Rabu, 13 Juli 2022

kisah sufyan al-Tsauri kecemplung sumur

Bagaimana Kisah Sufyan Al-Tsauri, Guru Imam Syafi’i Tentang Ikhlas? Ini Penjelasan Lengkap Gus Baha


 kisah Sufyan Al Tsauri tentang ikhlas yang disampaikan oleh Kh. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha.

Nama Gus Baha mungkin sudah tidak asing lagi, Gus Baha adalah seorang Ulama yang dalam berceramah sangat sederhana dan mudah dipahami.

Dalam tausyiahnya kali ini, Gus Baha menceritakan kisah Sufyan Al-Tsauri tentang Ikhlas, yang dilansir dari YouTube Sampul Dakwah beberapa waktu lalu. 

Dikisahkan bahwa Sufyan Al-Tsauri merupakan guru dari Imam Syafi'i dan Ulama-ulama terkemuka lainnya. Ia memiliki banyak santri atau murid yang telah berguru padanya.

Suatu ketika Sufyan Al-Tsauri jatuh ke dalam sumur, sumurnya tidak begitu dalam. Namun setiap ada orang mau menolongnya ia akan selalu bertanya dan tidak mau ditolong oleh orang-orang yang pernah mengaji dengannya.

Bukan tanpa alasan, Sufyan Al-Tsauri tidak mau ditolong oleh murid-muridnya karena memiliki kekhawatiran bahwa mereka yang menolongnya itu merupakan imbalan karena ia telah mengajari mereka mengaji.

Hingga pada akhirnya ada seorang muridnya yang pintar namun agak kurang ajar. Ia mencari orang kampung yang tidak pernah mengaji dengan Sufyan Al-Tsauri, karena Sufyan tidak mau ditolong siapa pun. 
Muridnya tersebut mengatakan kepada orang kampung itu bahwa ada seseorang yang jatuh ke sumur, kemudian minta untuk ditolong.

"Pernah ngaji dengan saya?" Tanya Sufyan Al-Tsauri pada orang kampung yang menolongnya tersebut.

"Sama kamu saja enggak kenal, mau ngaji apa?" Jawab orang tersebut.

Kemudian Sufyan Al-Tsauri mau ditolong oleh orang tersebut, karena orang tersebut ikhlas menolong orang yang jatuh ke dalam sumur, sehingga Sufyan tidak merasa bahwa pertolongan tersebut adalah kompensasi dari ia mengajar ngaji. 

"Paling ekstrem dalam bab itu (ikhlas mengajar) adalah Sufyan Al-Tsauri," ucap Gus Baha.***

 

Menuju Allah Walau Tak Sempurna

Menuju Allah Walau Tak Sempurna
   

Bismillahirrahmanirrahim

Dalam beribadah kita kadang merasa tidak sempurna. Merasa ada saja yang kurang dari ibadah kita. Merasa dan bertanya tanya apakah sholat kita diterima atau tidak. Bagaimana cara mengatasi perasaan was was seperti itu dibahas lugas oleh KH. Ahmad Bahauddin Nursalim, atau akrab disapa Gus Baha dalam ceramahnya pada video YouTube, channel Santri Gayeng yang berjudul Ibadah Itu Tidak Harus Dipaksa Ikhlas.

Beliau mengatakan memiliki perasaan seperti itu oleh Mazhab Syadzili, pasti akan diamuk atau disalahkan. Sebab bicara seperti itu kata beliau termasuk syirik. Kita tidak perlu memaksakan diri untuk ibadah dengan sempurna sebab sejak awal Allah sudah mengetahui ketidaksempurnaan kita. Biar bagaimanapun dengan ibadah kita seperti itu setan kesal sebab kita sudah mau bersujud. Dalam sholat menyebut Allahu Akbar, membesarkan nama Allah dalam takbir. Setelah itu bersujud meskipun saat sujud teringat hutang bahkan berdoa ingin jabatan. Namun saat itu setan sudah kesal melihat kita sudah mau bersujud. Gus Baha berujar di zaman akhir seperti ini tetap ada orang yang bersujud itu patut disyukuri. Biar bagaimanapun kita ditakdir sujud itu pemberian dari Allah Maka harus benar benar disyukuri.

Maka dari itu beramal sedikit tapi yakin bahwa itu anugerah dari Allah. Itu lebih baik daripada beramal banyak tapi merasa salah. Di zaman sekarang ada orang yang membaca Alquran meskipun ada yang keliru patutlah dimaklumi. Sementara dalam doa berkata minta diberikan kemanisan Alquran dalam setiap hitungan hurufnya. Sebenarnya tidak seperti itu juga, sebab mungkin kalau perjuznya masih memungkinkan. Karena kalau perhurufnya pasti tidak semua terbaca sebabnya, kita tidak pernah sempurna. Tapi di zaman akhir kita sudah sukses membuat setan kesal dengan di zaman akhir seperti ini kok masih ada orang sujud, bersedekah, dan membaca Alquran. Oleh karena kita harus yakin kalau itu semua pemberian Allah.

Gus Baha berkisah hal itu bisa diibaratkan misalkan di saat Saya ketemu Rukhin saya beri dia nasi saja tanpa tempenya. Lalu Rukhin terlihat makan dengan asyik, padahal ini jauh dari sempurna. Tidak ada lauknya tidak ada gizi  4 sehat 5 sempurna. Lalu Rukhin memakan dengan terlihat senang maka saya juga menjadi senang.
https://youtu.be/fJBCOuPENFA

3.40 memaksakan sempurna tadhoyyub bil ibadah, taharrus bil ibadah ibadah dianggap problem

Sama juga saat kita diberi keadaan bisa melaksanakan ibadah shalat. Bentuk sholat yang diberikan kepada kita ya seperti itu. Ingat hutang, ingat uang, lalu sholatnya juga belum tentu benar. Tapi itu pemberian Allah. Kita harus bersyukur banyak orang diluar kita yang tidak sholat. Ya sudah maka keadaan itu kita syukuri saja. Itu lebih baik daripada kita memaksakan sempurna. Karena jika kits memaksakan sempurna setelah sholat lalu mengeluh sehingga tidak sempat berterima kasih kepada Allah, sudah diberi petunjuk.

*Jika memaksakan sempurna maka anda menganggap ibadah menjadi suatu masalah dan musykillah. Menjadi sesuatu yang menjengkelkan sesuatu yang tidak mengenakkan. Akhirnya anda mensifati ibadah sebagai problem dan itu adalah cita citanya setan.*

Maka *menurut Imam Syafi'i jika ada orang ibadah tapi memaksa ikhlas maka sebaiknya tidak perlu memaksa ikhlas*. Karena jika memaksa ikhlas maka bisa menyebabkan anda tidak melakukan ibadah tersebut. Karena jika tidak melakukan maka itu meninggalkan amal. Meninggalkan amal merupakan cita cita setan.

Maka kata ulama terdahulu ada ungkapan datanglah kepada jalan Allah meskipun dengan pincang, dengan terseok Seok. Tapi anda sudah benar dengan tetap menuju ke jalan Allah SWT. Misalkan dipanggil Allah, Rukhin kemarilah, meskipun belum mandi, meskipun pincang, meskipun belum siap juga tetaplah datang. Biar bagaimanapun jika dipanggil tetaplah datang.

Jangan banyak alasan seperti tetapi saya belum mandi, belum merapikan diri belum sempurna. Memaksakan sempurna itu masalah, karena iya jika kesampaian, namun kalau tidak?.

Gus Baha bertutur, Nah maka saya kenang dari Mbah Nafi salah satu Guru Gus Baha adalah di awal mulai mau mengajar, sebenarnya Gus Baha tidak mau mengajar karena takut salah. Mbah Nafi berkata lalu bagaimana jika kamu takut salah. Gus Baha mengatakan saya tidak berani mengajar. Gus Nafi menimpali lalu kamu bagaimana ingin benar terus?.  Iya, jawab Gus Baha. Kamu ingin benar selalu memangnya kamu ini seorang Nabi atau bagaimana?. Setelah peristiwa itu Saya setuju Mbah Nafi tentang hal itu sebab tidak ada orang yang tidak pernah salah. Memang siapa yang tidak pernah salah, tutur Gus Baha


Kita tidak pernah sempurna karena kita manusia. Manusia lekat dengan ketidaksempurnaan sebab kita adalah mahluk tak seperti Allah yang Maha Sempurna. Seperti dalam hal merawat istri benar atau salah, tentu terkadang salah. merawat anak terkadang salah. Tidak memberi haknya guru juga salah. Jadi dimana saja kita potensinya salah. Sehingga jika anda tidak melakukan ibadah karena ingin sempurna itu saja merupakan suatu keangkuhan. Memang kita siapa ingin sempurna.

Apalagi jika sholat was was dengan mengulang ulang takbir karena merasa belum hadir. Apakah Allah butuh hadirmu, engkau tidak hadir saja Allah tidak mengapa. Maka tidak usah was was langsung saja takbir Allahu Akbar. Paling tidak di dalam hatimu berkata Allahu Akbar Gusti, secara fakta memang benar bahwa Engkau yang Maha Besar, soal hati saya salah ya sudah biarkan, ujar Gus Baha

Tidak usah memikirkan sholat saya diterima atau tidak. Sudah sholat saja sudah keren, sebab setan melihat kita sujud saja sudah kesal. Setan melihat kita sujud itu menangis dan berkata wahai Bani Adam kalau Kalian mau bersujud maka kalian mendapat jatah surga, di saat dahulu aku disuruh sujud tidak mau maka aku dapat jatah neraka, maka setanpun menangis.

Kita sudah bisa membuat setan menangis, jangan lalu masih merasa ya Allah apakah sujudku diterima atau tidak. Lama lama bertanya Apakah ibadahku diterima atau tidak. Apa gunanya sujud kalau tidak diterima. Gus Baha mengatakan, Lah orang kok tidak tahu gunanya sujud, itu neraka. Ciri khasnya manusia itu sujud sungkeman kepada Allah. Karena jika memaksa diterima jadi bertanya apa gunanya sujud. Maka hiraukan saja mubaligh yang berkata apa gunanya sujud kalau tidak ingat Allah, apa artinya sholat kalau tidak khusyu. Sholat itu artinya ingat Allah, meski hatinya tidak ingat tetap ada ritual yang menunjukkan kita tadzim atau patuh kepada Allah SWT.

Seperti orang NU yang di pecinya ada tulisan Nahdlatul Ulama. Pasti orang yang melihatnya sudah berfikir itu hal baik  Apalagi jika ada tulisan Laa Ilaha illaLlah Muhammadar RasuluLlah. Pasti setan berfikir wah di pecinya ada tulisan Laa Ilaha illaLlah Muhammadun RasuluLlah. Begitu saja sudah lumayan (Menunjukkan ghiroh atau semangat dalam beragama Islam)

Jadi orang ingin sempurna itu sudah termasuk satu kesalahan atau keangkuhan. Maka dalam kitab Hikam karangan Ibnu Atthaillah Assakandari diantara munajatnya kepada Allah adalah Ya Allah bagaimana perilaku saya tidak baik toh awal awal perilaku ini anda yang memberikan. Kamu bisa sholat dan membaca Alquran itu kehendak Allah.

Sekarang Kita bisa mengaji itu kehendaknya Allah, lalu tidak bagus bagaimana?. Kita sholat itu karena dikehendaki Allah. Setelah itu kamu mengeluh: ibadahku diterima atau tidak. Meminta diterima saja itu berarti menuruti nafsu. Kamu ingin diterima itu ujung ujungnya pasti ingin masuk surga bukan. Ingin mengeloni bidadari dan itu termasuk pornoaksi dan pornografi.

Tapi jika kamu benar benar hamba Allah yang sesungguhnya disuruh sujud ya sudah sujud saja. Sebab itu simbol ketundukan kita kepada Allah SWT. Terima kasih ya Allah Engkau sudah mentakdirkan saya sujud, sudah begitu saja, tidak usah memikirkan diterima atau tidak. karena itu keangkuhan jika karena ingin masuk surga

Jika anda termasuk hamba Allah yang sebenarnya maka "Masuklah ke dalam golongan hamba-Ku, maka kamu akan masuk ke surga-Ku". Ciri utama Ubudiyah atau hamba itu adalah sungkeman atau tunduk kepada Allah SWT. Maka sujudlah kepada Allah. Jadi meskipun ibadah hanya sedikit tapi kita harus yakin bahwa itu rahmatnya dari Allah.

Mengatakan Yaa Allah saya yang begini saja engkau takdir sholat, saya yang begini saja engkau takdir kan membaca Alquran yang keutamaannya seperti itu maka patut disyukuri. Sebab kitab yang paling utama adalah Alquran. Diturunkan lewat malaikat Jibril dan ada 70 ribu panitia dari malaikat. Jadi anda tidak usah berfikir, ketika saya membaca Alquran sayangnya saya tidak paham. Saya membaca Alquran sayang tidak hadir tidak bisa menangis. Kita patut bertanya memangnya kita ini Syekh Abdul Qadir Aljailani apa?, kok ingin sempurna.

Maka berjalanlah menuju Allah walaupun dengan pincang atau terseok-seok. Maksudnya datanglah menuju Allah walaupun dengan segala keterbatasan kita. Pokoknya butuhnya kepada Allah menuju Allah dan karena Allah.