Senin, 20 Maret 2023

Nabi Musa AS Saat Sakit Gigi yang Ditegur Allah

Tawakal Nabi Musa AS Saat Sakit yang Ditegur Allah SWT  

Allah SWT mengingatkan Nabi Musa agar berikhtiar saat sakit
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ujian sakit tidak hanya datang pada manusia biasa, namun juga pada para nabi. Salah satu nabi yang pernah mendapat ujian sakit tersebut ialah Nabi Musa AS.

Pada saat beliau sakit, Allah SWT memintanya untuk bertawakal atau berserah diri kepada Allah SWT. Namun, seperti apa tawakal yang dimaksud? 
Dikisahkan, tatkala Nabi Musa tertimpa suatu penyakit, orang-orang Bani Israil menjenguknya. Saat mereka mengetahui jenis penyakit yang diderita Nabi Musa, mereka menyarankannya untuk meminum obat tertentu agar bisa sembuh.

Namun, saat itu Nabi Musa menjawab, "Saya tidak akan minum sampai Allah SWT menyembuhkan penyakit saya tanpa meminum obat." Seperti dikisahkan dalam buku berjudul "365 Kisah Teladan Islam" karya Ariany Syurfah, penyakit Nabi Musa tak kunjung sembuh lantaran enggan meminum obat.
Hingga kemudian, Allah menurunkan wahyu kepadanya. "Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menyembuhkanmu sampai engkau mengobati dirimu sendiri dengan obat yang mereka sebutkan."

Kemudian, Nabi Musa berkata kepada orang-orang Bani Israil agar mengobatinya dengan obat yang mereka sebutkan. Lalu, mereka segera mengobatinya dan Nabi Musa pun sembuh.
Nabi Musa sempat protes dalam hatinya. Namun, Allah kemudian berfirman lagi. "Apakah dengan tawakalmu (penyerahan dirimu) itu engkau hendak menghancurkan kebijakan-Ku? Adakah selain-Ku yang mampu memberikan manfaat pada obat, tumbuh-tumbuhan, dan berbagai benda lainnya?" Dengan demikian, tawakal atau penyerahan diri kepada Allah SWT pun harus disertai dengan usaha yang nyata. 

Sebab, Islam memerintahkan supaya tidak pernah melupakan kewajiban berikhtiar, karena Allah telah menyediakan obat untuk setiap penyakit.  
Tentunya, ikhtiar itu harus dibarengi dengan permohonan atau doa kepada Allah SWT.

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً فَتَدَاوَوْا وَلَا تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, Allah menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia telah menetapkan bagi setiap penyakit obatnya. Maka, janganlah berobat dengan perkara yang haram." (HR Abu Dawud).
Ustadz Ukasyah Habibu Ahmad dalam bukunya berjudul "Jangan Asal Sabar" mengatakan, bahwa berobat hanyalah sarana atau wujud ikhtiar manusia dalam memohon pertolongan-Nya. Sebab, kesembuhan itu sendiri datang karena izin dan pertolongan Allah.
Nabi Ibrahim AS pun mengakui bahwa hanya Allah yang dapat menyembuhkan penyakit. Sebagaimana dalam Alquran surah Asy-Syu'araa ayat 80 yang berbunyi: وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
"Dan, apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku."
Syekh Nawawi al-Bantani mengisahkan dalam kitab Fathul Majid, bahwa suatu hari, Nabi Musa mengadukan sakit gigi yang dideritanya kepada Allah. Lalu, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk mengambil beberapa helai rumput di suatu tempat. "Letakan rumput itu ke gigimu yang nyeri," seru Allah kepada Nabi Musa. 
Allah SWT mengingatkan Nabi Musa agar berikhtiar saat sakit.
Setelah mengikuti perintah Allah, sakit gigi beliau pun reda dan sembuh. Setelah beberapa waktu berlalu, sakit giginya kembali kambuh. Tanpa mengadu kepada Allah terlebih dahulu, Nabi Musa langsung menuju padang rumput yang pernah didatanginya itu.
Dia lantas mengobati giginya seperti yang pernah dilakukannya. Namun, bukannya sembuh, sakit giginya justru semakin parah. Kemudian, Nabi Musa bermunajat kepada Allah SWT. "Tuhanku, bukankah Engkau memerintahkanku dan menunjukkan kepadaku untuk ini?” tanya Nabi Musa.
Allah lantas menjawab, "Aku-lah penyembuh. Aku-lah pemberi kebaikan. Aku-lah yang mendatangkan mudharat dan Aku pula yang mendatangkan kemaslahatan. Pada sakitmu yang pertama, kau mendatangi-Ku dan karenanya Aku sembuhkan penyakitmu. Tetapi, kali ini kau langsung mendatangi rumput itu, bukan mendatangi-Ku."

Dari kisah tersebut, dapat dipetik pelajaran, bahwa ketika kita terimpa penyakit, kita perlu berikhtiar mencari obat untuk mengobati penyakit yang diderita. Akan tetapi, hendaknya tidak berhenti pada ikhtiar saja. Manusia hendaknya menyerahkan urusan kesembuhan penyakit itu kepada Allah dan memohon kepada-Nya agar diberi kesembuhan.