel Bpk. Kusnanto 
7. Kel. Ir. Eko Setiawan, M.Hum

*Kurban Sapi Syirkah 4*

l. Kel Bp Iman Syaefudin Pala Raya
2. Kel 
3. Kel Bp Syamsul Rizal segarawana
4. Kel. Bp Zaenal Asyiqin jl Bung Tomo
5. Sdri Numairi RW 17
6. Mas Elang RT06
7. H.Suryono Jl Pala raya

*kurban kambing*
1. kel R. Herwanto 2 ekor
2. 
*Data Tahun lalu* 👎

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا"

Barangsiapa telah memiliki kelapangan (rezeki) dan tidak berqurban, maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami.” (HR Ibnu Majah no 3123)


Selasa, 23 Juni 2020

“Berbaktilah kalian kepada bapak-bapak kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakti kepada kalian.” (H.R. Thabrani dan Hakim)


Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Oleh Redaksi - 



 
Oleh : KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, MA *)

Firman Allah :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا. وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا. رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا فِي نُفُوسِكُمْ إِنْ تَكُونُوا صَالِحِينَ فَإِنَّهُ كَانَ لِلْأَوَّابِينَ غَفُورًا. (الإسراء [١٧]: ٢٣-٢٥)

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat.” (Q.S. Al-Isra’ [17]: 23-25)

Pada rangkaian ayat ini, setelah Allah  memerintah manusia agar jangan menyembah selain Allah  kemudian Dia memerintahkan agar manusia berbakti kepada kedua ibu bapaknya, seperti yang disebutkan pada ayat yang lain.

أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku kembalimu.” (Q.S. Luqman, 31: 14)

Berbakti kepada ibu bapak adalah kunci kebahagiaan dan kesuksesan anak di dunia dan di akhirat.

Disebutkan dalam sebuah hadits:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ لَمَّا صَعِدَ الْمِنْبَرَ قَالَ أَمِيْنُ, أَمِيْنُ, أَمِيْنُ. فَقَالُوا يَا رَسُوْلُ اللهِ عَلىَ مَ أَمِنْتَ قَالَ أَتاَنِي جِبْرِيْلُ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ ذُكِرَتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ فَقُلْ أَمِيْنُ. فَقُلْتُ أَمِيْنُ ثُمَّ قَالَ رَغِمَ اَنْفُ امْرِئٍ دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ ثُمَّ خَرَجَ وَلمَ ْيُغْفَرْلَهُ قُلْ أَمِيْنُ فَقُلْتُ أَمِيْنُ. ثُمَّ قاَلَ رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدَ هُمَا فَلَمْ يَدْخُلاَهُ الْجَنَّةَ قُلْ أَمِيْنُ فَقُلْتُ أَمِيْنَ (رواه احمد)

“Bahwa Rasulullah  ketika naik mimbar mengucapkan, “Aamiin, aamiin, aamiin.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, untuk apa engkau mengucapkan aamiin?” Beliau menjawab, “Jibril datang kepadaku lalu berkata, “Hai Muhammad, sungguh sengsara hidup seseorang, engkau disebut didekatnya namun dia tidak mengucapkan shalawat kepada engkau. ”Kemudian Jibril berkata, “Sungguh sengsara seseorang jika datang bulan Ramadhan lalu ia berlalu sedangkan dosanya tidak diampuni.” Lalu Jibril berkata, “Ucapkan aamiin.” Maka saya mengucapkan aamiin. Kemudian Jibril berkata, “Akan sengsara hidup seseorang yang menjumpai dua ibu bapaknya atau salah satu dari keduanya, namun keduanya tidak menyebabkan dia masuk surga.” Lalu Jibril berkata, “Ucapkan aamiin.” Lalu saya mengucapkan aamiin.” (H.R. Ahmad)

Ibnu Abbas berkata: “Tidaklah seorang muslim mempunyai dua orang tua muslim, kemudian dia berbakti kepada keduanya, karena mengharapkan ridla Allah, kecuali Allah akan membukakan dua pintu untuknya. Maksudnya pintu surga. Jika dia hanya berbakti kepada salah satu orang tuanya maka hanya satu pintu yang dibukakan untuknya. Jika salah satu dari keduanya marah maka Allah tidak akan meridlainya.” Ditanyakan kepada Ibnu Abbas, “Sekalipun keduanya menzhaliminya?” Ibnu Abbas menjawab, “Sekalipun keduanya menzhaliminya.”

Kewajiban berbakti kepada ibu bapak menduduki tempat kedua setelah kewajiban beribadah kepada Allah  karena kehidupan manusia tidak mungkin ada tanpa pengorbanan dan kerja keras ibu bapaknya yang mengasihi mereka dan memenuhi semua keperluan mereka di saat anak masih lemah.

Untuk menggambarkan kasih sayang orang tua terhadap anaknya, Syaikh Fathi Muhammad Ath-Thahir menukilkan suatu peristiwa tentang perselisihan antara seorang anak dan ayahnya yang pernah terjadi di masa Rasulullah . Dari Jabir bin Abdullah  berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi , lalu dia berkata, “Wahai Rasulullah , sesungguhnya ayahku telah mengambil hartaku. Nabi  bersabda kepada laki-laki itu, “Datangkanlah ayahmu itu kepadaku!” Malaikat Jibril  kemudian menemui Nabi  dan berkata, “Sesungguhnya Allah menyampaikan salam untukmu dan berkata kepadamu, “Jika datang orang tua itu kepadamu maka tanyakanlah kepadanya tentang apa yang dia ucapkan dalam hatinya dan yang tidak didengar oleh kedua  telinganya.” Ketika orang tua itu datang maka Nabi  bertanya kepadanya, “Mengapa anakmu mengadukanmu? Apakah kamu ingin mengambil hartanya?” Orang tua itu menjawab, “Tanyakan kepadanya wahai Rasulullah , saya tidak menggunakannya kecuali untuk salah seorang bibi dari pihak ibunya atau bibi dari pihak bapaknya atau untuk diriku.” Rasulullah bersabda, “Kita tinggalkan persoalan ini. Beritahukan kepadaku tantang sesuatu yang kamu katakan dalam dirimu, yang tidak didengar oleh kedua telingamu!” Orang tua itu menjawab, “Demi Allah, wahai Rasulullah , Allah  senantiasa menambah keyakinanku kepadamu. Sesungguhnya aku telah mengucapkan dalam diriku, sesuatu yang tidak didengar oleh kedua telingaku. Rasulullah bersabda, “Katakanlah, aku akan mendengarkannya.” Orang itu berkata,
“Aku telah mengurusmu di waktu kecil dan aku telah membimbingmu di masa muda.
Saat itu kamu merasa payah dan dahaga oleh sesuatu yang menyerangmu. Jika malam menimpakan penyakit kepadamu. Karena kamu sakit aku tidak tidur dan terus berkomat kamit. Seolah aku yang tertunduk oleh perintah yang memerintahkan aku untuk tunduk kepadamu. Maka kedua mataku tidak dapat terpejamJiwaku selalu mengkhawatirkanmu akan meninggal. Padahal dia tahu bahwa kematian telah ditentukan waktunya.

BACA  Terpojok 99 Tahun
Ketika kamu menginjak dewasa, aku tidak lagi mengharapkanmu. Kamu menjadikan kekerasan dan kekasaran sebagai balasan untukku. Seolah kamu pemberi jasa yang besar. Ketika kamu tidak memelihara hakku sebagai ayah. Maka aku berharap kamu melakukan sesuatu yang dilakukan oleh tetangga yang dekat terhadapku. Lalu engkau akan memberikan hakku seperti tetangga. dan engkau tidak kikir dalam memberikan hartaku, bukan hartamu kepadaku.”

Ketika itu Nabi  memegang leher baju anak orang tua itu, lalu bersabda, “Kamu dan hartamu adalah milik bapakmu.” (H.R. Thabrani, dengan sanad dhaif)

Menurut riwayat lain dinyatakan, “Ketika orang tua itu menyatakan bait-bait puisi tersebut, Rasulullah  pun menangis, kemudian beliau bersabda, “Tidak ada satu batu atau penduduk kota yang mendengar bait-bait puisi ini kecuali mereka akan menangis.”

Selanjutnya pada ayat tadi, Allah  memberi tuntunan kepada anak, bagaimana berkhidmat kepada orang tua jika keduanya atau salah satu diantara keduanya telah berusia lanjut sehingga tidak mampu lagi hidup sendiri dan sudah sangat bergantung kepada anaknya. Terhadap orang yang sudah dalam kondisi semacam ini, anak tidak boleh mengucapkan uffin (hus/ah).
Kata uffin asal artinya adalah daki hitam dalam kuku. Menurut Ibn Katsir, uffin adalah kata-kata buruk pada tingkatan yang paling rendah. Sedang Abu Raja’ al-Atharidy mengatakan bahwa uffin adalah kata-kata yang mengandung kejengkelan dan kebosanan, meskipun tidak diucapkan.
Mujahid ketika menjelaskan ayat ini mengatakan: “Maksudnya adalah jika engkau lihat salah seorang atau kedua orang tua telah berak atau kencing dimana maunya saja, sebagaimana yang engkau lakukan di waktu engkau kecil, janganlah engkau mengeluarkan kata yang mengandung keluhan sedikitpun.”

Sesudah dilarang mengucapkan kata-kata yang mengandung keluhan bahkan walaupun tidak kedengaran, seorang anak dilarang membentak, menghardik, atau membelalakkkan mata kepada orang tua. Maksudnya mengeluh saja tidak boleh apalagi membentak dan menghardik atau menggunakan kata-kata kasar. Dalam tafsir Al-Lusi dijelaskan, yang dimaksud “Janganlah kamu membentak mereka” adalah larangan untuk memperlihatkan ketidaksetujuan terhadap pendapat kedua orang tua dengan cara membantah atau menyangkal kebenaran perkataan mereka berdua.

Pada ujung ayat ini, Allah  memerintahkan agar anak mengucapkan perkataan yang mulia terhadap kedua orang tua, maksudnya sebagai ganti dari ucapan ah atau bentakan. Katakanlah kepada mereka berdua dengan perkataan yang indah, lembut, dan tidak mengandung unsur kekerasan sedikitpun. Umar bin Khaththab pernah berkata: “Maksudnya, seorang anak harus mengatakan, Wahai Bapakku atau Wahai Ibuku. Dia tidak boleh memanggil kedua orang tuanya dengan menyebut nama mereka, tidak boleh mengeraskan suara di hadapan mereka dan tidak pula memandang mereka dengan membelalakkan matanya.”

BACA  TMMD 108 Kodim 0424/Tgm Mempersingkat Jarak Tempuh Siswa ke Sekolah
Pada ayat selanjutnya, Allah  memerintahkan agar anak merendahkan dirinya terhadap ibu dan bapak dengan penuh kasih sayang. Menurut Al-Qurthubi, ungkapan ini merupakan isti’arah (metafora/kiasan) dari sikap lembut dan sayang kepada kedua orangtua serta sikap tunduk kepada mereka berdua seperti tunduknya rakyat kepada pemimpinnya dan seorang budak kepada tuannya.

Pada ayat ini, Allah  menggunakan kata janh (sayap) untuk menggambarkan ketundukan anak kepada orang tua. Dengan demikian, seolah-olah Allah  berfirman: “Perhatikan keadaan kedua orang tuamu dan ajaklah mereka tinggal bersamamu seperti yang telah dilakukan oleh seekor burung yang merendahkan sayapnya untuk memeluk anak-anaknya dan mendidiknya.”

Adapun kata “dengan kasih sayang” adalah mengandung arti ta’lil (alasan), maksudnya rendahkanlah dirimu kepada orang tua karena besarnya kasih sayang dan cintamu kepada mereka. Hal ini karena mereka berdua sudah tua dan sekarang mereka sangat memerlukan seseorang yang dulunya merupakan makhluk yang paling memerlukan mereka berdua.

Ayat ini ditutup dengan perintah Allah  agar anak mengucapkan doa untuk orang tuanya, “Wahai Tuhanku kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua merawatku pada waktu kecil.”  Disini tampak bagaimana susah payah ibu-bapak mengasuh dan mendidik anak di waktu anak itu masih kecil. Mereka merawat anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharap balas jasa.

Di dalam surat Luqman (31) ayat 14, Allah  menggambarkan betapa susah ibu mengandung dan menyusui anaknya:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.“

Pada surat al-Ahqaf (46) ayat 15, Allah menggambarkan kesusahan seorang ibu yang mengandung, melahirkan dan menyusui anaknya:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula), mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, “

Pada kedua ayat di atas, Allah  menyamakan antara ayah dan ibu dalam hal mendapatkan bakti dari anaknya kemudian menyebut secara khusus tentang beratnya ibu dalam mengandung, melahirkan, dan menyusui. Oleh karena itu disebutkan dalam sebuah hadits:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ ﷺ فَقَالَ يَا رَسُوْلُ الله ﷺمَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحْبَتِى؟ قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أَبُوْكَ (متفق عليه)

“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah  menanyakan, “Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih berhak mendapat baktiku? Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Sesudah itu siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Sesudah itu siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Sesudah itu siapa?” Beliau menjawab, “Ayahmu.” (Mutafaq ‘Alaih)

Di sini jelas bahwa ibu dan ayah harus dihormati, namun kepada ibu berlipat ganda tiga kali. Hal ini dikarenakan ibu mengalami tiga kepayahan saat mengandung, melahirkan dan menyusui. Sedangkan ayah hanya merasakan kepayahan dalam mendidik dan membesarkan anak.

Doa yang diajarkan oleh Allah  pada ayat ini hendaknya selalu dibaca tatkala ibu dan ayah masih hidup, dan setelah mereka meninggal dunia karena kewajiban berbakti kepada ibu-bapak tetap berlanjut walaupun mereka telah meninggal dunia.

Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits, bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah  dan bertanya, “Masih adakah kewajiban yang wajib aku lakukan kepada kedua orang tuaku yang telah meninggal dunia? Beliau bersabda:

BACA  Hidupmu Tanggung Jawabmu (FauziPedia)
نَعَمْ، خِصَالٌ أَرْبَعَةٌ: الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا، وَاْلإِسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا، وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا رَحِمَ لَكَ إِلَّا مِنْ قِبَلِهِمَا، فَهُوَ الَّذِي بَقِيَ عَلَيْكَ مِنْ بِرِّهِمَا بَعْدَ مَوْتِهِمَا

“Benar, masih ada empat macam kewajiban: Mendoakan keduanya, memohonkan ampun kepada Allah untuk keduanya, melaksanakan janjinya, dan,memuliakan teman keduanya dengan menyambung tali persaudaraan yang tidak terhubung kepada engkau melainkan dari keduanya. Itulah yang tinggal untuk engkau sebagai bakti kepada keduanya setelah mereka meninggal.”

Rangkaian ayat tentang kewajiban berbakti kepada ibu dan bapak ini ditutup dengan menggambarkan kondisi psikologis sebagian anak dalam berbakti kepada kedua orang tuanya, sebagaimana disebutkan dalam kalimat: Tuhanmu lebih tahu apa yang dalam dirimu maksudnya Allah  tahu, tidak sedikit anak yang menekankan perasaan karena orangtua meskipun sudah dihormati sedemikian rupa masih saja bersikap keras atau ada sikapnya yang tidak disenangi oleh anaknya sehingga anaknya harus menahan perasaan bahkan terkadang dongkol dan jengkel kepada mereka. Perasaan yang demikian ini diketahui oleh Allah namun perasaan ini dimaafkan oleh Allah , asal anak tetap berbuat baik kepada kedua orang tua, tetap beribadah kepada Allah  dan banyak bertaubat karena Allah memberi ampun kepada orang-orang yang banyak bertaubat.
Tuntunan Allah  dalam rangkaian ayat ini telah menjadi pedoman umat Islam di masa keemasan mereka. Rumah perawatan orang dan panti jompo tidak dikenal dalam masyarakat Islam saat itu. Anggota keluarga yang lanjut usia dan sakit hampir selalu berada di rumah anak-anaknya dirawat dan dihormati sampai meninggalnya. Mereka sangat menghormati ibu dan ayah mereka, sehingga anak mereka menghormati mereka, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

بِرُّوا أَبَاءَكُمْ  يَبِرُّكُمْ اَبْنَاءُكُمْ (روا الطبراني والحاكم)

“Berbaktilah kalian kepada bapak-bapak kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakti kepada kalian.” (H.R. Thabrani dan Hakim)

Namun demikian, kewajiban anak berbakti kepada orang tuanya bukanlah kewajiban buta. Seorang anak tidak menaati orang tuanya jika mereka memerintahkan sesuatu yang dilarang oleh Allah . Firman-Nya:

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا (لقمان [٣١]: ١٥)

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik,” (Q.S. Luqman, 31: 15)

Jadi, tidak ada kewajiban untuk taat kepada orang tua dalam masalah ini bukan berarti seorang anak boleh menyakiti hati mereka dalam urusan dunia seperti mengeraskan suara, memaki, membiarkan kelaparan dan sebagainya.

Berdasarkan ayat-ayat Al-Quran, Sunnah dan riwayat salafush-shalih, Syekh Abdullah Naseh Ulwan memaparkan adab terhadap orangtua, antara lain:

– Berbicara kepada keduanya dengan lembut dan santun.
– Mencium tangan keduanya pada momen-momen tertentu.
– Memuliakan keduanya dan memberikan apa yang diminta.
– Berdiri menghormati keduanya saat keduanya menemui sang anak.
– Bermusyawarah dengan mereka dalam pekerjaan dan permasalahan penting.
– Melakukan hal-hal yang dapat membahagiakan mereka tanpa diperintah terlebih dahulu.
– Tidak mementingkan istri dan anak daripada keduanya.
– Tidak mencela keduanya ketika keduanya melakukan hal-hal yang menyenangkan.
– Tidak mendahului mereka makan makanan yang tersedia.
– Tidak mengganggu mereka jika mereka sedang tidur.
– Tidak menjulurkan kaki di hadapan mereka.
– Memenuhi panggilan mereka dengan segera.
– Menghormati teman-teman keduanya baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal dunia.
– Tidak merasa jemu dengan nasihat mereka.
– Tidak masuk menduhului mereka atau berjalan di depan keduanya. (rci)

Disarikan dari Buku ‘Nasihatul Mukminin’ karya KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, MA.

*) – KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, MA. adalah Dosen Ulumul Quran Sekolah Tinggi Shuffah Al Quran Abdullah bin Masud Lampung. Aktif narasumber Kajian Al-quran berbagai media.


© 2019. Radarcom.id. All Right Reserved.

Sabtu, 13 Juni 2020

Jadi wali Allah memahami luasnya rahmat Allah


Hidup pengin nyaman ya harus jadi wali Allah. Wali tidak mesti harus ekstrem punya keajaiban yg luar biasa, seperti bisa berjalan diatas air, kebal senjata tajam, bisa menghilang dsb. 
Jadi wali Allah memahami luasnya rahmat Allah sehingga aku bisa hormat kepada semua umat Kanjeng Nabi Muhamad Saw.
1. Ciri Pertama wali seneng tertawa
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاَ نَّهٗ هُوَ اَضْحَكَ وَاَ بْكٰى ۙ 
"dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,"
(QS. An-Najm 53: Ayat 43)

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَـفْرَحُوْا ۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

"Katakanlah (Muhammad), Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan."
(QS. Yunus 10: Ayat 58)

2.Ciri Kedua wali tdk mesti ekstreme seperti wali Songo atau bisa terbang, bisa berjalan di atas air, kebal senjata tajam dan keajaiban lain, (gus baha) 

3. Ciri Ketiga wali cuma ngrumati ibune sabar seorang yang ngrumati ibune dgn baik bisa dadi wali seperti Uwais al qarni, 
Seorang wali Allah yang namanya terkenal di langit, namun tidak dikenal di bumi, dia adalah:
Uwais Al Qarni hidup di zaman setelah Rasulullah wafat. Namun Rasulullah pernah bercerita tentang Uwais Al Qarni kepada sayyidina Umar dan sayyidina Ali tanpa pernah bertemu dengan Uwais Al Qarni, kemudian Rasulullah berpesan kepada mereka, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) untukmu, maka lakukanlah!”.

4. Ciri keempat Wali ucapane nyeneh ngawur kasapmata dimata orang aneh tapi dimata Allah mulia. Nabi Musa doane ga mustajab malah suruh menemui seorang wali Allah yg bernama Barrakh
Wali ini do'anya sangat ngawur sekali tapi maqbul, hampir nabi Musa memukul barkh karena dianggap ga sopan kepada Allah. Saat akan memukul Barkh Allah berfirman. “Wahai Musa! Jangan kau lakukan perbuatan itu. Sesungguhnya Barkh membuatku tertawa tiga kali dalam sehari.”Allah melarangnya...              
Do'anya begini " Ya Allah apa Engkau sudah ga punya stok air sehingga ga ada hujan? Apa angin-angin sudah ga nurut ? Maksiat mereka ga pengaruh kalih kuasane Panjenengan, mpun udan mawon, trus hujan turun......"  

5. Ciri Kelima wali tidak diangkat Allah, (gus baha) 

Dalam QS. Al-Baqarah 2: Ayat 38:
Laa khoufun 'alaihim wa laa hum yahzanuun tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."

manfaatnya walaupun  orang bukan wali, bisa tahu rahmat Allah lebih dalam lagi. sehingga ketika orang dalam kondisi miskinpun tetep bisa ngguyu ga sakit dgn kekurangannya, tetep bisa syukur meskipun miskin,
dan saat orang kondisi kayapun tidak bangga diri karena tahu jasad kita milik Allah, ilmu kita  milik Allah, harta kita milik Allah, anak istri milik Allah,  semua milik Allah
manfaatnya mengubah sikap negatip menjadi sikap positip loma, breh, suka menolong, suka memberi,  tidak ara rasa takut dan sedih. laa khoufun 'alaihim wa laa hum yahzanuun tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
meskipun ketika menghadapi malaikat maut maupun ketika orang berada di neraka.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اَ لَاۤ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ ۚ 
alaaa inna auliyaaa`allohi laa khoufun 'alaihim wa laa hum yahzanuun

"Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
(QS. Yunus 10: Ayat 62)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قُلْنَا اهْبِطُوْا مِنْهَا جَمِيْعًا ۚ فَاِ مَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِـعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

"Kami berfirman, Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ad
a rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 38)

7. Ciri ketujuah Wali saat miskin loma
Menyelamatkan satu nyawa manusia sama dengan menyelamatkan manusia dan seluruh  keturunannya. Uang 10 ribu akan bernilai sejarah menolong fakir miskin ketimbang uang 1 milyar cuma sebagai assecories beli mobil alphard. 

Gus Baha juga bercerita tentang temannya yang punya sepeda bututut. Kemudian Gus Baha bercanda, “mus saya ambil ya.” Sang teman pun mengiyakan, “iya gus”. Coba kalau temannya itu punya mbil Fortuner, atau Alphard dan Kijang misalnya. Kijang Innova itu lalu kita minta, pasti tidak akan boleh. Padahal waktu masih miskin, punya ayam dua, kemudian diminta satu, ya boleh.

Waktu masih miskin ayam dua ekor itu asset, ya seperti itulah, ketika empat puluh kambing diambil satu kelihatan sedikit, kalau 80 diambil dua kelihatan sedikit. Setelah empat ribu kambing, diambil 80 baru berat.

Makanya kalau pelit ingin tobat sekarang sebelum kaya. Makaya, pesan Gus Baha, kalau senang sedekah itu ya sekarang



KH. Bahauddin bin Kiai Nursalim (Gus Baha') punya kalimat yang dipigura, dan kelak benda itu akan diwasiatkan kepada anak-cucunya.

Kalimat itu ditulis dalam bahasa Arab. Kira-kira artinya: “Wahai anak-cucuku, aku ini belajar banyak bukan untuk menjadi orang alim. Tapi untuk memahami luasnya rahmat Allah sehingga aku bisa hormat kepada semua umat Kanjeng Nabi.”

Salah satu golongan umat Kanjeng Nabi Muhammad Saw yang terbesar adalah orang awam. Kanjeng Nabi sendiri juga rileks menghadapi orang awam. Salah satu sahabat beliau suka sekali mabuk. Namanya: Nu’aiman.

Nu’aiman ini cinta sekali dengan Kanjeng Nabi. Kalau tidak bersama Kanjeng Nabi, dia pusing. Tapi kalau tak mabuk juga pusing. Akhirnya dipilihlah jalan tengah, sering mabuk di dekat Kanjeng Nabi.

Ada banyak cerita tentang Nu’aiman ini. Orangnya jenaka, mabukan, ceplas-ceplos, dan sering mengerjai Kanjeng Nabi. Tapi Kanjeng Nabi sangat mencintainya

Kelakuan Nu’aiman yang seperti itu, sering ditegur para sahabat. Dan Kanjeng Nabi balik menegur para sahabat tersebut. “Bagaimanapun Nu’aiman itu mencintai Allah dan rasulnya.” Dan di kesempatan lain, Kanjeng Nabi berkata, “Aku itu paling gembira kalau bercanda dengan Nu’aiman.”.................. 

9. Ciri kesembilan nikmat makan jadi wali tiap sesuap makanan muji Allah

https://youtu.be/1Yf0Cbrxaa0

10   kesepuluh cuma ngrumati anak dadi wali dengan sabar tidak mbentak anak, ga marah marah bisa dadi wali,  

Nikmat syukur (makan), nikmat islam (wali), ibadah kurban (nilai kepatuhan)

11. Kesebelas Ngeleg kecewa diamuk bojo minuman yang sangat disukai Allah ngeleg kecewa diamuk bojo ora ngamuk lan digawe lali

12 Keduabelas tanda tanda kewalian seseorang
nyebut selain Allah tidak faseh (pelo) 

Catatan
1.salat jamaah mufaroqoh boleh /sah jika salat kepanjangan ada hajat (gus baha) 

2. Hidup pengin nyaman yo jadi wali
http://majlisdzikirnurulabror.blogspot.com/2020/06/wali-tidak-mesti-extrem-paunya-keajaiban.html

3. https://youtu.be/Zu6KDQG7goI

4. https://youtu.be/D74GczwzU_Y

5. https://youtu.be/xr6cwREZ7jc

6. Eling pengeran pas sakit sakitan mboten keren 
https://youtu.be/A1_MhwbsMCg

7. Dzikir dengan jumlah tertentu boleh tapi bukan amalan wali, adalah haddun nafsi kepentingan orang awam, wali semua kuasane Allah, orang biasa jadi presiden kuasane Allah, orang biasa bisa jadi kaya kuasane Allah, anak profesor belum tentu jadi profesor 

8. Ucapan orang musyik yg ngawur dosa kehendak Allah, syirik kehendak Allah dicatat dl al quran , sdh dibahas pada faham jabariyah-mu'tazilah
سَيَـقُوْلُ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا لَوْ شَآءَ اللّٰهُ مَاۤ اَشْرَكْنَا وَلَاۤ اٰبَآ ؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ ۗ كَذٰلِكَ كَذَّبَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتّٰى ذَا قُوْا بَأْسَنَا ۗ قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِّنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوْهُ لَـنَا ۗ اِنْ تَتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِ نْ اَنْـتُمْ اِلَّا تَخْرُصُوْنَ
"Orang-orang musyrik akan berkata, Jika Allah menghendaki, tentu kami tidak akan mempersekutukan-Nya, begitu pula nenek moyang kami, dan kami tidak akan mengharamkan apa pun. Demikian pula orang-orang sebelum mereka yang telah mendustakan (para Rasul) sampai mereka merasakan azab Kami. Katakanlah (Muhammad), Apakah kamu mempunyai pengetahuan yang dapat kamu kemukakan kepada kami? Yang kamu ikuti hanya persangkaan belaka, dan kamu hanya mengira."
(QS. Al-An'am 6: Ayat 148)




Rabu, 10 Juni 2020

Youtube Gus Baha

Allah punya cara untuk kita bahagia
https://youtu.be/S5I8DhuyuaU

https://youtu.be/gif_HDHVnXg
Jiwa yang tenang di taqdir nopo mawon nerima

New normal
https://youtu.be/EBrQ9Dbd9TQ

Sabtu, 06 Juni 2020

Hindari 8 Hal kepada anak

Hindari 8 Hal kepada anak
Pesan Umar bin Khattab : Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu.”

1. Berkata-kata negatif tentang diri anak

2. Jangan pernah katakan “Jangan Ganggu, Ibu Sibuk!”

3. *Jangan penah mengatakan jangan menangis, jangan cengeng.*

4. *Jangan Membanding-bandingkan Anak*

*5. Jangan pernah mengatakan hal ini “Tunggu Ayah Pulang ya! Biarkan kamu dihukum ”*

6. Jangan berlebihan dalam memberi pujian*

*7. Jangan pernah mengatakan  ‘Kamu selalu… atau  Kamu tidak pernah…”

*8. Jangan katakan “Bukan begitu caranya, sini biar ibu saja!”*

Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحِلُّوْا شَعَآئِرَ اللّٰهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَـرَا مَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَۤائِدَ وَلَاۤ اٰۤ مِّيْنَ الْبَيْتَ الْحَـرَا مَ يَبْـتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَا نًا ۗ وَاِ ذَا حَلَلْتُمْ فَا صْطَا دُوْا ۗ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰ نُ قَوْمٍ اَنْ صَدُّوْكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَـرَا مِ اَنْ تَعْتَدُوْا ۘ وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَا لتَّقْوٰى ۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِ ثْمِ وَا لْعُدْوَا نِ ۖ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَا بِ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban), dan Qalaid (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidil-haram mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 2)

***
Firman Allah Swt:
{أَوْفُوا بِالْعُقُودِ}
penuhilah aqad-aqad itu. (Al-Maidah: 1)
Ibnu Abbas dan Mujahid serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan 'uqud ialah perjanjian-perjanjian. Ibnu Jarir meriwayatkan akan adanya kesepakatan menge­nai makna ini. Ia mengatakan bahwa 'uhud artinya apa yang biasa mereka cantumkan dalam perjanjian-perjanjian mereka menyangkut masalah hilf (perjanjian pakta pertahanan bersama) dan lain-lainnya.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. (Al-Maidah: 1); Yaitu janji-janji itu menyangkut hal-hal yang dihalalkan oleh Allah dan hal-hal yang diharamkan-Nya serta hal-hal yang difardukan oleh-­Nya dan batasan-batasan (hukum-hukum) yang terkandung di dalam Al-Qur'an seluruhnya Dengan kata lain, janganlah kalian berbuat khianat dan janganlah kalian langgar hal tersebut
Kemudian Allah Swt. memperkuat hal tersebut dengan sanksi-sanksi yang keras melalui firman-Nya:
{وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ} إِلَى قَوْلِهِ: {سُوءُ الدَّارِ}
Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan de­ngan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan su­paya dihubungkan. (Ar-Ra’d: 25) sampai dengan firman-Nya: tempat kediaman yang buruk (Jahannam). (Ar-Ra'd: 25)
Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: penuhilah aqad-aqad itu. (Al-Maidah: 1); Bahwa yang dimaksud ialah hal-hal yang dihalalkan dan yang diha­ramkan oleh Allah, semua bentuk perjanjian yang diambil oleh Allah atas orang yang mengakui beriman kepada Nabi dan Al-Qur'an, yakni hendaklah mereka menunaikan fardu-fardu yang telah ditetapkan oleh Allah atas diri mereka, berupa perkara halal dan haram.
Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: penuhilah aqad-aqad itu. (Al-Maidah: 1); Menurutnya ada enam perkara, yaitu janji Allah, perjanjian pakta, transaksi syirkah, transaksi jual beli, akad nikah, dan janji sumpah.
Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa hal tersebut ada lima perkara, termasuk salah satunya ialah sumpah pakta di masa Jahiliah dan syarikat mufawadah.
Sebagian ulama menyimpulkan dalil dari ayat ini, bahwa tidak ada khiyar majelis dalam transaksi jual beli, yaitu firman-Nya: penuhilah aqad-aqad itu. (Al-Maidah: 1); Ia mengatakan bahwa makna ayat ini menunjukkan kuatnya suatu transaksi yang telah dinyatakan dan tidak ada khiyar majelis lagi. Demikianlah menurut mazhab Abu Hanifah dan Imam Malik. Tetapi Imam Syafii dan Imam Ahmad berpendapat berbeda, begitu pula jumhur ulama, Hujah mereka dalam masalah ini ialah sebuah hadis yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui Ibnu Umar yang menga­takan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"البَيِّعان بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفرَّقا"
Dua orang yang bertransaksi jual beli masih dalam khiyar selagi keduanya belum berpisah.
Menurut lafaz yang lain yang juga oleh Imam Bukhari:
"إِذَا تَبَايَعَ الرَّجُلَانِ فَكُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا"
Apabila dua orang lelaki terlibat dalam suatu transaksi jual beli, maka masing-masing pihak dari keduanya boleh khiyar, selagi keduanya belum berpisah.
Hal ini menunjukkan secara jelas adanya khiyar majelis seusai trans­aksi jual beli diadakan. Hal ini tidak bertentangan dengan ketetapan transaksi, bahkan khiyar majelis merupakan salah satu dari pendu­kung transaksi menurut syara'. Dengan menetapi khiyar majelis, ber­arti melakukan kesempurnaan bagi penunaian transaksi.
***

Jumat, 05 Juni 2020

khutbah jumat 5/6/2020)


Khutbah I                                                                                                       

اَلْحَمْدُ للهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.                                               

وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاه،

 أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ - الْقَائِلِ في مُحْكَمِ كِتَابِهِ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan semua jamaah jumat untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.  

Hadirin yang dirahmati oleh Allah, Setelah Ramadhan meninggalkan kita, saatnya kini kita bermuhasabah dan mengingat-ingat kembali apa yang telah kita lakukan pada bulan yang penuh keberkahan itu. Apabila kita telah beramal dengan baik selama Ramadhan, marilah kita pertahankan dan tingkatkan setelah Ramadhan.

Hadirin yang dirahmati Allah, Meskipun bulan yang penuh ampunan, rahmah dan pelipatgandaan pahala itu telah berlalu, akan tetapi waktu untuk melakukan kebaikan tidaklah pernah berlalu kecuali dengan kematian. Shiyam dan qiyam tetap dianjurkan sepanjang tahun. Puasa dan berbagai ibadah yang lain tetap diperintahkan di luar Ramadhan. Islam memberikan kesempatan kepada kita untuk meneruskan dan melestarikan ibadah puasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kepada kita untuk:

Pertama berpuasa 6 hari di bulan Syawal dalam sabdanya:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ) 

Maknanya: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan berpuasa 6 hari di bulan syawal, maka ia seperti puasa sepanjang tahun” (HR Muslim) Kedua Di samping itu juga ada puasa sunnah Senin-Kamis. Ketiga Ada puasa sunnah tiga hari (al-ayyam al-bidh) pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan, dan ada beberapa puasa sunnah yang lain.Keempat juga ada amalan sunah lain dengan melakukan shalat malam, tidak hanya pada bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadits diterangkan

yg artinya: “Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun malam, kemudian ia shalat dan membangunkan istrinya, jika istrinya menolak ia percikkah air ke wajahnya, dan semoga Allah merahmati seorang istri yang bangun malam, kemudian ia shalat dan membangunkan suaminya, jika suaminya menolak ia percikkan air ke wajahnya” (HR. Abu Dawud).  

Begitulah beberapa amalan setelah bulan suci ramadhan dan senantiasa menjaga ibadah pokok yaitu salat wajibnya

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya..

Pertama,"Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?".Murid-muridnya menjawab : "orang tua, guru, kawan, dan sahabatnya". Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu BENAR. Tetapi sesungguhnya yang paling dekat dengan kita adalah KEMATIAN. Sebab itu adalah janji Allah SWT, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.

Kedua,"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".Murid -muridnya menjawab : "negara Cina, bulan, matahari dan bintang-bintang".Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawaban yang mereka berikan itu adalah BENAR.Tapi yang paling benar adalah MASA LALU. Walau bagaimanapun caranya kita takkan mampu kembali ke masa lalu.

Oleh sebab itu, kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan dating dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Ketiga,"Apakah yang paling besar di dunia ini?".Murid-muridnya menjawab : "gunung, bumi dan matahari".Semua jawaban itu BENAR kata Imam Ghozali. Tetapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah HAWA NAFSU.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan.” (Q.S.An-nisa’ 135).

Keempat, "Apa yang paling berat di dunia ini?".Ada yang menjawab : "besi dan gajah". Semua jawaban adalah BENAR, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH

إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”  (Q.S. Al-Ahzab 72).

Kelima,"Apakah yang paling ringan di dunia ini?"Ada? yang menjawab : "kapas, angin, debu dan daun-daunan".Semua itu BENAR kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT. Seringkali hanya karena pekerjaan, kita tinggalkan sholat kita.. Hanya karena hal duniawi, seringkali kita meninggalkan perintah sholat.

Dan keenam "Apakah yang paling tajam di dunia ini?"Murid-muridnya menjawab dengan serentak : "pedang". BENAR, kata Imam Ghozali, tapi sesungguhnya yang paling tajam itu adalah LISAN.

Jamaah Jumat Rahimakumullah.

Otoritas agama mutlak hanya milik Allah SWT, kesalahan seseorang di muka bumi mau dimaafkan atau diadzab adalah wewenang Allah. Seorang pembunuh paman nabi yang bernama Wahsy ternyata toubatnya diterima Allah SWT setelah  turun ayat yang berbunyi:

إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Artinya“Kecuali orang-orang yang bertaubat beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Furqan: 70).

ketika wahsy sudah masuk islam, nabi saw masih merasakan tidak nyaman melihat wajah wahsy sekalipun Allah sudah mengampuninya, sehingga nabi menyarankan wahsy untuk tidak sering menampakan wajahnya di depan beliau nabi saw.

Kemudian kisah lain dalam sebuah hadits ada seorang di satu masjid tidak sengaja menginjak kepala seseorang dalam sujud, selesai salat orang tersebut mendatangi orang yg mengijak tsb dan berkata “sujud itu sebaik-baik ibadah kepada Allah, anda sudah bikin Allah marah, Fallahi. Laa yaghfirullahu laka, demi Allah, Allah tidak akan memaafkanmu menginjak kepala saya” perkataan tsb telah mencatut nama Allah padahal otoritas mengampuni atau menyiksa adalah wewenang Allah SWT, sebagai manusia bisa saja kita tidak memaafkan seseorang tapi jangan gegabah mencatut sifat Allah hanya mendzab saja padahal Allah juga memiliki sifat mengampuni hambanya

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَيْسَ لَكَ مِنَ الْاَ مْرِ شَيْءٌ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ اَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَاِ نَّهُمْ ظٰلِمُوْنَ

"Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat mereka, atau mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 128)

وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ ۗ يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَآءُ وَ يُعَذِّبُ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki, dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 129)

Seperti kisah viral di surabaya, 21/8/2019 seorang (21) menginjak kepala ibunya (60) ketika sujud diselesaikan cara kekeluargaan

Jamaah jumat yang dirahmati Allah swt

Orang hawarij sudah ada sejak masa nabi sampai sekarang mereka sering mencatut nama Allah, dengan mendengungkan kalimat atas nama Allah, “inil hukumu illallah, tiada hukum kecuali milik Allah.” Dengan kalimat ini mengkafirkan sekian banyak kaum muslimin, bagi yg berbeda pandangan dengan mereka(catatan kaki muhammad fuad abdul baqi untuk shahih bukhari) dan suka menghalalkan darah muslim lain, yg potensi dosa besar karena membunuh, mereka menghalakan darah diluar golonganya sekalipun jelas muslim dan jelas menyerukan kalimat tahlil, laa ilaha illallah.

Peritah agama sebenarnya yang penting ambil yang simpel saja sehingga seorang tidak perlu menyampaikan dakwah yang sulit,seperti salat belum tentu diterima, haji belum tentu diterima, sadaqoh belum tentu diterima, kalimat seperti ini adalah otoritas Allah SWT tidak boleh dicatut oleh seseorang

Semua ummat  nabi muhammad saw asal seorang mukmin menegakkan salat adalah ahli surga. Karena menegakkan salat, puasa, zakat, haji adalah bukti ikrar terhadap suatu kebenaran

Dalam suatu logika kebenaran 2x2=4 adalah kebenaran mutlak  yang diakui semua manusia baik yg beragama kristen, budha, bahkan atheis sekalipun.

Jika dalam logika agama 2x2 adalah bukti amal seaeorang mengerjakan salat, sedangkan pernyataan=4 adalah bukti kebenaran mutlak atas perintah Allah berupa salat. 

Kesimpulan orang yg salat adalah mengakui kebenaran Allah, sedang orang yg tidak salat berati tidak mengakui kebenaran Allah

Sedangkan Surga adalah hadiah sebagai rahmat Allah yg dijanjikan Allah, bagi orang yang mengakui kebenaran. 

kalau ada orang yg mengatakan ga usah salat, karena surga adalah rahmat Allah? orang yg menyatakan kalimat seperti itu sangat tidak logis, sudahtidak mengakui kebenaran, tidak melakukan salat minta hadiah berupa surga. Padahal hidup selama 80th hanya untuk salah saja tidak cukup untu membeli surga. 

Surga Adalah hadiah Rahmat Alah bukan karena amal terlalu khusuk, dan sangat hati hati atau hebatnya ibadah. Sebagaimana dalam sebuah  Hadits Sahih Riwayat Hakim dari Jabir,  yang dikisahkan secara analogi ada seorang ahli ibadah yang meninggal di usia 80 th kemudian di akhirat ditanya sama Allah:” kamu masuk surga karena apa?” jawab ahli ibadah ; “karena amal ibadahku ya Allah selama 80 tahun,” kemudian Allah meneruskan percakapan itu : "kalau begitu kamu masuk surga hanya 80 tahun!” kata Allah,  kaget hamba Allah tersebut “ Ya Allah setahu saya surga itu kekal selamanya-khoolidiina fiihaa abada”  “amalmu ga cukup cuma 80 tahun, surga yang kekal itu karena rahmatku “ kata Allah, “ya sudah kalau begitu saya masuk surga karena rahmatmu,“  "sudah telat  jawabanmu ini alam akhirat bukan dunia !!”.

Jadi ikrar kita dihadapan Allah penting seperti salat, puasa, zakat, haji...lainnya sebagai pernyataan kebenaran (=4) bukan beramal minta hadiah surga, dan amal seseorang tidak cukup selama 80 tahun untuk membeli surga yang kekal abadi tanpa batas, sedang amal umat nabi muhammad saw dijelaskan hanya sekitar sab’un wasittun antara 60 sd 70 tahun saja.

Maasyiral mukmininin rakhimakumllah

Pernyataan “taat dan patuh” dalam menjalankan salat, puasa, zakat, haji, dan amal lain adalah bentuk ikrar dalam rangka Mengakui Kebenaran Allah SWT

Saat kita salat dibelakang imam siapapun yg jadi imim asal bisa mengucapkan kalimah la ilaha illallah tetap harus di taati, karena hakikahnya kita salat dibelakang nabi, harus mengikuti, idza kabbara fakabbiru, idza qola wallldh-dhooliin faqooluu aamiin, idza-raka-a farka-u... ila akhiri haditsimam di luar salat tidak perlu merasa sebagai kyai, ulama, tokoh masyarakat, imam diluar salat biasa saja adalah bagian masyarakat

 Kami tutup dengan sebuah hadits:

  لَا يَشْبَعُ مُؤْمِنٌ مِنْ خَيْرٍ يَسْمَعُهُ حَتَّى يَكُوْنَ مُنْتَهَاهُ الْجَنَّةَ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرمِذِيُّ) 

Maknanya: “Seorang mukmin tidak semestinya merasa puas dengan kebaikan yang ia dengarkan hingga kehidupannya berujung masuk ke dalam surga” (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi). 

Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, aamiin

.   أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ   وَسَلِّمُواتَسْلِيمً

   اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَاإِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ،  فِيْالْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

 اَللّـهُمَّ إنَّ مَغْفِرَتَكَ اَرْجى مِنْ عَمَلى وَاِنَّ رَحْمَتِكَ أوْسَعُ مِنْ ذَنْبي للّـهُمَّ إن كانَ ذَنبي عِنْدَكَ عَظيماً فَعَفْوُكَ اَعْظَمُ مِنْ ذَنْبي اَللّـهُمَّ إنْ لَمْ اَكُنْ أهْلاً أنْ اَبْلُغَ رَحْمَتُكَ فرحمتك اَهْلٌ اَنْ تَبْلُغَني وَتَسَعَني  .لاَِنَّها وَسِعَتْ كُلَّ شَيْء بِرَحْمَتِكَ يا اَرْحَمَ الرّاحِمينَ .

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. 


Kamis, 04 Juni 2020

Agama adalah otoritas Allah


Wahsyi orang yang telah membunuh paman Nabi yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib. Suatu ketika ia hendak masuk islam, namun ia ragu taubatnya nanti diterima atau tidak karena dirinya telah melakukan banyak hal yang terlarang seperti menyembah selain Allah, membunuh orang.

Lantas turun ayat yang berbunyi:

إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا  

Artinya“Kecuali orang-orang yang bertaubat beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Furqan: 70).

Mendengar ayat ini, Wahsyi mengetahui bahwa syarat diterima taubatnya adalah dengan menyatakan keimanan serta beramal kebaikan.

Dari kisah ini dapat diambil kesimpulan bahwa ajaran Islam mudah diterima oleh semua kalangan terutama bagi orang yang ingin merubah diri dari prilaku buruknya. Catatannya adalah sebanyak apapun dosa yang telah dilakukan akan diampuni oleh Allah asalkan tak menyekutukan-Nya dengan apapun.

"Sunnah yang sahih yang telah terbukti bersumber dari Rasulullah Saw. telah menyebutkan bahwa tobat seorang pembunuh dapat diterima. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam kisah seseorang yang pernah membunuh seratus orang lelaki, lalu ia bertobat dan Allah menerima tobatnya. Hadis-hadis lain yang senada cukup banyak." tafsir ibnu katsir

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَيْسَ لَكَ مِنَ الْاَ مْرِ شَيْءٌ اَوْ يَتُوْبَ عَلَيْهِمْ اَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَاِ نَّهُمْ ظٰلِمُوْنَ

"Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat mereka, atau mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 128)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ ۗ يَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَآءُ وَ يُعَذِّبُ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki, dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 129)

* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com

Wahai Muhammad, Jika Kau Sujud di Depan Ka’bah Ini akan Ku Injak Kepalamu!


Wahai Muhammad, Jika Kau Sujud di Depan Ka’bah Ini akan Ku Injak Kepalamu!

Oleh: Dedih Mulyadi Lc
Alumni Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir

SUATU ketika Rasulullah SAW hendak melaksanakan shalat di depan ka’bah. Kemudian Abu Jahal berkata kepada beliau.

“Muhammad! Jika kau sujud di depan ka’bah ini, maka aku akan menginjak kepalamu!”

Rasulullah tak menghiraukan apa yg dikatakan oleh Abu Jahal. Beliau tetap fokus melaksanakan shalat di depan ka’bah.

Lalu Abu Jahal berkata lagi, “Jika engkau tetap melanjutkan shalatmu, niscaya aku akan memanggil seluruh bangsa Qurays dan aku injak kepalamu saat sujud di hadapan mereka.”

Tetapi Rasulullah tetap tak bergeming, dan Rasulullah memulai shalatnya.

Maka dipanggillah seluruh bangsa Qurays, dan ketika Rasulullah bersujud Abu Jahal langsung mendekatinya. Akan tetapi ketika mendekat justru abu Jahal malah berhenti diam tak bergerak. Lalu kembali dan membatalkan niatnya.

Kaum Qurays berkata, “Abu Jahal, itu Muhammad… Katanya kau hendak menginjak kepalanya, kenapa kau malah kembali?”

“Jika kalian tau apa yang aku lihat, niscaya kalian akan menangis darah,” jawabnya.

“Maka apa yang kau lihat?”

Abu Jahal menjawab, “Aku melihat antara aku dan Muhammad di pisah oleh parit yang di dalamnya ada api yang berkobar-kobar, hantu dan sayap-sayap.”

Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya ia mendekatiku (untuk menginjak-injak leherku), sungguh para malaikat akan mencabik-cabik anggota tubuhnya sepotong demi sepotong.”

Atas kejadian itu, Allah menurunkan ayat 6 -19 surat Al-Alaq. (HR. Muslim)

Inilah tafsir dari surah Al ‘Alaq

فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ # سَنَدْعُ الزَّبَانِيَة

“Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah.”

Tetapi Rasulullah tetap melaksanakan shalat ya karena perintah Allah di ayat terakhir

كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩

“Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).”

*Judul dengan penyesuaian


https://www.islampos.com/wahai-muhammad-jika-kau-sujud-di-depan-kabah-ini-akan-ku-injak-kepalamu-128382/

kepala diinjek ketika sujud


Kepala Diinjak Ketika Sujud dan Pencatutan Nama Allah

 Ketika sujud kepala saya malah sampai keinjak. Ini bahaya banget lho. Benar-benar melecehkan Allah ini. Bikin Allah marah saja,” katanya sambil membentak.

Situasi di masjid ricuh. Usai salat asar berjamaah seorang jamaah masbuk yang melanjutkan rakaat salat, tidak terima ketika sujud kepalanya terinjak seorang anak kecil yang lari-larian di dalam masjid.

“Anda itu punya anak dijaga. Kepala orang lagi sujud itu nggak boleh diganggu. Bisa ngajarin anak nggak sih?” kata orang ini marah-marah usai salat.

Bapak si anak sebenarnya juga ingin ikut emosi, tapi ia tahu posisinya salah.

“Maaf, maaf. Namanya juga anak-anak, Pak,” kata si Bapak. Sambil memeluk anaknya yang takut.

Bukannya reda emosinya, orang ini malah melanjutkan amarahnya.

“Sujud itu sebaik-baiknya ibadah kepada Allah. Anda itu sudah bikin Allah marah. Fawallahi. Laa yagfirullahu laka. Kamu tidak akan diampuni Allah sebagai orang tua yang nggak becus jagain anaknya di baitullah,” kata orang ini.

Gus Mut yang berada di saf imam agak terkejut. Dengan tenang mendatangi orang yang sedang marah-marah ini.

“Ada apa ini, Pak? Habis salat begitu kok marah-marah?” tanya Gus Mut.

“Ini lho, Bapak ini nggak bisa jagain anaknya di dalam masjid. Anda tahu nggak kalau kepala saya ketika sujud malah sampai keinjak. Benar-benar melecehkan Allah ini. Bikin Allah marah saja,” kata orang ini.

Gus Mut cuma mengelus dada ketika mendengar kemarahan orang ini.

“Sabar, Pak, sabar. Jangan marah. Ini masih di masjid,” kata Gus Mut mencoba bikin situasi jadi agak tenang.

“Saya sih masih bisa sabar, tapi ini persoalannya ibadah ke Allah. Kalau saya sendiri yang dilecehkan ya saya nggak marah, tapi kalau sampai agama Allah dilecehkan begini ya saya wajib marah,” kata orang ini—masih marah-marah.

“Pak, sabar. Istigfar, Pak. Innalahama’ashobiriin. Allah bersama orang-orang yang sabar. Kalau bener di hati Bapak ada Allah, tentu Bapak nggak sampai marah-marah begini,” kata Gus Mut.

“Anda ini aneh, kenapa malah nggak tersinggung ketika sesama muslim keinjak kakinya ketika sujud begini,” kata orang ini.

“Pak, namanya anak kecil ya nggak apa-apa. Orang nggak tahu juga,” kata Gus Mut.

“Ya saya ini nggak marah sama anak kecilnya, tapi sama Bapaknya ini. Kenapa dia nggak bisa jagain kalau punya anak. Bukannya ngajarin salat malah biarin anaknya lari-larian di dalam masjid,” kata orang ini.

“Namanya dunia anak itu kan dunia main, Pak. Kalau si anak nggak dibiarin main di dalam masjid, bagaimana si anak bisa betah di masjid? Nabi aja biarin cucunya menunggangi punggung Nabi ketika sujud, beliau juga nggak marah kok. Malah dibikin lama sujudnya, karena ingin cucunya menyelesaikan main-mainnya dulu,” kata Gus Mut.

“Ya karena itu kan cucu Nabi sendiri,” kata orang ini.

“Nabi juga pernah mempercepat bacaan salatnya lho, Pak. Waktu itu ada suara tangis anak kecil, lalu Nabi khawatir kalau ibu si anak jadi tidak enak hati salatnya. Akhirnya salat Nabi dipercepat. Artinya, jangan berlebihan sama anak kecil. Bikin masjid ini jadi dunia bermain untuk mereka, biar mereka betah. Awalnya memang main-main, tapi habis itu mereka juga tumbuh, balig, berakal. Lalu jadi mudah ngajari mereka ibadah. Lha kalau dari kecil aja lihat ada Bapak marah-marah begitu, lalu dia trauma nggak mau ke masjid lagi sampai dewasa nanti. Apa Bapak mau tanggung jawab di akhirat nanti?” tanya Gus Mut.


Orang ini terdiam sejenak. Kemarahan sedikit sudah menurun tensinya.

“Tapi kan ini beda kasus. Kepala orang lagi sujud kok diinjak. Itu penghinaan ke Allah namanya,” kata orang ini.

“Penghinaan ke Bapak atau penghinaan ke Allah?” tanya Gus Mut.

“Ya ke Allah,” kata orang ini.

“Dari mana Bapak tahu kalau Allah merasa terhina gara-gara itu?” tanya Gus Mut lagi.

“Maaf, ya, Anda jangan main-main sama agama Allah ya,” kata orang ini.

Gus Mut cuma tersenyum.

“Saya tidak pernah main-main dengan agama Allah, makanya saya datang ke sini buat menenangkan Bapak. Gini lho, Pak. Ibarat ada orang lagi bertamu ke rumah Bapak. Lalu orang itu punya masalah pribadi dengan orang lain, kemudian marah-marah mengatasnamakan Bapak—seolah-olah tuan rumah. Padahal mereka sama-sama tamu. Kira-kira kalau Bapak jadi tuan rumah gitu, tersinggung nggak salah satu tamu Bapak diusir mengatasnamakan Bapak?” kata Gus Mut.

“Ya tersinggung lah. Apa urusannya marah-marah pakai nama saya?” kata orang ini.

“Lha itu lah masalahnya,” kata Gus Mut.

“Masalah apa? Memang ada orang yang kayak begitu? Goblok banget kalau sampai ada,” kata orang ini.

“Ada kok,” kata Gus Mut.

“Siapa?”

“Ya itu, barusan tanya orangnya.”

*) Diolah dari ceramah Gus Baha’

REDAKTUR

Redaktur Mojok. Santri dan penulis buku 'Dari Bilik Pesantren' dan 'Islam Kita Ngga ke Mana-mana Kok Disuruh Kembali'.

  

6 SEPTEMBER 2019 © 2020 MOJOK.CO - ALL RIGHTS RESERVED.

Kisah Abid yang beribadah 500 tahun

Kisah Abid yang beribadah 500 tahun

حكاية عابد عبد الله خمسمائة سنة فتوفي ساجدا 
7712 – أخبرني أحمد بن محمد بن سلمة العنزي ، ثنا عثمان بن سعيد الدارمي ، ثنا عبد الله بن صالح المقري ، ثنا سليمان بن هرم القرشي ، وحدثناعلي بن حمشاذ العدل ، ثنا عبيد بن شريك ، ثنا يحيى بن بكير ، ثنا الليث بن سعد ، عن سليمان بن هرم ، عن محمد بن المنكدر ، عن جابر بن عبد الله- رضي الله عنهما – قال : خرج علينا النبي – صلى الله عليه وآله وسلم – ، فقال : ” خرج من عندي خليلي جبريل آنفا فقال : يا محمد ، والذي بعثك بالحق إن لله عبدا من عبيده ، عبد الله – تعالى – خمسمائة سنة على رأس جبل في البحر عرضه وطوله ثلاثون ذراعا في ثلاثين ذراعا ، والبحر محيط به أربعة آلاف فرسخ من كل ناحية ، وأخرج الله – تعالى – له عينا عذبة بعرض الأصبع تبض بماء عذب فتستنقع في أسفل الجبل ، وشجرة رمان تخرج له كل ليلة رمانة فتغذيه يومه ، فإذا أمسى نزل فأصاب من الوضوء وأخذ تلك الرمانة فأكلها ثم قام لصلاته ، فسأل ربه – عز وجل – عند وقت الأجل أن يقبضه ساجدا ، وأن لا يجعل للأرض ولا لشيء يفسده عليه سبيلا حتى بعثه وهو ساجد قال : ففعل فنحن نمر عليه إذا هبطنا وإذا عرجنا ، فنجد له في العلم أنه يبعث يوم القيامة فيوقف بين يدي الله – عز وجل – فيقول له الرب : أدخلوا عبدي الجنة برحمتي ، فيقول : رب بل بعملي ، فيقول الرب : أدخلوا عبدي الجنة برحمتي ، فيقول : يا رب ، بل بعملي ، فيقول الرب : أدخلوا عبدي الجنة برحمتي ، فيقول : رب بل بعملي ، فيقول الله – عز وجل – للملائكة : قايسوا عبدي بنعمتي عليه وبعمله فتوجد نعمة البصر قد أحاطت بعبادة خمس مائة سنة وبقيت نعمة الجسد فضلا عليه فيقول : أدخلوا عبدي النار قال : فيجر إلى النار فينادي : رب برحمتك أدخلني الجنة ، فيقول : ردوه فيوقف بين يديه فيقول : يا عبدي ، من خلقك ولم تك شيئا ؟ فيقول : أنت يا رب ، فيقول : كان ذلك من قبلك أو برحمتي ؟ فيقول : بل برحمتك . فيقول : من قواك لعبادة خمس مائة عام ؟ فيقول : أنت يا رب ، فيقول : من أنزلك في جبل وسط اللجة وأخرج لك الماء العذب من الماء المالح وأخرج لك كل ليلة رمانة وإنما تخرج مرة في السنة ، وسألتني أن أقبضك ساجدا ففعلت ذلك بك ؟ فيقول : أنت يا رب ، فقال الله – عز وجل – : فذلك برحمتي وبرحمتي أدخلك الجنة ، أدخلوا عبدي الجنة فنعم العبد كنت يا عبدي ، فيدخله الله الجنة ، قال جبريل – عليه السلام – : إنما الأشياء برحمة الله – تعالى – يا محمد ” . 

هذا حديث صحيح الإسناد ، فإن سليمان بن هرم العابد من زهاد أهل الشام ، والليث بن سعد لا يروي عن المجهولين . 

Kisah Abid beribadah kepada Allah 500 tahun kemudian meninggal dalam keadaan sujud.

Dari Jabir ra mengisahkan, Rosulullah shollallohu alaihi wasallam keluar menemui kami dan bercerita,”Tadi Jibril baru saja keluar dari tempatku. Ia berkata,”Wahai Muhammad, demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran. Sesungguhnya Allah memiliki seorang hamba yang telah menyembah kepada Allah selama 500 tahun. Ia tinggal di atas sebuah bukit yang panjang dan lebarnya 30 x 30 hasta. Bukit itu dikelilingi lautan seluas 4.000 farsakh (±32.000 km ) dari segala penjuru (1 farsakh = 8 km atau 3¼ mil).Bukit itu memiliki satu mata air sebesar ibu jari yang memancarkan air bening untuknya.Si abid menetap di bawah bukit itu. Untuk keperluan makan, sebatang pohon delima setiap malam memberinya satu buah yang matang. Hari-harinya ia habiskan untuk beribadah. Bila sore menjelang, ia turun dari atas bukit dan melakukan wudhu. Kemudian ia mengambil buah delima itu dan memakannya, lalu ia melaksankan shalat.

Sebelum meninggal, ia memohon kepada Allah swt agar mencabut nyawanya saat sedang bersujud dan agar jangan memberi kesempatan kepada bumi atau benda-benda lainnya merusak jasadnya, sampai ia dibangkitkan kembali pada hari kiamat nanti dan tetap dalam keadaan bersujud. Jibril berkata,”Maka Allah mengabulkan permintaannya”.Kami selalu melewatinya bila kami turun ke bumi dan bila kami naik kembali ke langit. Kami mendapatkan kabar dalam ilmu (Tuhan) bahwa ia akan dibangkitkan pada hari kiamat, kemudian didudukkan dihadapan Allah swt, dan Allah swt berfirman,”Masukkanlah hamba-Ku ini ke surga atas berkat rahmat-Ku.” Si Abid berkata,”Tapi ya Rabbi, masukkanlah hamba ke surga atas berkat amal perbuatanku.” Allah berfirman,”masukkanlah hamba-Ku ke surga atas berkat rahmat-Ku.”si Abid berkeras,“ya Rabbi, masukkanlah hamba ke surga atas berkat amal perbuatanku.” Allah berfirman,”masukkanlah hamba-Ku ke surga atas berkat rahmat-Ku.”si Abid berkeras,“ya Rabbi, masukkanlah hamba ke surga atas berkat amal perbuatanku.Allah swt lalu menjelaskan,”Timbanglah pada hamba-Ku ini antara nikmat yang telah Ku berikan dengan amal perbuatannya.” Maka didapati bahwa nikmat penglihatan telah meliputi ibadah selama 500 tahun itu, belum lagi nikmat-nikmat badan yang lainnya. 

Allah berfirman,”Kembalikan dia kepada-Ku!”. Maka ia dudukkan kembali dihadapan Allah. Allah menanyainya,”Wahai hamba-Ku, siapakah yang telah menciptakan kamu dari tidak ada?”si Abid menjawab, “Engkau wahai tuanku”.”Siapa yang telah memberikan kekuatan untuk melaksanakan ibadah selama 500 tahun?”si Abid menjawab,”Engkau wahai tuhanku”.”Siapa Dzat yang telah menempatkanmu di sebuah bukit yang terletak di tengah-tengah deburan ombak samudra, mengeluarkan mata air tawar dari air yang asin, mengeluarkan buah delima setiap malamnya padahal delima hanya berbuah sekali dalam setahun, dan engkau telah meminta-Nya agar mecabut nyawamu saat engkau sedang bersujud dan Dia mengabulkan permintaan mu?” si Abid menjawab,”Engkau wahai Rabbi.” Allah ta’ala berfirman,”Semua itu atas berkat rahmat-Ku dan dengan rahmat-Ku pula engkau masuk surga. Masukkanlah hamba-Ku ini ke surga! Sebaik-baik hamba adalah engkau wahai hamba-Ku.”Maka Allah memasukkannya ke surga. 

Malaikat Jibrail alaihis salaam berkata:”Segala sesuatu itu terjadi hanya dengan rahmat Allah, wahai Muhammad. ” (HR. al-Hakim dan ia berkata hadis ini sahih sanadnya).

Awal niat yang suu’ (rusak)


Janganlah Menjadi Penuntut Ilmu Seperti Abu Syibrin

Berapa banyak para penuntut ilmu yang gagal dalam meraih ilmu yang nafi’ (bermanfaat) akibat rusaknya niat. Awal niat yang suu’ (rusak) berakibat fatal pada kesudahannya, berakibat buruk bagi akhlaknya, berujung pula pada adzab.

Berapa banyak para penuntut ilmu yang gagal meraih predikat thalabul ‘ilmi akibat niat yang rusak, sudah lama sakit, pahit getir memuntut ilmu dirasakan, letihnya, kerja kerasnya, tenaga, pikiran, biaya, namun ilmu hanya isapan jempol. Semua itu hanya omong kosong belaka, letih yang dirasa dan seluruhnya tak membekas dalam jiwa juga dalam ilmu yang dicapai.

Alangkah indah bila ilmu itu sesegar hujan yang turun dari langit, membasahi bumi. Tanah yang tandus, gersang terselimuti oleh kesegaran. Begitu juga tatkala letih, lapar dan dahaga yang dirasakan hilang sejenak, akibat manfaat ilmu yang nafi’.

Alangkah tercelanya ilmu yang dibangga-banggakan, alangkah tercelanya ilmu itu tuk mencari keridhaan manusia, apalagi untuk mencela para ulama. Ada penuntut ilmu yang bangga apabila berhasil menelanjangi ulama, adapula yang bangga bila saudaranya teraniaya akibat lisannya. Na’udzu billahi min dzalik. Dari Kaab bin Malik radhiallāhu ‘anhu, Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda :

منِ ابتغى العلمَ لِيُباهِيَ به العلماءَ ، أو يُمارِيَ به السُّفهاءَ ، أو تُقبِلَ أفئدةُ الناسِ إليه فإلى النَّارِ.

“Siapa yang mendalami ilmu untuk [1] berbangga di depan ulama, atau [2] mendebat orang-orang bodoh, atau untuk [3] mengambil hati manusia; maka ke neraka dia.” -HASAN- (Shahih Al Jami’, 5930) HR. Al Hakim (I/86) dan Al Baihaqi (Asy-Syu’ab, 1772)

Al Allamah Al Munawi menjelaskan bahwa bahwa hadits di atas adalah peringatan bagi siapa saja yang mencari ilmu dalam rangka mencari dunia. Imam Adz Dzahabi sendiri menggolongkan berbuatan ini sebagai dosa besar, sebagaimana dijelaskan dalam karya beliau Al Kabair. (Faidh Al Qadir, 6/20)

Imam Ash-Shan’ani rahimahullah lebih lanjut mengatakan:

فالمبتغي لذلك إلى النار سواء أدرك ما ابتغاه أم لا. وفيه أنه لا يطلب العلم إلا لله و إلا كان عذابا للطالب

“Orang yang belajar dengan tujuan-tujuan ini; akan masuk neraka! Baik dia berhasil meraih tujuannya ataupun gagal. Dari hadits ini diambil keharusan menuntut ilmu hanya karena Allāh ; bila tidak maka akan menjadi adzab bagi si thalib (pelajar).” (At-Tanwir, X/14)

Seharusnya dengan ilmu itu seseorang mengharapkan keridhaan Allāh Ta’ala. Berkata Abu Yusuf Al-Qadhi rahimahullaah: “Wahai kaumku, harapkanlah dengan ilmu kalian keridhaan Allāh Subhanahu wa Ta’ala. Sungguh tidaklah aku duduk di suatu majelis ilmu yang aku niatkan padanya tawadhu’, kecuali aku bangun dalam keadaan telah mendapat kemuliaan. Sebaliknya tidaklah aku duduk di satu majelis ilmu yang aku niatkan untuk mengalahkan mereka kecuali aku bangun dalam keadaan Allāh bukakan aibku. Ilmu adalah salah satu ibadah dan taqarrub.” (Tadzkiratu As-Sami’ wal Mutakallim, Ibnu Jama’ah, melalui Min Hadyi Salaf, hal. 47)

Ilmu pun akan pergi bila tak disambut dengan baik, bahkan tanpa bekas, bagai onta yang lepas dari tali kekangnya. Khatib Al-Baghdadi rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada ‘Ali bin Abi Thalib radhiallāhu ‘anhu, berkata: “Ilmu menuntut amalan. Kalau ia disambut (diamalkan) ia akan menetap, namun kalau tidak dia akan pergi.” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi, melalui Hilya Thalabil ‘Ilmi, hal. 13-14)

Betapa cepat hilangnya ilmu, apabila ilmu tersebut masuk ke dalam hati orang yang sombong. Dikatakan pula dalam sebuah syair: “Ilmu akan menjauh dari seorang yang sombong, seperti air bah menjauh dari tempat yang tinggi.”

Seringkali pula seorang yang baru mendapatkan sedikit ilmu terkena penyakit sombong, merasa dirinya sebagai ulama dan melihat orang lain sebagai orang-orang yang bodoh bahkah rendahan, ia bangga dengan sedikitnya ilmu, bak seorang ulama yang faqih. Para ulama pun menjulukinya dengan Abu Syibrin.

Lalu siapakah Abu Syibrin?

Para ulama menjulukinya dengan Abu Syibrin, ia adalah orang yang baru mendapatkan ilmu pada jengkal pertama. Sedangkan para ulama menyatakan bahwa ilmu mempunyai 3 jengkal. Orang yang mencapai jengkal pertama menjadi sombong, pada jengkal kedua ia menjadi tawadhu’ (rendah hati), sedangkan pada jengkal ketiga ia akan merasa kalau dirinya belum tahu apa-apa. (Hilya Thalabil ‘Ilmi, hal. 13-14)

Virus ala Abu Syibrin ini sering terjadi pada sebagian pencari ilmu yang terdapat kesombongan dalam dirinya, merasa dirinya paling shalih dan menganggap orang lain semuanya di bawahnya. Kemudian merasa diri paling dekat dengan Allāh dan dicintai-Nya, sedangkan yang lain dianggap orang-orang yang jauh dan tidak dicintai oleh Allāh Subhanahu wa Ta’ala. Dan biasanya, pada puncaknya dia merasa dosa-dosanya diampuni, sedangkan dosa orang lain tidak akan diampuni. Sungguh memang penyakit kronis dan sangat berbahaya.

Diriwayatkan dalam sebuah hadits qudsi dari Jundub Al-Bajaly radhiallaahu ‘anhu, bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ رَجُلاً قَالَ: وَاللهِ لاَ يَغْفِرُ اللهَ لِفُلاَنٍ. قَالَ اللهُ: مَنْ ذَا الَّذِيْ يَتَأَلَى عَلَيَّ أَنْ لاَ أَغْفِرَ لِفُلاَنٍ؟ فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلاَنٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ. رواه مسلم

Sesungguhnya ada seseorang berkata: “Demi Allāh , Allāh tidak akan mengampuni fulan.” Maka Allāh berfirman: “Siapa yang lancang mengatakan atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni fulaan?! Sungguh Aku telah mengampuni fulan dan menggugurkan amal-amalmu.” (HR. Muslim)

Deskripsi dari kisah secara rinci diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu, bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كَانَ رَجُلاَنِ فِي بَنِي إِسْرَائِيْلَ مُتَوَاخِيَانِ وَكَانَ أَحَدُهُمَا مُذْنِبًا وَالآخَرُ مُجْتَهِدًا فِي الْعِبَادَةِ وَكَانَ لاَ يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُوْلُ: أَقْصِرْ! فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ فَقَالَ لَهُ: أَقْصِرْ. فَقَالَ: خَلَّنِي وَرَبَّي أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيْبًا؟! فَقَالَ: وَاللهِ لاَ يَغْفِرُ اللهَ لَكَ أَوْ لاَ يُدْخِلُكَ اللهُ الْجَنَّةَ. فَقُبِضَ رُوْحُهُمَا فَاجْتُمِعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَقَالَ لِهَذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِي عَالِمًا أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا؟! فَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي وَقَالَ لِلآخَرِ: اذْهَبُوْا بِهِ إِلَى النَّارِ.  رواه أحمد وأبو داود، وصححه الألباني في صحيح الجامع الصغير

Sesungguhnya dahulu di kalangan Bani Israil ada dua orang yang bersaudara. Salah satunya seorang pendosa, sedangkan yang lainnya seorang yang rajin beribadah. Dan bahwasanya sang ahli ibadah selalu melihat saudaranya bergelimang dosa, maka ia berkata: “Kurangilah!” Pada suatu hari ia mendapatinya dalam keadaan berdosa, maka ia berkata: “Kurangilah!” Berkata si pendosa: “Biarkanlah antara aku dan Rabb-ku! Apakah engkau diutus untuk menjadi penjagaku?” Sang ahli ibadah berkata: “Demi Allāh, Allāh tidak akan mengampunimu!” Atau: “Demi Allāh , Allāh tidak akan memasukkanmu ke dalam surga!” Dicabutlah ruh kedua orang tersebut dan dikumpulkan di sisi Allāh. Maka Allāh berfirman kepada ahli ibadah: “Apakah engkau mengetahui tentang Aku? Ataukah engkau merasa memiliki apa yang ada di tangan-Ku?” Dan Allāh berkata kepada si pendosa: “Pergilah engkau dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku!” Dan berkata kepada ahli ibadah: “Bawalah ia ke dalam neraka!” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’ ash-Shaghir)

Begitu berbahayanya penyakit dari Abu Syibrin bila ada salah satu dari kita yang terjangkiti virusnya. Begitu juga ikhwan dan akhwat jaman sekarang bila mereka sudah kena dan kelasnya kronis stadium akut, maka penyakit ini akan cepat menular seperti endemik penyakit lainnya. Mungkin salah satu diantara anda atau saya ada yang sudah terjangkiti. Maka banyaklah berlindung kepada Allāh Ta’ala.

Lihatlah, tidaklah kaum khawarij mengkafirkan kaum muslimin, kecuali karena kesombongan. Mereka merasa tidak pernah berdosa, sehingga menganggap orang yang berdosa sebagai kafir. Tidaklah mereka menghalalkan darah kaum muslimin kecuali karena kesombongan. Dan tidaklah kaum mu’tazilah dan rasionalis (JIL) meremehkan ilmu fiqh dan hadits, kecuali karena kesombongan pula. Lalu masihkah antum dalam bingkai kesombongan?!, Sungguh amat hinanya diri kita ini, yang hanya diciptakan dari sebuah air yang hina.

Al-Anasi rahimahullaah berkata: “Hati-hatilah dari penyakit para pembesar yaitu kesombongan. Sesungguhnya kesombongan, bangga diri dan kedengkian adalah awal dari kemaksiatan yang Allāh dimaksiati dengannya. Maka ketahuilah bahwa merasa tinggi di hadapan gurumu, itu adalah kesombongan, menolak faedah ilmu dari orang-orang yang di bawahmu adalah kesombongan dan tidak beramal dengan apa yang diketahui juga merupakan belumbang kesombongan dan tanda kalau dia akan terhalangi dari ilmu.” (Siyar, juz IV, hal. 80)

Marilah kita memohon kepada Allāh ilmu yang nafi’ dan berlindung dari ilmu yang suu’ (rusak) juga kita berdo’a kepada Allāh agar kita selalu memperbaiki niat-niat kita dalam menuntut ilmu. Allāhua’lam.

Ditulis oleh:

Ustadz Saryanto Abu Ruwaifi’

(Alumni STAI Ali Bin Abi Thalib Surabaya, Mahasiswa S2 Magister Hukum Islam – Kelas Internasional Universitas Muhammadiyah Surakarta, Da’i Mukim Yayasan Tebar Da’i Mukim di Bandungan, Kab. Semarang, Jawa Tengah)

Untuk melihat artikel lengkap 
https://umma.id/article/share/id/1002/359946

Rabu, 03 Juni 2020

OWNER dan INVESTOR income passive

OWNER: sebagai pemilik lahan berdasar luas tanah yg ditawarkan, nilai positip hampir tdk ada resiko, harga tanah cendrung naik terus dari harga beli, sertifikat pemilik tanah yang diterbitkan dapat dijual belikan pada saat harga naik sebagaimana investasi tanah sering mendapat sebutan investasi emas hitam

Luas tanah yang di tawarkan :
2 m² = 200rb
5 m² = 500rb
10 m² = 1 jt
20 m² = 2 jt
30 m² = 3 jt
50 m² = 5 jt
100 m² = 10 jt
500 m² = 50 jt
1000 m² =100 jt
2000 m² = 200 jt
3000 m² = 300 jt

INVESTOR: dalam penawaran dimaksud adalah sebagai petani modal tanpa lahan, murni spekulasi menanam cabe, sayuran, pisang, atau cengkeh.

1. investor tanam cabe panen setiap triwulan, 
RESIKO TINGGI dan atau PROFIT TINGGI: 
a) Gagal Panen artinya punya resiko tidak bisa balik modal karena hama, cuaca, taqdir. 
b) Break Even Point artinya tidak untung dan tidak rugi sebatas modal tanam kembali, karena harga pasar sama biaya tanam. 
c) Profit spektakuler artinya keuntungan yang luar biasa berlipat ganda dari modal tanam, sehingga keuntungan bisa mencapai 5-10 kali lipat lebih dari modal.
Tentu didukung harga pasar sangat baik, kebutuhan pasar yang sangat tinggi, banyak petani cabe sekedar coba-coba misal cuma sekali tanam karena pernah rugi tanam cabe akhirnya tidak berani spekulasi menanam lagi, 

2. investor tanaman pisang tiap tahun panen melalui bagi hasil, resiko sedang: sedikit perawatan, serangan fusarium dan ulat daun.

3. investor tanam cengkeh investasi jangka panjang bisa panen setiap tahun setelah 8-15 tahun panen berpeluang emas sebagai jutawan petani cengkeh

Sahabat berminat ingin bergabung sebagai owner atau investor bisa Hubungi kami via 
1. wa  +62 823-5919-9102 (owner)
2. yayasan.masjid.nurul.abror@gmail.com

http://majlisdzikirnurulabror.blogspot.com/2020/06/perlu-investor-wakaf-produktif.html?m=1