Senin, 21 Januari 2019

Tafsir Ibnu Katsir QS Adz-Dzariyat, ayat 52-60

Tafsir Surat Adz-Dzariyat, ayat 52-60

{كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ (52) أَتَوَاصَوْا بِهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ (53) فَتَوَلَّ عَنْهُمْ فَمَا أَنْتَ بِمَلُومٍ (54) وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ (55) وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58) فَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذَنُوبًا مِثْلَ ذَنُوبِ أَصْحَابِهِمْ فَلا يَسْتَعْجِلُونِ (59) فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ يَوْمِهِمُ الَّذِي يُوعَدُونَ (60) }

Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, "Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila.” Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. Maka berpalinglah kamu dari mereka, dan kamu sekali-kali tidak tercela. Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh. Maka sesungguhnya untuk orang-orang zalim ada bagian (siksa) seperti bagian teman-teman mereka (dahulu); maka janganlah mereka meminta kepada­Ku menyegerakannya. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang kafir pada hari yang diancamkan kepada mereka.

Allah Swt. menghibur hati Nabi-Nya, bahwa sebagaimana dikatakan terhadapmu oleh orang-orang musyrik itu, juga dikatakan pula oleh orang-orang yang mendustakan para rasul-Nya di masa lalu.

{كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ}

Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, "Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila.” (Adz-Dzariyat: 52)

Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:

{أَتَوَاصَوْا بِهِ}

Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu? (Adz-Dzariyat: 53)

Yakni apakah sebagian dari mereka saling berpesan dengan sebagian yang lain tentang ucapan itu?

{بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ}

Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. (Adz-Dzariyat: 53)

Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas, hati mereka sama saja. Karena itu, maka orang-orang yang terkemudian dari mereka mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang sebelum mereka. Maka Allah Swt. berfirman:

{فَتَوَلَّ عَنْهُمْ}

Maka berpalinglah kamu dari mereka. (Adz-Dzariyat: 54)

Yakni hai Muhammad, berpalinglah kamu dari mereka.

{فَمَا أَنْتَ بِمَلُومٍ}

dan kamu sekali-kali tidak tercela. (Adz-Dzariyat: 54)

Maksudnya, Kami tidak mencelamu dengan sikap tersebut.

{وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ}

Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. (Adz-Dzariyat: 55)

Yakni sesungguhnya yang dapat menerima manfaat peringatan itu hanya­lah orang-orang yang hatinya beriman. Kemudian Allah Swt. berfirman:

{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ}

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56)

Sesungguhnya Aku menciptakan mereka agar Aku memerintahkan mereka untuk menyembah-Ku, bukan karena Aku membutuhkan mereka.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.: melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni agar mereka mengakui kehambaan mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun terpaksa.

Demikianlah menurut apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Menurut Ibnu Juraij, makna yang dimaksud ialah melainkan supaya mereka mengenal-Ku.

Ar-Rabi' ibnu Anas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni kecuali untuk beribadah.

As-Saddi mengatakan bahwa sebagian dari pengertian ibadah ada yang bermanfaat dan sebagian lainnya ada yang tidak bermanfaat.

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Niscaya mereka akan menjawab, "Allah.” (Az-Zumar: 38; Luqman: 25)

Ini jawaban dari mereka termasuk ibadah. Akan tetapi, hal ini tidak memberi manfaat bagi mereka karena kemusyrikan mereka. Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini (Adz-Dzariyat: 56) adalah orang-orang mukmin.

*******************

Firman Allah Swt.:

{مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ. إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ}

Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Adz-Dzariyat: 57-58)

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ وَأَبُو سَعِيدٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: أَقْرَأَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي لَأَنَا الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam dan Abu Sa'id. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Abdur Rahman ibnu Yazid, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah membacakan ayat ini kepadanya dengan bacaan berikut, yaitu: Sesungguhnya Aku adalah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.

Imam Abu Daud, Imam Nasai, dan Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Israil. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.

Makna ayat, Allah Swt. menciptakan hamba-hamba agar mereka menyembah-Nya semata tiada sekutu bagi-Nya. Maka barang siapa yang menaati perintah ini, Dia akan membalasnya dengan balasan yang sempurna. Dan barang siapa yang durhaka kepada-Nya, maka Dia akan menyiksanya dengan siksaan yang keras. Dan Allah memberitahukan kepada mereka bahwa Dia tidak membutuhkan mereka, bahkan sebaliknya merekalah yang berhajat kepada-Nya dalam semua keadaan mereka. Karena Dialah Yang menciptakan mereka dan Yang memberi mereka rezeki.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا عِمْرَانُ -يَعْنِي ابْنَ زَائِدَةَ بْنِ نَشِيط-عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي خَالِدٍ -هُوَ الْوَالِبِيِّ-عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ اللَّهُ: "يَا ابن آدَمَ، تَفَرَّغ لِعِبَادَتِي أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى، وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِلَّا تَفْعَلْ مَلَأْتُ صَدْرَكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Imran (yakni Ibnu Zaidah ibnu Nasyit), dari Nasyit (yakni ayahnya), dari Abu Khalid Al-Walibi, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah menceritakan hadis qudsi, bahwa Allah Swt. telah berfirman: Hai anak Adam, tekunlah beribadah kepada-Ku, niscaya Kupenuhi dadamu dengan kekayaan dan Kututup kefakiranmu. Dan jika kamu tidak melakukannya, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak mau menutup kefakiranmu.

Imam Turmuzi meriwayatkannya —juga Ibnu Majah— melalui hadis Imran ibnu Zaidah. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.

وَقَدْ رَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ عَنْ وَكِيعٍ وَأَبِي مُعَاوِيَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ سَلَّامٍ أَبِي شُرحْبِيل، سَمِعْتُ حَبَّة وَسَوَاءً ابْنَيْ خَالِدٍ يَقُولَانِ: أَتَيْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَعْمَلُ عَمَلًا أَوْ يَبْنِي بِنَاءً -وَقَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ: يُصْلِحُ شَيْئًا-فَأَعَنَّاهُ عَلَيْهِ، فَلَمَّا فَرَغَ دَعَا لَنَا وَقَالَ: "لَا تَيْأَسَا مِنَ الرِّزْقِ مَا تَهَزَّزَتْ رُءُوسُكُمَا، فَإِنَّ الْإِنْسَانَ تَلِدُهُ أُمُّهُ أَحْمَرَ لَيْسَ عَلَيْهِ قِشْرَةٌ، ثُمَّ يُعْطِيهِ اللَّهُ وَيَرْزُقُهُ"

Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Waki', dari Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Salam ibnu Syurahbil yang mengatakan bahwa ia telah mendengar Habbah dan Sawa (kedua putra Khalid) mengatakan, "Kami datang kepada Rasulullah Saw. saat beliau sedang melakukan suatu pekerjaan atau sedang membuat suatu bangunan —menurut Abu Mu'awiyah sedang membetulkan sesuatu—. Lalu kami membantunya, dan setelah selesai, beliau Saw. mendoakan kami. Sesudah itu beliau Saw. bersabda: 'Janganlah kamu berdua berputus asa dari rezeki selama kepalamu masih dapat digerakkan. Karena sesungguhnya manusia itu dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan bayi merah tanpa mengenakan apa pun, kemudian Allah memberinya karunia dan rezeki'.”

Disebutkan dalam salah satu kitab Ilahi (samawi) bahwa Allah Swt. berfirman,

"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: ابْنَ آدَمَ، خَلَقْتُكَ لِعِبَادَتِي فَلَا تَلْعَبْ، وَتَكَفَّلْتُ بِرِزْقِكَ فَلَا تَتْعَبْ فَاطْلُبْنِي تَجِدْنِي؛ فَإِنْ وَجَدْتَنِي وَجَدْتَ كُلَّ شَيْءٍ، وَإِنْ فُتك فَاتَكَ كُلُّ شَيْءٍ، وَأَنَا أَحَبُّ إِلَيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ".

"Hai anak Adam, Aku menciptakanmu untuk beribadah kepada-Ku, makajanganlah kamu main-main. Aku menjamin rezekimu, maka janganlah kamu merasa lelah, dan carilah (karunia)-Ku, niscaya kamu akan dapat menjumpai (karunia)-Ku. Dan jika kamu menjumpai­Ku, berarti kamu mendapatkan segala sesuatu. Jika Aku terlewat olehmu, maka segala sesuatu terlewatkan darimu. Dan Aku lebih menyukaimu daripada segala sesuatu."

*******************

Firman Allah Swt.:

{فَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذَنُوبًا}

Maka sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada bagian. (Adz-Dzariyat: 59)

Yakni bagian dari azab atau siksa.

{مِثْلَ ذَنُوبِ أَصْحَابِهِمْ فَلا يَسْتَعْجِلُونِ}

seperti bagian teman-teman mereka (dahulu); maka janganlah mereka meminta kepada-Ku menyegerakannya. (Adz-Dzariyat: 59)

Artinya, maka janganlah kamu meminta akan Aku menyegerakannya terhadap kamu, karena sesungguhnya hal itu pasti akan terjadi.

{فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ يَوْمِهِمُ الَّذِي يُوعَدُونَ}

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang kafir pada hari yang diancamkan kepada mereka. (Adz-Dzariyat: 60)

Yaitu hari kiamat nanti.

آخِرُ تَفْسِيرِ سُورَةِ الذَّارِيَاتِ

http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-adz-dzariyat-ayat-52-60.html?m=1

Penjelasan Lengkap Habib Luthfi bin Yahya soal NKRI Sudah Syariah

Berita Berimbang Untuk Muslim Nusantara

 

 Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya atau akrab dipanggil Habib Luthfi mengatakan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah final. Selain itu, sejak dulu bentuk NKRI ini sudah syariah. Salah satu cirinya adalah bangsa ini mengusir Belanda, yang menjajah Indonesia.

"Mengusir Belanda, mengusir penjajah bagian dari syariah. Nggak usah dikasih embel-embel 'syariah' lagi," ucapnya saat Wawancara Eksklusif yang tayang di detikcom, Rabu, 2 Januari 2019.

Menurut Habib Luthfi, yang namanya berada di urutan ke-37 dari 500 tokoh muslim berpengaruh versi Pusat Studi Strategis Islami Kerajaan Yordania, syariah Islam melarang keras adanya penjajahan. Karena itu, putra-putra Indonesia di masa perjuangan berjuang agar penjajah pergi dari Nusantara.

"Syariah melarang keras adanya penjajahan di mana pun. Kami selaku anak bangsa selaku bangsa wajib untuk mengatasi hal tersebut supaya penjajah itu angkat kaki dari bumi yang diinjak yang bukan haknya," kata Habib Luthfi.

Setiap suku bangsa, Habib Luthfi melanjutkan, sudah mendapatkan jatah wilayah masing-masing. Misalnya, China di China, Arab di Arab, dan Indonesia di Indonesia. Terhadap putra-putra Indonesia, menurut Habib Luthfi, yang terpenting adalah sejauh mana mengenal pemberian Yang Mahakuasa tersebut.

"Dan bukti kita berterima kasih kepada Yang Mahakuasa itu apa, atas pemberiannya? Kalau kita mengerti atas pemberian Allah SWT pasti akan menghormati sekalipun sehelai rumput yang kering atau sebutir pasir," papar Habib.

Bagaimana jika ada yang menyuarakan NKRI dengan bentuk kekhalifahan?

Habib Luthfi bin Yahya tak mau menanggapi hal tersebut. Yang terpenting, dia mengingatkan masyarakat Indonesia menghormati presiden dan lembaga kepresidenan. Dia juga meminta masyarakat menghormati peraturan-peraturan yang telah dirintis para pendiri bangsa.

Menurut Habib Luthfi, jika bukan bangsa sendiri yang menghargai kepala negaranya, jangan salahkan jika negara lain juga tak menghormati Indonesia. "Efek kita tidak menghargai kepala negara, jangan dikira di luar (negeri) tidak berefek besar. Nah kita menjaga di sini. Siapa pun pemimpin negara ini, kita wajib menghargai secara kelembagaan," kata dia.

Sumber: Detik.com

 
Sumber : http://www.muslimoderat.net/2019/01/penjelasan-lengkap-habib-luthfi-bin.html#ixzz5dD2zQJPC

Dosen UIN Bandung ini Sebut Slogan "NKRI Harga Mati" Merusak Tauhid dan Harus Bertaubat

   Dosen UIN Bandung ini Sebut Slogan "NKRI Harga Mati" Merusak Tauhid dan Harus Bertaubat


 Rabu, Januari 17, 2018 

MusliModerat.net -  Pemilik akun Moeflich Hart yang diketahui merupakan salah satu Dosen UIN Bandung mengeluarkan statemen kontroversial soal slogan NKRI Harga Mati. Dia bilang slogan "NKRI Harga Mati" dapat merusak tauhid dan dapat menyebabkan syirik.


Nama aslinya Moeflich Hasbullah. Mueflich diketahui merupakan Dosen Sejarah Islam berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Dengan begitu gampangnya Moeflich menuduh slogan NKRI Harga Mati merusak tauhid dengan alasan simpel. NKRI harga mati katanya adalah kesiapan mati demi demi membela bentuk negara, dalam arti negara kesatuan, urusan administratif. Semua itu katanya urusan dunia. Bagus bagi non muslim. Tapi tidak bagi tidak bagi muslim.

"Bagi Muslim atau keyakinan Islam, kalimat atau slogan itu merusak tauhid. Siap mati demi selain Tuhan yaitu bentuk negara, itu namanya syirik. Kalau mau selamat di hadapan Allah di akhirat kelak, orang yang meyakini itu harus bertaubat," tulis Mueflich dalam status Facebooknya pertengahan Desember 2017 lalu.

Lihat Postingannya disini

Selain menuduh syirik orang yang berkeyakinan slogan NKRI Harga Mati, lelaki yang diketahui berasal Cimahi Bandung ini juga bilang slogan tersebut tidak pancasilais dan bertentangan dengan agama.

"NKRI harga mati" adalah slogan yang tidak pancasilais karena bertentangan dengan ajaran agama yang ada dalam prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa," katanya.

Mueflicth lantas mengajukan argumen bahwa yang harus dibela harga mati adalah agama. Seperti bilang bin rabah dulu yang rela mati demi agama. Dia lantas mempertanyakan dalil pembelaan terhadap negara dapat mengantarkan manusia ke surga.

"Keyakinan agamaku harga mati" adalah kesediaan mati demi membela keyakinan agama. Seperti Bilal bin Rabbah dulu ditindih batu besar dan merintih: "Ahad ... ahad ... ahad." Itu jihad karena itu membela keyakinan agama. Kematiannya syahid, pahalanya surga. Adakah keterangan agama membela bentuk negara pahalanya surga?" tulisnya.

Tanpaknya Mueflich satu diantara salah satu dosen yang berpandangan terlalu simpel dan tekstualis dalam memanadang Islam. Atau dia termasuk orang yang gagal paham terhadap esensi slogan NKRI Harga Mati? naudzubillah 

Sumber: Dutaislam.com

 Rabu, Januari 17, 2018  Cinta NKRI

Sumber : http://www.muslimoderat.net/2018/01/dosen-uin-bandung-ini-sebut-slogan-nkri.html#ixzz5dD19c0GQ