Luar Biasa Imam Al-Bukhari Punya 1.080 Guru, Semuanya Ahli Hadis
Rusman H Siregar
Jum'at, 18 September 2020 - 05:15 WIB
inilah makam sang ulama ahli Hadis, Imam Al-Bukhari (Muhammad bin Ismail) di Desa Khartank yang berdekatan dengan Samarkand, sekarang lebih dikenal dengan Uzbekistan.
Dibalik kecerdasan Imam Al-Bukhari (194-256 Hijriah) ternyata ada sosok guru-guru yang hebat. Selain dikaruniai ingatan kuat dan didikan ibu yang penyayang, Imam Al-Bukhari memiliki banyak guru yang mendukungnya dalam mengumpulkan Hadis Nabi صلى الله عليه وسلم.
Ulama ahli hadis bernama Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Barduzbah Al-Ju’fi Al-Bukhari lahir di Kota Bukhara, Uzbekistan. Beliau hafal 100.000 hadis shahih sanad dan matannya. Selain itu hafal 200.000 hadits tidak shahih sanad dan matannya.
Siapa saja sosok guru Imam Al-Bukhari ? Ustaz Hanif Luthfi Lc MA (pengajar Rumah Fiqih Indonesia) mengulasnya dalam bukunya "Biografi Imam Bukhari". Disebutkan, Imam Al-Bukhari belajar dan mengambil hadits dari sejumlah ulama dari berbagai daerah. Guru beliau di Makkah adalah Abu al-Walid Ahmad bin Muhammad al-Azraqi; Abdullah bin Yazid al-Muqri; Ismail bin Salim al-Shaigh; dan Abu Bakar al-Humaidi Abdullah bin al-Zubair al-Qurasyi.
Di Madinah, beliau berguru pada Ibrahim bin alMundzir al-Hazami; Mutharrif bin Abdullah bin Hamzah; Abu Tsabit Muhammad bin Abdillah; Abdul Aziz bin Abdillah dan Yahya bin Qaz'ah. Di Baghdad, di antaranya berguru kepada Muhammad bin Isa al-Thiba'i; Muhammad bin Sabiq; Suraih dan Ahmad bin Hambal dan lain-lain.
(Baca Juga: Syekh Ali Jaber Isi Kajian di Malang, Aparat Siapkan Pengawalan Berlapis )
Muhammad bin Ismail ke Baghdad hampir 8 kali. Setiap itu pasti berguru kepada Ahmad bin Hanbal. Ahmad bin Hanbal lahir tahun 164 H, artinya selisih 30-an tahun dengan Imam Al-Bukhari. Dan masih banyak lagi guru-guru Imam Bukhari di berbagai kota, seperti Bashrah, Kufah, Mesir, Bukhara, dan kota-kota lainnya. Karena itu, Imam al-Hakim menyebutkan bahwa Imam Bukhari setiap kali singgah di sebuah kota menyempatkan belajar kepada guru-guru yang ada di kota tersebut. Dalam perjalanannya berbagai negeri, Imam Bukhari bertemu dengan guru-guru terkemuka yang dapat dipercaya. Beliau mengatakan: "Aku menulis hadis dari 1.080 guru, yang semuanya adalah ahli hadis dan berpendirian bahwa iman itu adalah ucapan dan perbuatan".
Di antara guru itu adalah Ali bin Madini; Ahmad bin Hambal; Yahya bin Ma’in; Muhammad bin Yusuf Al-Firyabi; Maki bin Ibrahim Al-Balkhi; Muhammad bin Yusuf Al-Baykandi dan Ibnu Rahawaih. Jumlah guru yang hadisnya diriwayatkan dalam kitab shahihnya sebanyak 289 guru.
Guru Imam Al-Bukhari Dikelompokkan Menjadi 5 Tingkatan
Menurut Al-Hafizh, guru-guru Al-Bukhari terklasifikasi menjadi 5 (tingkatan), yaitu:
1. Orang yang Menerima Hadis dari Tabi’in.
Mereka yang termasuk dalam kelas ini antara lain: Muhammad bin Abdillah Al-Ansyari yang memperoleh hadis dari Humaid; Makki bin Ibrahim dari Yazid bin Abi Ubaid; Abu Ashim An-Nabil dari Yazid bin Abi Ubaid; Ubaidilah bin Musa dari Ismail bin Abi Khalid; Abu Nua’im dari Al-A’masy; Khallad bin Yahya dari Isa bin Thuhman; dan Ayyasy dan Isham bin Khalid yang meriwayatkan hadist dari Huraiz bin Utsman. Secara singkat, guru-guru mereka adalah Tabi’in.
2. Orang Lain yang Semasa dengan Kelompok Pertama.
Orang yang semasa dengan kelompok pertama ini mereka tidak mendengar dari kelompok Tabi’in yang tsiqah. Orang yang termasuk dalam kelompok ini antara lain; Adam bin Abi Iyas, Abu Mashar Abdul A’la bin Mashar, Said bin Abi Maryam, Ayyub bin Sulaiman bin Bilal dan lain-lain.
3. Tingkatan Paling Tengah.
Tingkatan ketiga ini merupakan tingkatan paling tengah di antara sekian banyak guru-guru Al-Bukhari. Mereka yang termasuk ke dalam klasifikasi tingkatan ini tidak bertemu pada tabi-in. Oleh karena itu, mereka hanya mendapatkan hadits dari kelompok Tabi’at-Tabi’in. Mereka yang termasuk dalam kategori ini antara lain; Sulaiman bin Harb, Qutaidah bin Said, Nua’im bin Hammad, Ali bin Al-Madini, Yahya bin Ma’in, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Ruhawaih, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Utsman bin Abi Syaibah dan sejenisnya. Pada tingkatan ketiga ini, Imam Muslim juga meriwayatkan hadis dari mereka.
4. Hampir Sama dengan Tingkatan Ketiga.
Tingkatan keempat ini mereka termasuk dalam tingkat ini pada dasarnya sama dengan tingkat ketiga dalam mendapatkan hadis. Letak perbedaannya, kalau tingkat ketiga lebih dahulu mendengar dan mendapatkan hadits daripada tingkatan keempat ini. Orang yang termasuk dalam klasifikasi ini antara lain; Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhuli, Abu Hatim Arrazi, Muhammad bin Abdirrahim Sha’iqah, Abd bin Humaid, Ahmad bin An-Nadhr dan ulama sekelasnya. Imam Al-Bukhari hanya meriwayatkan hadits dari kelompok tingkatan keempat ini apabila dia tidak mendapatkan hadis dari guru-gurunya yang berada di tingkat di atasnya, atau Imam Al-Bukhari tidak menjumpai hadist tersebut pada gurunya yang berada di level di atasnya.
5. Orang yang Hadisnya Dipakai untuk Pertimbangan dalam Menentukan Usia Perawi Hadis.
Tingkatan kelima ini, sekelompok orang yang hadisnya hanya dipakai pertimbangan dalam menentukan usia para perawi hadis maupun dalam jalur periwayatan hadis. Imam Al-Bukhari mengambil hadis dari kelompok ini karena adanya manfaat. Mereka yang termasuk dalam klasifikasi kelompok tingkat kelima ini antara lain; Abdullah bin Hammad Al-Amali, Abdullah bin Al-Ash Al-Khawarizmi, Husain bin Muhammad Al-Qabbani dan yang sejenisnya. Jumlah hadis yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dari guru tingkatan kelima ini jumlahnya sangat sedikit.
Wallahu Ta'ala A'lam