Jumat, 21 November 2014

Mengapa Orang Islam Harus Kaya...?

Mengapa Orang Islam Harus Kaya...?

Anda masih risih dengan kekayaan atau kata ‘kaya’? Nah, saya sarankan Anda baca dulu kalimat-kalimat di bawah ini: Kekayaan bukan segalanya. Kekayaan pun tak dapat menjamin kebahagiaan. Namun kekayaan adalah alat bantu yang memudahkan Anda dan keluarga Anda untuk lebih bahagia.

Kekayaan juga tidak otomatis membuat Anda lebih mulia. Namun kekayaan dapat membantu Anda memuliakan keluarga, sesama, dan agama. Ketika anak Anda sakit keras dan perlu biaya besar untuk berobat, barulah Anda sadar betapa pentingnya kekayaan.

Ketika istri Anda tengah bersalin dan perlu biaya besar untuk operasi, barulah Anda sadar betapa pentingnya kekayaan. Ketika orangtua Anda ingin berhaji dan mereka tidak mampu, barulah Anda sadar betapa pentingnya kekayaan.


Terlepas ada orang kaya yang tinggi hati dan rendah hati, pada kenyataannya hampir semua rumah ibadah, rumah sakit, dan sekolah dibangun oleh orang kaya. Merekalah yang menjadi tangan di atas.

Sebagian kita, begitu mendengar kata ‘miskin’, eh malah tersinggung. Padahal, daripada tersinggung, mending berubah. Tersinggung nggak ada duitnya, hehehe. Sebagian kita, begitu mendengar kisah orang-orang kaya, eh malah dengki. Padahal, daripada dengki, mending belajar. Dengki nggak ada untungnya, hehehe.

Percayalah, tidak ada yang salah dengan kata ‘miskin’. Hanya mereka yang bermental miskinlah yang tersinggung dengan kata ‘miskin’. Percaya pula, tidak ada yang salah dengan kata ‘pecundang’. Hanya mereka yang bermental pecundanglah yang tersinggung dengan kata ‘miskin’.

Ada yang ngomong, orang kaya susah masuk surganya. Ah, kata siapa? Kayak pernah masuk surga saja tuh yang ngomong, hehehe. Istri dan sahabat-sahabat Nabi kan kaya. Mana mungkin karena kaya, mereka jadi susah masuk surga!

Konon, sahabat Nabi yang terkaya, yaitu Abdurrahman bin Auf, masuk surga dengan merangkak (al-Kanz no.33500). Hadist ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnad (1/115), Ath-Thabary di dalam Al-Mu’jam Al-Kabir (1/29) dari jalan ‘Imarah bin Zaadzaan dari Tsabit Al-Bunany, dari Anas bin Malik. Menurut beberapa ulama, hadist ini sanadnya lemah dan muatannya mungkar.

Munculnya nama ‘Imarah bin Zaadzaan di dalam hadist ini membuat sanadnya lemah. Menurut Imam Ahmad, ‘Imarah telah meriwayatkan hadist-hadist mungkar dari Anas (Al-Jarh wat Ta’dil, Ibnu Abi Hatim 6/366). Sementara itu ImamAd-Daruquthny mengatakan hadist riwayat ‘Imarah ini lemah, sehingga tidak dianggap (Su’aalaat Al-Barqaany lid Daruquthny no. 375).

Sejenak, kita tinggalkan hadist itu. Mari kita amati jasa-jasa Abdurrahman bin Auf:
- Ia adalah segelintir sahabat Nabi yang berani bersedekah seratus persen.
- Ia hampir selalu menemani perjuangan-perjuangan Nabi di lapangan.
- Ia menyantuni veteran-veteran perang dan istri-istri Nabi setelah Nabi wafat.
- Ia berpakaian sederhana, sampai-sampai tiada bedanya ia dengan budaknya.
- Apakah mungkin orang sesoleh ini susah masuk surganya? Tidak mungkin!
- Bahkan seluruh ulama sepakat, ia adalah satu di antara sepuluh orang yang dijamin
masuk surga. Catat itu!
Dan ribuan tahun sebelumnya, inilah yang terjadi...
Nabi Ibrahim (Abraham) adalah orang kaya. Salah satu bukti kekayaannya, sekali berkurban saja, ia sanggup memberikan ratusan bahkan ribuan hewan kurban.

Nabi Sulaiman (Raja Salomo) pernah berdoa agar menjadi orang terkaya sepanjang sejarah dan doa itu dikabulkan oleh-Nya. Masih banyak lagi nabi-nabi yang kaya, di antaranya Nabi Yusuf dan Nabi Muhammad.

Jelaslah sudah, tidak ada yang salah dengan kekayaan. Asalkan Anda mampu mempertanggung-jawabkan ‘dari mana’ dan ‘ke mana’ kekayaan itu. Tentu saja, walaupun kaya, Anda tetap sederhana, rendah hati, dan murah hati.

Setelah membaca kalimat-kalimat di atas, saya berharap tersingkirlah mental block di benak Anda. Saya harap begitu. Hmm, apa jadinya kalau semua orang kaya? Ini tidak perlu dirisaukan. Kalaulah kita semua kaya, maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang dikuatkan lagi disegani. Dan bukan mustahil, bangsa lain lah yang akan bekerja untuk kita. Melalui kisah-kisah sukses orang kaya yang akan saya posting secara berseri selama bulan Maret ini, semoga dapat memotivasi dan menginspirasi Anda. Semoga kita semua sukses berjamaah. Aamiin...

Sumber: Dikutip dari ebook 3 Orang Kaya & Rahasia-Rahasia Mereka karya Ippho "Right" Santosa dengan sedikit editing.
 http://www.sholat-dhuha.info/2012/03/mengapa-orang-islam-harus-kaya.html#.VG6Rx2f7ZmE

Dahsyatnya Kekayaan Abdurrahman bin Auf Yang Jarang Diketahui

Tua kaya raya, mati masuk surga. Mungkin itulah ungkapan yang pas buat sahabat Abdurrahman bin Auf . Sahabat mulia yang dijanjikan surga, sekaligus pedagang kaya raya yang membangun kerajaan bisnisnya, kurang dari sepuluh tahun pasca hijrah.

Sosok Abdurrahman bin auf memang menjadi ikon tersendiri tentang kekayaan zaman sahabat. Dan kekayaan beliau bukan isapan jempol belaka. Pernah suatu ketika iring-iringan barang dagangnya yang mencapai 700 unta, sampai menggegerkan warga Madinah karena suara ribut yang dihasilkannya. Tapi sesungguhnya bukan itu saja, masih banyak lagi aset beliau yang sangat banyak, bahkan konglomerat jaman ini pun tak bisa menyainginya.

Jangan Cuma percaya aja kalau beliau sahabat yang kaya raya, tapi mari kita lihat coba menganalisa perkiraan total kekayaan beliau, dari beberapa riwayat tentang sejarah hidupnya dalam Kitab Asadul Ghoba. Semua untuk menambah keyakinan, bahwa sejarah orang Islam juga diwarnai sejarah orang-orang kaya !
Cara Pertama : Menghitung Infak beliau ketika masih Hidup dan Peninggalannya
INFAK BELIAU SEMASA HIDUP (yang terdokumentasikan)
1)Sedekah pertama 4.000 dinar (Rp 4,250,000,000)
2) Sedekah kedua 40.000 dinar (Rp 42,500,000,000 )
3) Sedekah ketiga 40.000 dinar (Rp 42,500,000,000)
4) Sedekah berupa Unta fisabilillah sebanyak 1.000 ekor (Rp 10,000,000,000 )
5) Tanah untuk Istri2 Rasulullah 40.000 dinar (42,500,000,000 )
Sehingga total perkiraan Infak Beliau saat masih Hidup Rp 141,750,000,000
HARTA BELIAU SAAT MENINGGAL
1) Berwasiat untuk fii sabilillah 50.000 dinar (Rp 53,125,000,000)
2) Berwasiat untuk para veteran Badr 40.000 dinar (Rp 42,500,000,000)
3) Berwasiat unta fii sabilillah 1.000 ekor (Rp 10,000,000,000 )
4) Hewan Ternak – unta 1.000 ekor (Rp 10,000,000,000 )
5) Kuda 100 ekor (Rp 1,000,000,000 )
6) Kambing 1.300 ekor (1,300,000,000 )
7) Ganti Hak waris untuk 4 istrinya 320.000 dinar (Rp 340,000,000,000)
Perkiraan Harta Tinggalan Beliau Rp 457,925,000,000
TOTAL PERKIRAAN ASET MINIMAL Rp 599,675,000,000 (Rp 600 Milyar)

Cara Kedua : Menghitung Ganti Waris untuk keempat Istrinya
Diriwayatkan bahwa keempat istri Abdurrahman bin Auf mendapatkan ganti hak waris sebesar 80.000 dinar (Rp 85 milyar) peristri, sehingga total ganti waris untuk keempat istrinya adalah Rp 340 Milyar. Nah, sesuai dengan hukum waris (melalui pendekatan perkiraan) bahwa jatah waris istri-istri adalah seperdelapan dari total warisan. Itu berarti angka Rp 340 M baru seperdelapan kekayaan total beliau. Sehingga asumsi minimalnya, kekayaan warisan beliau totalnya adalah Rp 340 M x 8 = Rp 2,72 Trilyun.
Nah! Baru tahu kan seberapa besar kekayaan Abdurrahman bin Auf ? Tapi sekali lagi, paparan di atas itu baru perkiraan MINIMAL, ada beberapa aset yang tidak bisa kami analisa karena tidak jelas berapa nilainya. Seperti: Diriwayatkan bahwa ketika beliau meninggal, masih ada peninggalan beliau yang berupa LOGAM EMAS YANG SANGAT BESAR! Bahkan mereka yang mencoba memotongnya dengan kapak pun tangannya menjadi pegal bengkak-bengkak! Bayangin aja sobat, segede apa tuh emas warisan Abdurrahman bin Auf.
Jadi kalau kita perkirakan sesuai analisa di atas, bahwa harta beliau berkisar antara Rp 600 Milyar hingga Rp 2,7 Trilyun, itu belum termasuk bongkahan emasnya! Bayangin pula, mana ada di dunia ini yang ketika meninggal bagi-bagi harta sampai sebesar itu ? Bahkan empat istri tercintanya pun langsung dapat ganti waris secara cash masing-masing 85 milyar !
Bukan itu saja, yang lebih membuat kita kagum bahwa beliau itu jelas tercatat mendapat jatah SURGA AWARD, yaitu nama beliau termasuk dalam sepuluh sahabat yang dijanjikan masuk surga oleh Rasulullah SAW ! Subhanallah, persis jargon anak muda zaman ini; tua kaya raya dan mati masuk surga ! Nah berani kaya ? harus berani mencontoh Abdurrahman bin Auf ; luar dalam.
Sumber: http://www.indonesiaoptimis.com

Sebuah renungan sebelum membangun Masjid Kita


Sebuah renungan sebelum mebangun Masjid Kita
Kalau kita mau bertafakur dan merenung akan kekuasaan Allah SWT yang Maha Besar, Maka bagi Allah tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Innama amruhui idza arada syaiaan nayakulahu kun fayakun. Dari tidak ada menjadi ada, dari  mati menjadi hidup kemudian mati kemudian dihidupkan kembali, Termasuk masjid ini , dulu tidak ada sertifikat sekarang Al Hamdulillah sudah ada serifikat, dulu orang menganggap tidak mungkin dibangun dengan biaya 1,2 M? Nyatanya Alhamdulillah perluasan yang ke arah Barat seluas 150m2 telah Allah kabulkan.
Dulu jamaah taraweh tidak tertampung diluar masjid, Al hamdulillah sekarang telah tertampung  hampir 2 kali ramadhan ini bisa salat jamaah di dalam masjid semua. Itulah kekuasaan Allah dan Rahmat yang diturunkan kepada kita. Semoga kita menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur atas nikmatnya. Amien
Dalam contoh nyata kekuasaan Allah SWT “masjid bisa dibangun oleh biaya seorang diri  seperti wakaf Masjid Zaenudin di Pantura”  atau “masjid lain di daerah Muarareja hanya dibangun oelh 10 orang saja bisa itupun bisa terjadi” ada juga ”Masjid di Jl Poso juga dibangun murni dari sumbangan warga setempat tanpa meminta sumbangan dari luar lingkungan warga, itu semua kekuasaan Allah”.
Hal itu bisa terjadi atas kehendak Allah SWT sebagai ibrah, pelajaran, akan kekuasaan Allah SWT. Jamaah bisa berharap seperti itu, cuma jangan bertanya siapa orangnya? Lebih bertanyalah kepada diri kita masing masing, apakah kita sendiri sebagai orangnya? Apakah Allah menurunkan orang lain? Terus kapankah Allah akan segera menentukan waktunya? Sebenarnya kalau Allah berkehendak “kun fayakun” semua bisa terjadi, karena hanya Allah SWT yang menggerakan hati manusia?
Kalau itu benar benar terjadi di masjid kita ini Fa Insya Allah jamaah tanpa susah meminta sumbangan, membuat proposal, tanpa merepotkan jamaah, tidak perlu pusing memikirkan kapan selesainya? Tidak perlu nyediakan makanan dan minuman untuk tukang ? Kita bisa berpikir kemungkinannya berapa persen terjadi? Masing-masing punya jawaban yang berbeda sesuai kondisi masing masing. Ada yang menjawab :
1.     sangat mungkin sekali,
2.     mungkin sekali,
3.     Mungkin,
4.     kurang memungkinkan,
5.     Tidak Mungkin,
6.     sangat tidak mungkin.
Kalau dalam kehidupan sekarang ada seorang bisa bangun rumah seharga 250-600 Jt , mungkin tidak? (jawabnya mungkin) Contoh di RW kita RW5 rumah di Pala Raya bisa laku terjual seharga 600 Jt. Sekarang masjid dibangun oleh kita, dibangun orang banyak, senilai 750 jt, mungkin tidak? Jawabnya insya Allah sangat mungkin sekali, Apalagi begitu banyak fadhilah dalam membangun masjid, karena masjid adalah Rumah Allah siapa yang membangun akan dibangunkan sebuah istana di surga.
Kita ingin hidup layak di dunia maka kita akan berusaha sekuat tenaga memiliki rumah, dengan cara mengontrak, membangun, atau membeli, baik dengan fasilitas KPR maupun kontan atau cash, semua dicoba dilakukan untuk mencapai tujuan hidupnya yang layak.
Ketika kita ingin mencapai bahagia di akhirat, maka kita akan berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala LaranganNya, dengan menegakkan salat 5 waktu dijaga dengan baik, termasuk bekal jariyah membangun masjid. Masing masing kita bisa mengukur untuk dunia kita,
1.     Sekarang kita bisa membangun investasi rumah senilai 200 juta, sedang investasi untuk akhirat hanya 5000 rupiah setiap jumatan? Maka Rp5000 jika dalam sebulan ada 5 jumatan , maka Rp5000x5 kita hanya berinfaq Rp25.000. Jika dalam satu tahun ada12bulan, maka Rp25000x12 kita berinfaq Rp 300.000 setahun.  Padahal infaq 300.000/200jtx100%=0,15%, infaq kita hanya 0.15% dari kewajiban minimal. Mestinya investasi akhirat kita minimal 2,5% dari 200 juta adalah 5juta
2.     Kita beli rumah dengan fasilitas KPR dulu seharga 7juta, sedang harga rumah sekarang 150 juta, Apakah kita sudah pantas dihadapan Allah hanya nyumbang 5000 setiap jumatan?
3.     Apalagi kita punya rumah 2 atau 3 apa pantas juga investasi akhirat hanya Rp5000?
4.     Ada jamaah yang protes saya beli rumah kan utang ustadz? mobil juga utang, motor juga utang gimana? Terus bayarane kan habis buat makan dan setoran?
5.     Kita berarti tidak bisa membagi amanah dari Allah berupa harta, disibukkan dengan setoran utang. Mestinya kita berhati-hati dalam syariat ini, misalkan kita dinilai bank mampu banyar cicilan 3jt perbulan ya mestinya sebelum mengiyakan dan tanda tangan bank, secara akhirat mestinya siap minimal 2,5% dari setoran setiap bulan diwakafkan ke masjid untuk pembangunan masjid, atau fakir miskin, dan atau mustahik yang berhak disekeliling kita sehingga hartanya berkah, dan selamat di akhirat
6.     Kalau Wakaf Fisabilillah Para sahabat mencontohkan Abu Bakar seluruh hartanya , umar ibnu khotob Ra separuh hartanya, ustman bin affan, abdurahman bi auf,dll nyumbang
7.     Hati kita diuji katanya cinta Allah nyatanya masih Cinta Harta?
8.     Cinta Allah nyatanya masih Cinta dunia ?
9.     Cinta Rasulullah nyatanya masih abot wakaf
Orang ingin surga tapi tidak ada amal untuk akhirat,
Orang ingin bahagia akhirat tapi yang diperbanyak hanya harta dunia,
Ingin bahagia di akhirat tapi yang dikejar fasilitas kemewahan,
hanya memperbanyak investasi tanah,
investasi properti,
investasi deposito,
investasi emas,
tapi investasi untuk akhiratnya ga imbang
Apakah cinta kita kepada Allah untuk membangun  masjid  infaq Rp5000 tiap jumatan sudah seimbang?
Sahabat Umar Ibnu Khotab berpesan Hasibu qobla an tuhasabu, hitunglah sebelum kita dihitung Allah di akhirat
1.            حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab,
2.            وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا timbanglah diri kalian sebelum (amal) kalian ditimbang,
3.            ، فَإِنَّهُ أَهْوَنُ فِي الْحِسَابِ غَدًا أَنْ تُحَاسِبُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ karena lebih ringan bagi kalian tatkala kalian dihisab kelak, jika kalian menghisab diri kalian sekarang.”
4.            Utsman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.
5.            Utsman bin Affan Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
6.            Utsman bin Affan mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya ekspedisi tersebut.
7.            Pada masa pemerintahan Abu Bakar,Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.