Jumat, 23 Maret 2018

Mengenal Maksud dan Pengertian Istidraj

Mengenal Maksud dan Pengertian Istidraj

Farid Nu'man Hasan dalam rubrik AqidahPada 02/11/15 | 13:13

Ilustrasi. (bombayoutdoors.com)

dakwatuna.com – Istidraj adalah kesenangan dan nikmat yang Allah berikan kepada orang yang jauh dari-Nya yang sebenarnya itu menjadi azab baginya apakah dia bertobat atau semakin jauh.

Sederhananya adalah, jika kita dapati seseorang yang semakin buruk kualitas ibadahnya, semakin tidak ikhlas, berkurang kuantitasnya, sementara maksiat semakin banyak, baik maksiat kepada Allah dan manusia, lalu rezki baginya Allah berikan melimpah ruah, kesenangan hidup begitu mudah didapatkan, tidak pernah sakit dan celaka, panjang umur, bahkan Allah berikan keluarbiasaan pada kekuatan tubuhnya. Maka, hati-hatilah bisa jadi ini adalah istidraj baginya, bukan karamah, secara beransur Allah menariknya dalam kebinasaan.

Yang seperti ini biasanya memang Allah berikan kepada orang-orang kafir dan ahli maksiat. Sebagaimana keterangan berikut:

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan. (Ali ‘Imran: 178)

Ayat lain:

Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al Mu’minun: 55-56)

Ayat lainnya:

Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan Perkataan ini (Alquran). nanti Kami akan menarik mereka dengan beransur-ansur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui, (Al Qalam: 44)

Ayat lainnya:

Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”. sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui. (Az Zumar: 49)

Tertulis dalam Tafsir Al Muyassar tentang ayat Az-Zumar 49 ini:

ولكن أكثرهم -لجهلهم وسوء ظنهم- لا يعلمون أن ذلك استدراج لهم من الله، وامتحان لهم على شكر النعم

Tetapi kebanyakan manusia –karena kebodohan dan buruknya prasangka mereka- tidak mengetahui bahwa hal itu merupakan istidraj dari Allah dan ujian bagi mereka agar mensyukuri nikmat. (Tafsir Al Muyassar, 1/464)

Hal ini juga dikabarkan oleh hadits Nabi dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ ” ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ} [الأنعام: 44]

Apabila engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba berupa nikmat dunia yang disukainya padahal dia suka bermaksiat, maka itu hanyalah istidraj belaka, lalu Rasulullah membaca: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Al An’am: 44). (HR. Ahmad No. 17311. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mentatakan: hasan. Lihat Ta’liq Musnad Ahmad No. 17311)

Begitulah istidraj.

Ada pun jika ada kenikmatan dunia diberikan kepada orang mu’min, shalih, ahli ibadah, bukan orang kafir dan ahli maksiat, maka itu merupakan nikmat Allah yang disegerakan baginya di dunia, atau bisa juga ujian untuk meninggikan lagi kedudukannya. Wallahu a’lam (farid/dakwatuna)


Farid Nu'man Hasan :Lahir di Jakarta, Juni 1978. Alumni S1 Sastra Arab UI Depok (1996 - 2000). Pengajar di Bimbingan Konsultasi Belajar Nurul Fikri sejak tahun 1999, dan seorang muballigh. Juga pengisi majelis ta'lim di beberapa masjid, dan perkantoran. Pernah juga tugas dakwah di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, selama dua tahun. Tinggal di Depok, Jawa Barat.

 

 https://www.dakwatuna.com/2015/11/02/76502/mengenal-maksud-dan-pengertian-istidraj/amp/



4 tanda orang yang celaka dan dibiarkan Tuhan

PERKARA HATI

Nikmatnya Berbagi

HATI

4 tanda orang yang celaka dan dibiarkan Tuhan

Dalam kitab Minhajul Muta’alim dijelaskan mengenai 4 tanda seseorang yang celaka yaitu :

Melupakan dosa-dosanya yang terdahulu, padahal bukti-bukti catatan dosa dosa seorang itu terpelihara dengan baik di sisiNya. Tidak ada yang ditambah atau dikurangi.Suka menuturkan amal bagusnya yang sudah lampau, padahal entah diterima atau tidak itu sama sekali tidak diketahuinya secara pasti.Suka membuat standar/tolok ukur dirinya kepada orang diatasnya dalam hal berusaha menghimpun harta dunia.Sedangkan dalam masalah ibadah atau keagamaan yang menjadi tolok ukur adalah orang dinawahnya.

Dengan demikian orang yang tidak celaka dan Allah sangat perhatian dan sayang kepadanya tentu menjadi kebalikannya yaitu :

 

Mengingat dosa masa lalu dengan penyesalan dan permohonan ampunMelupakan kebaikan masa lalu dan menganggapnya seakan-akan tidak pernah dilakukannyaSelalu memandang orang yang lebih tinggi dari dirinya dalam urusan agamaSelalu memandang orang yang lebih rendah dari dirinya untuk urusan dunia.

Point 1 dan 2 adalah bahwa tiada suatu perbuatan manusia yang luput atau tanpa melewati perhitunganNya. Allah akan mencatat kebaikan dan keburukan setiap orang dengan seadil-adilnya, tidak dilebihkan dan tidak dikurangi beserta bukti-bukti dari amalnya itu dengan jelas. bahwa Allah juga tidak membiarkan orang zalim dengan menunda datangnya siksa kepadanya. Hal ini sesuai dengan firmanNya sebagai berikut:

Firman Allah: …. dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan….(Yasin:  12)Firman Allah : Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? (Al Qiyamah: 36) Firman Allah : Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,(Ibrahim :42) 

Sementara point 3 dan 4 adalah senada dengan sabda Nabi Saw : ada 2 perkara yang siapa saja memilikinya, Allah akan mencatatnya sebagai orang yang pandai bersyukur dan penyabar. Dan siapa saja yang tidak memiliki keduanya, Allah tidak mencatatnya sebagai orang yang pandai bersyukur dan penyabar. Yaitu :

Siapa saja yang mengukur agamanya dengan orang yang lebih tinggi derajatnya kemudian mengikutinya dan mengukur dunianya dengan orang yang lebih miskin darinya, lalu dia bersyukur kepada Allah atas karunia yang diberikankepadanya. Maka Allah akan mencatat dia sebagai orang yang pandai bersyukur dan penyabar.Dan siapa saja yang mengukur agamanya dengan orang yang lebih rendah derajatnya dan mengukur dirinya dengan orang yang lebih kaya darinya, lantas bersedih atas dunia yang tidak didapatkannya. Maka Allah tidak mencatatnya sebagai orang yang pandai bersyukur dan penyabar (HR Tirmidzi)”

Wallahu a’lam

https://perkarahati.wordpress.com/2014/02/14/4-tanda-orang-yang-celaka-dan-dibiarkan-tuhan/

TABIAT YANG ADA PADA MANUSIA

TABIAT YANG ADA PADA MANUSIA

Tabiat adalah pembawaan dasar manusia. Tabiat sering pula disebut “watak”. Setiap orang tidak lepas dari tabiat atau watak, dan dialah yang sering dituding orang sebagai bagian kejiwaan manusia yang sulit diubah. Orang yang bertabiat buruk dimana saja suka berbuat buruk. Untuk mengubahnya tidak mudah karena harus melalui tahapan yang berat. 

Salah satunya adalah meninggalkan hubungannya dengan ikatan sosial yang dominan pada kejahatan. Bukan berarti tabiat jahat atau buruk tidak bisa dirubah. Suatu ketika tabiat buruk bisa di ubah asal mampu memperjuangkannya. 

Ada beberapa jenis tabiat yang diketahui terdapat dalam diri manusia, yaitu: 

1 Tabiat Bahimiyah 

Yakni tabiat binatang jinak yang memamah biak. Tabiat ini memiliki kedekatan dengan manusia untuk memperoleh keperluan pribadi, guna memenuhi nafsu sendiri. Kalau keperluannya tercapai maka sampailah dia ke batas tujuannya. Nafsu dan syahwatya selalu menjadi tujuan prioritas. Ketika itu pikiran sehat yang seharusnya dimiliki hilang sama sekali. Lalu yang bertentangan dengan norma kesusilaan yang diburu untuk memenuhi maksud dan tujuannya. Dengan begitu akal sehatnya dikuasai nafsu. 

2 Tabiat Sabu’iyah 

Yakni tabiat binatang binatang buas. Ia maunya menang sendiri, enak sendiri, mulia sendiri, terpuji sendiri. Ia tidak suka ada yang menyaingi. Karena itu kebaikan apa saja yang hendak sampai ke orang lain, dicegah menurut kemampuannya. Tabiat ini sangat erat dengan kedengkian, iri, hasud dan cemburu, manakala orang lain memperoleh nikmat. Singkatnya segala kesenangan menjadi miliknya, segala kesusahan menjadi milik orang lain. 

3 Tabiat Syaithaniyah 

Yakni tabiat setan. Tabiat ini gemar berusaha memperdayakan manusia. Ia suka memperngaruhi orang lain agar terperosok ke jurang kenistaan. Hampir segala waktu dikuasai tabiat ini untuk menyeret manusia menuju keburukan. Karena kebaikan yang dilakukan manusia berarti menyakiti dirinya, maka selalu diupayakan agar manusia terjauhkan daripadanya. 

4 Tabiat Rububiyah 

Yakni tabiat yang diwarnai dengan sifat-sifat ketuhanan. Tabiat ini cenderung memelihara segala perbuatan menuju keridhoan Allah. Ia melahirkan sifat belas kasih, ikhlas, kasih sayang, suka membela yang lemah, suka menyantuni dan segala sifat terpuji lainnya yang cenderung mendekat pada keridhoan Allah. 

Itulah empat macam tabiat yang salah satunya hampir dipastikan ada pada manusia. 

(Oleh: Drs Abu Zakki Akhmad)

Allah SWT berfirman:

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ نَسُوا اللّٰهَ فَاَنْسٰٮهُمْ اَنْفُسَهُمْ ۗ  اُولٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
wa laa takuunuu kallaziina nasulloha fa ansaahum anfusahum, ulaaa`ika humul-faasiquun

"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik."
(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 19)

http://ayatsucialquran.blogspot.co.id/2013/09/tabiat-yang-ada-pada-manusia_14.html?m=1