Manasik Umrah Lengkap
IKHLAS DAN MUTABA?AH DALAM HAJI DAN UMRAH
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan pengikut mereka yang setia sampai hari kiamat, Amma ba?du,
Allah ?subhanahu wa ta?ala berfirman: ?Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.? (QS. Al-Baqarah: 196).
Rasulullah ?shallallahu ?alaihi wa ?ala alihi wa sallam bersabda: ?Ambillah olehmu dariku manasikmu (haji dan umrah)? (Hadis Shahih).
Allah ?subhanahu wa ta?ala berfirman: ?Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.? (QS. Al-Baqarah: 196).
Rasulullah ?shallallahu ?alaihi wa ?ala alihi wa sallam bersabda: ?Ambillah olehmu dariku manasikmu (haji dan umrah)? (Hadis Shahih).
DIANTARA KEUTAMAAN UMRAH
Rasulullah ?Shallalahu ?alaihi wa ?ala alihi wa sallam bersabda: ?(Dari) umrah ke umrah adalah penghapus (dosa-dosa) diantara keduanya). Dan haji mabrur tidak ada baginya balasan selain surga.? (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah ?Shallalahu ?alaihi wa ?ala alihi wa sallam bersabda: ?Ikutilah antara haji dan umrah (perbanyaklah haji dan umrah), karena keduanya menghapuskan kefakiran dan dosa sebagaimana bara api menghilangkan kotoran besi, emas dan perak.? (HR. An-Nasa?i, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Ahmad dll dengan sanad sahih).
Dari ?Aisyah ?Radhiallahu ?anha berkata: Aku bertanya, wahai Rasulullah apakah bagi wanita ada kewajiban berjihad? Rasulullah ?Shallalahu ?alaihi wa ?ala alihi wa sallam bersabda: ?Ya, bagi mereka ada jihad tanpa peperangan, yaitu haji dan umrah.? (HR. Imam Ahmad dll dengan sanad sahih)
Rasulullah ?Shallalahu ?alaihi wa ?ala alihi wa sallam bersabda: ?Utusan Allah ada tiga: Orang yang berperang (fi sabilillah), orang yang berhaji dan orang yang umrah.? (HR. An-Nasa?i dll dengan sanad sahih)
Rasulullah ?Shallalahu ?alaihi wa ?ala alihi wa sallam bersabda: ?Orang yang berperang (fi sabilillah), orang yang berhaji dan orang yang umrah adalah utusan Allah. Allah memanggil mereka lalu mereka memenuhi panggilannya dan mereka meminta kepadaNya lalu Dia memenuhi permintaan mereka.? (HR. Ibnu Majah dll dengan sanad sahih)
Rasulullah ?Shallalahu ?alaihi wa ?ala alihi wa sallam bersabda: ?Jihadnya orang tua, anak kecil, orang lemah dan wanita adalah haji dan umrah.? (HR. An-Nasa?i dll dengan sanad hasan)
Rasulullah ?Shallalahu ?alaihi wa ?ala alihi wa sallam bersabda: ?Sesungguhnya umrah pada bulan Ramadhan adalah seperti haji bersamaku.? (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan lain, ini adalah sebagiannya.
INTI MANASIK UMRAH
1. Ihram dari miqat
2. Thawaf
3. sa?i
4. tahallul (mencukur atau memotong rambut)
2. Thawaf
3. sa?i
4. tahallul (mencukur atau memotong rambut)
LARANGAN KETIKA IHRAM
1. Mencukur atau memotong rambut
2. Memotong kuku
3. Memakai parfum
4. Melaksanakan akad nikah
5. Bercumbu disertai syahwat
6. Jima?
7. Berburu
8. Menutup kepala bagi laki-laki
9. Memakai pakaian berbentuk (berjahit) bagi laki-laki
10. Memakai sarung tangan dan penutup wajah (cadar/niqab) agi perempuan
2. Memotong kuku
3. Memakai parfum
4. Melaksanakan akad nikah
5. Bercumbu disertai syahwat
6. Jima?
7. Berburu
8. Menutup kepala bagi laki-laki
9. Memakai pakaian berbentuk (berjahit) bagi laki-laki
10. Memakai sarung tangan dan penutup wajah (cadar/niqab) agi perempuan
TATA CARA PELAKSANAAN UMRAH
1. Jika seseorang akan melaksanakan umrah, dianjurkan untuk mempersiapkan diri sebelum berihram dengan mandi sebagaimana seorang yang mandi junub (mandi besar), memakai wangi-wangian yang terbaik jika ada (wangi-wangian untuk tubuh dan tidak boleh mengenai pakaian ihram) dan memakai pakaian ihram.
2. Pakaian ihram bagi laki-laki berupa dua lembar kain ihram yang berfungsi sebagai sarung dan penutup pundak. Adapun wanita, ia memakai pakaian yang telah disyari’atkan yang menutupi seluruh tubuhnya, namun tidak dibenarkan memakai cadar/niqab (penutup wajahnya) dan tidak dibolehkan memakai sarung tangan.
3. Berihram dari miqat untuk umrah dengan mengucapkan:
2. Pakaian ihram bagi laki-laki berupa dua lembar kain ihram yang berfungsi sebagai sarung dan penutup pundak. Adapun wanita, ia memakai pakaian yang telah disyari’atkan yang menutupi seluruh tubuhnya, namun tidak dibenarkan memakai cadar/niqab (penutup wajahnya) dan tidak dibolehkan memakai sarung tangan.
3. Berihram dari miqat untuk umrah dengan mengucapkan:
لَبَّيْكَ عُمْرَةً , اَللَّهُمَّ هَذِهِ عُمْرَة لاَ رِيَاءَ فِيْهَا وَ لاَ سُمْعَة
Labaika ?umrotan, Alloohumma haadzihi umroh laa riyaa? a fiihaa wa laa sum?ah
?Aku penuhi panggilanMu (ya Allah untuk melaksanakan ibadah) umrah. Ya Allah, ini adalah umrah yang tidak ada riya? (ingin dilihat) dan sum?ah (ingin didengar) di dalamnya.? (HR. Bukhari dan Al-Baihaqi).
4. Jika khawatir tidak dapat menyelesaikan umrah karena sakit atau adanya penghalang lain, maka dibolehkan mengucapkan persyaratan setelah mengucapkan kalimat diatas dengan mengatakan:
4. Jika khawatir tidak dapat menyelesaikan umrah karena sakit atau adanya penghalang lain, maka dibolehkan mengucapkan persyaratan setelah mengucapkan kalimat diatas dengan mengatakan:
إِنْ حَبَسَنِيْ حَابِسٌ فَمَحِلِّيْ حَيْثُ حَبَسْتَنِيْ
Inn habasanii haabisun famahillii haitsu habastanii
?Jika ada halangan yang menghalangiku maka tempat tahallulku adalah dimana Engkau menahan aku.? (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan mengucapkan persyaratan ini -baik dalam umrah maupun ketika haji-, jika seseorang terhalang untuk menyempurnakan manasiknya, maka dia diper-bolehkan bertahallul dan tidak wajib membayar dam (menyembelih seekor kambing).
5. Tidak ada shalat khusus untuk berihram, namun jika bertepatan dengan waktu shalat wajib, maka shalatlah lalu berihram setelah shalat. Atau shalat sunnah wudhu. Kecuali jika miqatnya dari Madinah (Dzul Hulaifah atau Bir Ali) maka disunnahkan shalat dua raka?at dikarenakan keistimewaan dan barokah tempat tersebut. (HR. Bukhari dan Abu Dawud)
6. Setelah mengucapkan “talbiyah umrah” (pada point ke tiga), dilanjutkan dengan membaca dan memperbanyak talbiyah berikut ini, sambil mengeraskan suara hingga tiba di Makkah.
Dengan mengucapkan persyaratan ini -baik dalam umrah maupun ketika haji-, jika seseorang terhalang untuk menyempurnakan manasiknya, maka dia diper-bolehkan bertahallul dan tidak wajib membayar dam (menyembelih seekor kambing).
5. Tidak ada shalat khusus untuk berihram, namun jika bertepatan dengan waktu shalat wajib, maka shalatlah lalu berihram setelah shalat. Atau shalat sunnah wudhu. Kecuali jika miqatnya dari Madinah (Dzul Hulaifah atau Bir Ali) maka disunnahkan shalat dua raka?at dikarenakan keistimewaan dan barokah tempat tersebut. (HR. Bukhari dan Abu Dawud)
6. Setelah mengucapkan “talbiyah umrah” (pada point ke tiga), dilanjutkan dengan membaca dan memperbanyak talbiyah berikut ini, sambil mengeraskan suara hingga tiba di Makkah.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ.
LabbaikAlloohumma labbaik, labbaika laa syariikalaka labbaik, innalhamda wanni?mata laka wal mulk, laa syariika lak
?Aku memenuhi panggilanMu, ya Allah aku memenuhi panggilanMu. Aku memenuhi panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, aku memenuhi panggilanMu. Sesungguhnya pujaan dan nikmat adalah milikMu, begitu juga kerajaan, tiada sekutu bagiMu.? (HR. Bukhari dan Muslim).
7. Masuk Masjidil Haram dengan mendahulukan kaki kanan sambil membaca do’a masuk masjid:
7. Masuk Masjidil Haram dengan mendahulukan kaki kanan sambil membaca do’a masuk masjid:
أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِي ذُنُوْبِي وَ افْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ.
A?uudzu billaahil ?adhim, wa biwajhihil kariim, wa sulthoonihil qodiim, minasy syaithoonir rojiim, bismillaah, washsholaatu wassalaamu ?ala rosuulillaah, Allohummaghfirlii dzunuubii waftahlii abwaaba rohmatik
?Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, dengan wajahNya Yang Mulia dan kekuasaanNya yang abadi, dari setan yang terkutuk. Dengan nama Allah dan semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukalah pintu-pintu rahmatMu untukku.?
(HR. Abu Dawud, Ibnu As-Sunni, Abu Dawud, Muslim, Sunan Ibnu Majah)
(HR. Abu Dawud, Ibnu As-Sunni, Abu Dawud, Muslim, Sunan Ibnu Majah)
8. Mengangkat kedua tangan ketika melihat Ka’bah sambil membaca:
اَلَّلهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَ مِنْكَ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ
Alloohumma antas Salaam wa minkas Salam fahayyinaa Robbanaa bis Salaam
Alloohumma antas Salaam wa minkas Salam fahayyinaa Robbanaa bis Salaam
?Ya Allah, Engkau adalah As-Salaam (Maha Penebar Kesejahteraan lagi selamat dari segala cacat dan kekurangan) dan dariMu kesejahteraan, maka hidupkanlah kami ?wahai Rabb kami- dengan kesejahteraan.? (Atsar Ibnu Abbas, riwayat Ibnu Abi Syaibah, Al-Baihaqi dll dengan sanad sahih).
Thawaf Umrah.
1. Menuju ke Hajar Aswad, lalu menghadapnya sambil membaca:
بِسْمِ اللهِ وَ اللهُ أَكْبَر
Bismillaahi waAlloohu Akbar
?Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar.? (HR. Bukhari, Al-Baihaqi dll)
lalu mengusapnya dengan tangan kanan dan menciumnya, jika tidak memungkinkan untuk menciumnya, maka cukup dengan mengusapnya, lalu mencium tangan yang mengusap Hajar Aswad. Jika tidak memungkinkan untuk mengusapnya, maka cukup dengan memberi isyarat kepadanya dengan tangan, namun tidak mencium tangan yang memberi isyarat.
2. Kemudian memulai thawaf umrah tujuh putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad pula.
3. Dan disunnahkan berlari-lari kecil (raml) pada tiga putaran pertama dan berjalan biasa pada empat putaran terakhir.
4. Disunnahkan membuka bahu kanan (idhtiba?) bagi laki-laki selama thawaf umrah ini.
5. Disunnahkan pula mengusap Rukun Yamani pada setiap putaran thawaf, namun tidak dianjurkan menciumnya, dan apabila tidak memungkinkan untuk meng-usapnya, maka tidak perlu memberi isyarat dengan tangan.
6. Ketika berada di antara RukunYamani dan Hajar Aswad, disunnahkan membaca:
Bismillaahi waAlloohu Akbar
?Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar.? (HR. Bukhari, Al-Baihaqi dll)
lalu mengusapnya dengan tangan kanan dan menciumnya, jika tidak memungkinkan untuk menciumnya, maka cukup dengan mengusapnya, lalu mencium tangan yang mengusap Hajar Aswad. Jika tidak memungkinkan untuk mengusapnya, maka cukup dengan memberi isyarat kepadanya dengan tangan, namun tidak mencium tangan yang memberi isyarat.
2. Kemudian memulai thawaf umrah tujuh putaran, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad pula.
3. Dan disunnahkan berlari-lari kecil (raml) pada tiga putaran pertama dan berjalan biasa pada empat putaran terakhir.
4. Disunnahkan membuka bahu kanan (idhtiba?) bagi laki-laki selama thawaf umrah ini.
5. Disunnahkan pula mengusap Rukun Yamani pada setiap putaran thawaf, namun tidak dianjurkan menciumnya, dan apabila tidak memungkinkan untuk meng-usapnya, maka tidak perlu memberi isyarat dengan tangan.
6. Ketika berada di antara RukunYamani dan Hajar Aswad, disunnahkan membaca:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
Robbanaa aatinaa fiddunya hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ?adzaaban naar
Robbanaa aatinaa fiddunya hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ?adzaaban naar
?Wahai Tuhan kami! Berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa api Neraka.? (HR. Abu Dawud dll dengan sanad sahih).
7. Setelah thawaf, menutup kedua pundaknya, lalu menuju ke maqam Ibrahim sambil membaca:
7. Setelah thawaf, menutup kedua pundaknya, lalu menuju ke maqam Ibrahim sambil membaca:
Wat takhidzuu mim Maqoomi Ibroohima mushollaa
?Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat.? (QS. Al-Baqarah: 125. HR. Muslim)
8. Shalat sunnah thawaf dua rakaat di belakang maqam Ibrahim, pada rakaat per-tama setelah membaca surat al-Fatihah, membaca surat Al-Kaafiruun.
Dan pada rakaat kedua setelah membaca al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlash.
9. Setelah shalat, disunnahkan minum air zam-zam dan menyirami kepala dengannya.
10. Kembali ke Hajar Aswad, bertakbir lalu mengusap dan menciumnya, jika hal itu memungkinkan, atau mengusapnya atau memberi isyarat kepadanya.
Dan pada rakaat kedua setelah membaca al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlash.
9. Setelah shalat, disunnahkan minum air zam-zam dan menyirami kepala dengannya.
10. Kembali ke Hajar Aswad, bertakbir lalu mengusap dan menciumnya, jika hal itu memungkinkan, atau mengusapnya atau memberi isyarat kepadanya.
Sa’i Umrah.
1. Kemudian menuju ke bukit Shafa untuk melaksanakan Sa’i umrah, dan jika telah mendekat Shafa membaca:
Innash Shoffaa wal Marwata min sya?aa irillaah, faman hajjal baita awi?tamaro falaa junaaha ?alaihi Ayyath thowwafa bihimaa, wa man ta thowwa?a khoiron fa innaAllooha Syaakirun ?Aliim?
Abda?u bimaa bada?a Alloohu bih
Innash Shoffaa wal Marwata min sya?aa irillaah, faman hajjal baita awi?tamaro falaa junaaha ?alaihi Ayyath thowwafa bihimaa, wa man ta thowwa?a khoiron fa innaAllooha Syaakirun ?Aliim?
Abda?u bimaa bada?a Alloohu bih
?Sesungguhnya Shafaa dan Marwah adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-’umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.? (QS. Al-Baqarah: 158)
?Aku memulai dengan apa yang Allah memulai dengannya (memulai sa?i dari Shafaa menuju Marwah).? (HR. Muslim).
?Aku memulai dengan apa yang Allah memulai dengannya (memulai sa?i dari Shafaa menuju Marwah).? (HR. Muslim).
2. Menaiki bukit Shafa lalu menghadap ke arah Ka’bah hingga melihatnya, jika hal itu memungkinkan, kemudian membaca:
اَللهُ أَكْبَر, اَللهُ أَكْبَر, اَللهُ أَكْبَر, لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، يُحِْيى وَ يُمِيْتُ, وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ
Alloohu Akbar, Alloohu Akbar, Alloohu Akbar, Laa Ilaaha Illallooh Wahdahuu Laa Syariikalah, Lahul Mulku Walahul Hamdu, yuhyii Wa yumiitu, Wa huwa ?Ala Kulli Syai? in Qodiir, Laa Ilaha Illallooh Wah dahu Laa Syarikalah Anjaza Wa?dah Wa nashro ?Abdah Wa Hazamal Ahzaaba Wahdah.
?Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, Tiada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan dan pujian. Dia Menghidupkan dan Mematikan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, Tiada sekutu bagiNya, yang melaksanakan janjiNya, membela hambaNya (Muhammad ) dan mengalahkan golongan musuh sendirian.? (HR. Muslim, An-Nasa?i dan Ibnu Majah).
3. Bacaan ini dilakukan/diulangi tiga kali dan berdo’a di antara pengulangan-pengulangan itu dengan do’a apa saja yang dikehendaki.
4. Lalu turun dari Shafa dan berjalan menuju ke Marwah.
5. Disunnahkan berlari-lari kecil dengan cepat dan sungguh-sungguh di antara dua tanda lampu hijau yang berada di Mas’a (tempat sa’i), lalu berjalan biasa menuju Marwah dan menaikinya.
6. Setibanya di Marwah, kerjakanlah apa-apa yang dikerjakan di Shafa, yaitu menghadap kiblat, bertakbir, membaca dzikir pada point no. 2 dan berdo’a dengan do’a apa saja yang dikehendaki, perjalanan ini (dari Shafa ke Marwah) dihitung satu putaran.
7. Kemudian turunlah, lalu menuju ke Shafa dengan berjalan ditempat yang ditentukan untuk berjalan dan berlari ditempat yang ditentukan untuk berlari, lalu naik ke Shafa dan lakukan seperti semula, dengan demikian terhitung dua putaran.
8. Lakukan hal ini sampai tujuh kali dengan berakhir di Marwah.
9. Ketika sa’i, tidak ada dzikir-dzikir tertentu, maka boleh berdzikir, berdo’a atau membaca bacaan-bacaan yang dikehendaki.
10. Jika membaca do’a ini:
3. Bacaan ini dilakukan/diulangi tiga kali dan berdo’a di antara pengulangan-pengulangan itu dengan do’a apa saja yang dikehendaki.
4. Lalu turun dari Shafa dan berjalan menuju ke Marwah.
5. Disunnahkan berlari-lari kecil dengan cepat dan sungguh-sungguh di antara dua tanda lampu hijau yang berada di Mas’a (tempat sa’i), lalu berjalan biasa menuju Marwah dan menaikinya.
6. Setibanya di Marwah, kerjakanlah apa-apa yang dikerjakan di Shafa, yaitu menghadap kiblat, bertakbir, membaca dzikir pada point no. 2 dan berdo’a dengan do’a apa saja yang dikehendaki, perjalanan ini (dari Shafa ke Marwah) dihitung satu putaran.
7. Kemudian turunlah, lalu menuju ke Shafa dengan berjalan ditempat yang ditentukan untuk berjalan dan berlari ditempat yang ditentukan untuk berlari, lalu naik ke Shafa dan lakukan seperti semula, dengan demikian terhitung dua putaran.
8. Lakukan hal ini sampai tujuh kali dengan berakhir di Marwah.
9. Ketika sa’i, tidak ada dzikir-dzikir tertentu, maka boleh berdzikir, berdo’a atau membaca bacaan-bacaan yang dikehendaki.
10. Jika membaca do’a ini:
رَبِّ اغْفِرْ وَ ارْحَمْ إِنَّكَ أَنْتَ اْلأَعَزُّ اْلأَكْرَم
Robbighfir Warham Innaka Antal A?azzul Akrom
?Ya Tuhan, ampuni dan sayangi (hamba), sesungguhnya Engkau adalah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia.? (Doa Ibnu Umar dan Ibnu Mas?ud, riwayat Ibnu Abi Syaibah dengan sanad sahih).
11. Setelah sa’i, maka bertahallul dengan memendekkan seluruh rambut kepala atau mencukur gundul, dan yang mencukur gundul itulah yang lebih afdhal. Adapun bagi wanita, cukup dengan memotong rambutnya sepanjang satu ruas jari.
12. Setelah memotong/mencukur rambut, maka berakhirlah ibadah umrah dan anda telah dihalalkan/dibolehkan untuk mengerjakan hal-hal yang tadinya dilarang ketika dalam keadaan ihram.
12. Setelah memotong/mencukur rambut, maka berakhirlah ibadah umrah dan anda telah dihalalkan/dibolehkan untuk mengerjakan hal-hal yang tadinya dilarang ketika dalam keadaan ihram.
Semoga Allah ?subhanahu wa Ta?ala menerima semua amal ibadah kita, amien.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan pengikut mereka yang setia sampai hari kiamat dan segala puji hanya bagi Allah.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan pengikut mereka yang setia sampai hari kiamat dan segala puji hanya bagi Allah.
Malang, Rabi?ul Awwal 1428 H / April 2007 M
Abdullah Shaleh Hadrami
Pendiri dan Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah HUSNUL KHOTIMAH Malang
Pendiri dan Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah HUSNUL KHOTIMAH Malang