Kisah nyata atheis hafidz quran
Apakah Ibunda hafal Al Qur’an ?”
“Ya, saya telah menghafal Al Qur’an dan saya rasa tidak cukup hanya menghafal Al Quran sehingga saya berusaha menghapal Tafsir Jalalain dan saya pun hafal.”
Tidak sampai disitu saja, ibu itu melanjutkan pembicaraannya.
“Namun Al Qur’an harus bergandengan dengan hadist. Sehingga saya kemudian berupaya lagi menghafal hadist tentang hukum sehingga saya hafal kitab hadist Bulughul Marom di luar kepala.”
Lantas saya masih belum merasa cukup, karena di dalam Islam bukan hanya ada halal dan haram tapi harus ada fadhailul amal, maka saya pilih kitab Riyadhus Sholihin untuk saya hafal dan saya hafal,” tutur ibu itu mengenai pendalamannya tentang Islam kepada Habib Quraisy.
“Di sisi agama ada namanya tasawuf, maka saya cendrung pada tasawuf sehingga saya memilih kitab Ihya Ulumuddin dan sampai saat ini saya sudah 50 kali mengkhatamkan membacanya. Saking seringnya saya membaca Ihya Ulumuddin sampai-sampai Bab Ajaibul Qulub saya hafal di luar kepala.”
Habib Quraisy terperangah melihat kehebatan dan luar biasanya ibu itu. Namun karena tidak mau percaya begitu saja, Habib pun akhirnya mencoba menguji kebenaran perkataannya. Apakah benar ia telah hafal Al Qur’an? Apakah benar ia menguasai Tafsir Jalalain tentang asbabun nuzul dan qaul Ibnu Abbas?
Setelah melalui beberapa pertanyaan. Ternyata memang benar ibu itu hafal Al Qur’an, bahkan ia mampu menjawab tafsirnya dengan mahir dan piawai.
Ketika Habib mengangkat permasalahan ihya mawat yang ada di dalam kitab Bulughul Maram ibu itu pun menjabarkannya dengan cukup jelas.
Ketika Habib membahas tentang hadist Riyadhus Sholihin, ibu itu menyebutkan sesuai apa yang disebutkan dalam kitab Dalailul Falihin sebagai syarah kitab hadist tersebut.
Dan lagi, saat ibu itu menjelaskan masalah psikologi hati berbasis kitab Ihya Ulumuddin pada pasal ajaibul qulub. Kembali Habib dibuat heran oleh ibu itu. Menurutnya–sejauh ini selain gurunya–Habib belum pernah menemukan orang sekaliber ibu tersebut yang duduk tepat di sampingnya.
Tak lama, pesawat yang ditumpangi habib dan ibu itu landing. Saat pesawat itu sudah benar-benar berhenti, para penumpang semuanya menyiapkan diri termasuk barangnya bawaannya untuk menuruni pesawat. Begitu pula ibu itu mengambil tasnya yang di ada di kabin, karena sudah merasa kenal, habib mencoba membantu mengambilkan tas ibu itu dan menurunkan tiga tas lainnya ke lantai pesawat.
Subhanallah. Ketika Ibu itu menunduk untuk mengambil tasnya, seutas seutas kalung yang bertanda palang salib nampak terlihat.
Seperti petir menyambar di siang bolong, Habib Quraisy menunduk dengan lemah. Ibu itu hanya tersenyum dan mengatakan, “Akan saya jelaskan kepadamu nanti di hotel”.
Sumber kisah nyata:
1. Kajian ceramah gus baha