إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ , وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ , فَلَا مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ , وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ , صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْنَ.
﴿يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ
إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾[آل عمران:102].
:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا
قَدَّمَتْ لِغَدٍۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚإِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
﴿يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعْ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا﴾[الأحزاب:70-71].
أما بعد:
Kaum
muslimin rahimakumullah,
Sesungguhnya
seorang mukmin yang mendapatkan taufiq adalah seorang yang menjadikan perubahan
kondisi-kondisi sebagai kesempatan untuk ingat, merenungkan, dan mengambil
pelajaran. Maka iapun menghisab dirinya, ia memperbaiki kondisinya dan
meluruskan arah perjalanannya. Maka binasanya hati seseorang tatkala lalai
untuk menghisab dirinya dan serta mengikuti hawa nafsunya.
Sementara
kita berpisah dari tahun dan menyambut tahun yang baru –semoga Allah
menjadikannya sebagai tahun yang berkah dan kebahagaiaan bagi kita-, maka wajib
bagi kita untuk menghisab diri kita, sebagaimana Khalifah Umar –semoga Allah
meridhoinya- berkata :
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ
قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا، فَإِنَّهُ
أَهْوَنُ فِي الْحِسَابِ غَدًا أَنْ تُحَاسِبُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ
“Hisablah diri kalian sebelum kalian
dihisab, timbanglah diri kalian sebelum (amal) kalian ditimbang, karena lebih
ringan bagi kalian tatkala kalian dihisab kelak, jika kalian menghisab diri
kalian sekarang.”
Allah SWT berfirman dalam QS Al-Hasyr, (59: 18): Audzubillahi minsy syaitnirrojiim
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ ۖوَاتَّقُوا
اللَّهَۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Seorang
mukmin mengetahui bahwasanya kehidupan dunia ini diciptakan untuk diisi dengan
ketaatan kepada Allah, mentauhidkanNya, dan untuk mewujudkan peribadatan
kepadanya. Allah berfirman
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)
“Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyaat: 56).
Dari Ibnu
Umar –semoga Allah meridoinya- ia berkata : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam memegang pundakku lalu berkata:
كُنْ فِي الدُّنْيَا
كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ السَّبِيْلِ
“Jadilah engkau di dunia ini seperti
orang asing atau musafir yang numpang lewat”
Ibnu Umar
berkata:
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا
أَصْبَحْتَ فَلا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ
صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Jika telah sore maka janganlah engkau
menunggu pagi, dan jika telah pagi maka janganlah engkau menunggu sore,
manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, dan manfaatkan
kehidupanmu sebelum tiba kematianmu.” (HR. Al-Bukhari).
Maka wajib
bagi kita dengan bertambahnya umur bertambah pula ketaatan dan perbuatan
kebajikan, hendaknya kita mengisi tahun-tahun untuk mendekatkan diri kepada
sang Pencipta sedekat-dekatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
خَيْرُكُمْ مَنْ طَالَ
عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُه
“Sebaik-baik kalian adalah yang
panjang umurnya dan baik amalannya” (HR Ahmad dan At-Tirmidzi dan ia berkata :
“Hadits Hasan”, dan dishahihkan oleh Al-Hakim)
Diantara
kezaliman yang sangat jelas serta kerugian yang nyata adalah Allah telah
menganugerahi kepada anda usia lantas anda tenggelam dalam kemaksiatan dan
tetap berada pada apa yang tidak diridhoi Allah. Allah berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ
الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ
الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi
Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan
langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang
lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.”
(QS. At-Taubah: 36).
Dan diantara
kerugian yang besar adalah telah berlalu tahun dan telah datang tahun yang baru
sementara seorang muslim menyiakan-nyiakannya, melalaikannya… Allah berfirman :
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ
مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ
“Dan Apakah Kami tidak memanjangkan
umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan
(apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?” (QS. Faathir: 37).
Ibnu Abbas
berkata:
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ
سِتِّيْنَ سَنَةً
“Bukankah Kami telah memanjangkan
umurmu 60 tahun?”
Dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَعْذَرَ اللهُ إِلَى
الرَّجُلَ، أَخَّرَهُ إِلَى السِتِّيْنَ مِنْ عُمْرِهِ
“Allah memberi kesempatan kepada sang
lelaki, Allah telah mengakhirkan umurnya hingga 60 tahun.”
Kemenangan
hanyalah pada melakukan kebajikan dan bersegera malakukan amal sholeh. Allah
berfirman:
وَسَارِعُوا إِلَى
مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣)
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan
dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali ‘Imran: 133).
Wahai
saudaraku jadilah engkau berbekal dengan ketaatan kepada Penciptamu,
berbahagialah dengan bertakwa kepada Robmu, niscaya engkau akan meraih
keberuntungan yang besar, mendapatkan kebaikan yang banyak. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
اغْتَنِمْ خَمْسًا
قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَغِنَاكَ
قَبْلَ فَقْرِكَ وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah 5 perkara sebelum 5
perkara, masa mudamu sebelum masa tuamu, kesehatanmu sebelum sakitmu,
kecukupanmu sebelum engkau miskin, waktu luangmu sebelum kesibukanmu,
kehidupanmu sebelum kematianmu.” (HR. Al-Haakim dan dishahihkan oleh Ibnu
Hajar)
فَمَا بَعْدَ الدُّنْيَا
مِنْ مُسْتَعْتَبٍ وَلا بَعْدَ الدُنْيَا دَارٌ إِلا الجَنَّةُ وَالنَّارُ
“Maka tidak ada setelah dunia yang
dimaafkan, dan tidak ada setelah dunia tempat kecuali surga dan neraka.”
Maka umurmu
wahai saudaraku sesama muslim adalah amanah, engkau tunaikan tatkala engkau
taat kepada sang Pencipta dan engkau mengikuti perintah-perintahNya serta
menjauh dari larangan-laranganNya, engkau mengisi kehidupan ini dengan apa yang
diinginkan oleh tujuan-tujuan agama ini, berupa manfaat dunia dan kemaslahatan
akhirat. Allah berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُوا
فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ
Dan
Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya”. (QS. At-Taubah: 105).
Dan dalam
hadits:
لا تَزُولُ قَدَ مَا
الْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسِ خِصَالٍ، وَعَنْ
عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، عَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلاهُ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ
أَيْنَ اكْتَسَبَهُ؟ وَأَيْنَ أَنْفَقَهُ؟ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيهِ
“Tidak akan bergeser dua kaki seorang
hamba hingga ia ditanya tentang 5 perkara, tentang umurnya kemana ia habiskan?,
tentang masa mudanya kemana ia habiskan?, tentang hartanya dari mana ia
mendapatkannya dan kemana ia gunakan?, tentang ilmunya apa yang ia telah
amalkan?” (HR. At-Tirmidzi, dan ada syawahidnya menjadi hadits hasan).
Artinya : “Barangsiapa amalnya hari ini lebih baik dari hari kemarin maka orang itu termasuk yang beruntung. Dan barangsiapa yang amalnya sama dengan hari kemarin maka ia termasuk orang yang rugi. Dan barangsiapa yang amalnya lebih buruk dari hari kemarin maka ia termasuk orang yang terlaknat”. (H.R. al-Hakim)
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا
مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ
مَغْبُوْنٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
Artinya : “Barangsiapa amalnya hari ini lebih baik dari hari kemarin maka orang itu termasuk yang beruntung. Dan barangsiapa yang amalnya sama dengan hari kemarin maka ia termasuk orang yang rugi. Dan barangsiapa yang amalnya lebih buruk dari hari kemarin maka ia termasuk orang yang terlaknat”. (H.R. al-Hakim)
وَالْعَصْرِ. إِنَّ
الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3).