Selasa, 27 November 2018

Keindahan Islam

بِسْمِ اللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

"Setiap orang boleh diambil perkataannya dan boleh pula ditolak, kecuali perkataan penghuni qubur ini" (sambil menunjuk kearah makam Nabi SAW). [Pesan Imam Malik]---"Tidak boleh diterima perkataan seseorang jika berlawanan dengan sunnah Rasulullah SAW." [Pesan Imam Syafi'i]---"Apabila telah shah satu hadits, maka itulah madzhabku." [Pesan Imam Syafi'i]--- Tambahan Artikel Renungan: Renungan Jumat

Kunci kemakmuran suatu Negeri adalah Penduduknya yg Bertakwa

Tidak dapat dipungkiri, manusia diciptakan sebagai kholifah dan pemakmur bumi ... 
Namun pernahkah dibayangkan, apa yang dilakukan Manusia dalam memakmurkan Bumi
Yang terjadi malah Manusia melakukan kerusakan di Bumi ini ... 
Tipu-menipu, saksi palsu, fitnah2, curang, perilaku lesbian,  gay,  biseksual, transgender dan masih banyak lagi kerusakan yang dilakukan Manusia ... 
Sengaja meninggalkan Sholat, meninggalkan Puasa di Bulan Romadlon, tidak mau berzakat, dan tidak mau berhaji padahal ia mampu ... 
Sengaja menghalangi Manusia dari jalan Allah, dan berharap agama Allah dibelokkan dari jalanNya yang lurus ... 
Jalan yang sesuai dengan apa2 yang dicontohkan Nabi SAW dan para Sahabat Beliau ... 

Apa hubunganya mengenai perilaku manusia dengan kerusakan atau musibah di Bumi
Perlu diingat, yang menumbuhkan pohon, menjadikan gempa, yang menjadikan siang dan malam, yang membuka pintu-pintu rizki hanyalah Allah, bukan manusia ... 
Manusia hanya memanfaatkan fasilitas yang diberikan Allah ... 
Kalau Manusia durhaka dan ingkar kepada Allah, maka apakah yang terjadi dengan Bumi ini ? 

Begitu juga sebaliknya, andaikan penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pastilah Allah akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi ... 
Akan dibukakan pintu rizki yang arah datangnya tidak terduga, lagi membawa berkah ... 
Setiap usaha yang dilakukan Manusia, akan membawa berkah, karena ketakwaan mereka ... 

Namun, sayang sekali, kebanyakan Manusia mendustakan ayat-ayat atau tanda-tanda kekuasaan Allah ... 
Maka Allah akan menyiksa mereka disebabkan perbuatannya, dengan apa yang disebut manusia dengan Bencana Alam ... 
Gempa bumi, banjir merata, tanah longsor, kesulitan dalam mencari rizki yang halal, dan masih banyak lagi ... 
Namun kebanyakan Manusia mengingkari, bahwa semua itu peringatan yang berupa adzab kepada Manusia ... 
Yang mereka katakan, "Sesungguhnya gempa bumi itu datangnya menurut siklus tertentu, dan merupakan gejala alam biasa ..." 
Subhanallah, betapa besar pengingkaran mereka ...

Ingatlah, Allah adalah penguasa waktu,  ada 2 cara yang penulis ketahui dari perbuatan Dia:
1. Dia mengetahui kedurhakaan hambaNya di suatu waktu tertentu.  Lalu Dia persiapkan segala sesuatunya,  jauh sebelum kejadian itu. Dia membuat patahan bumi secara bertahap, tanah yang gembur secara perlahan dll,  jauh hari sebelumnya.  Hingga pada saat hari H-nya (yakni kehancuran yang telah Dia tetapkan,  karena kedurhakaan hamba2Nya itu) , Dia kirimkan bencana itu,  bisa berupa gempa bumi,  tanah longsor dlsb. Namun kebanyakan manusia menganggapnya sebagai kejadian alam biasa dengan siklus tertentu. Padahal yang sesungguhnya terjadi, itu adalah perbuatanNya!  Dia sanggup mempercepat atau menunda bencana sekehendakNya. Karena Dialah pemilik waktu yang lalu,  sekarang dan yang akan datang.
Dia sanggup mempersiapkan segalanya jauh sebelum kejadian,  hingga kebanyakan manusia menganggapnya sebagai suatu peristiwa alam biasa.
2. Dia berkehendak melakukan sesuatu diluar hukum kebiasaanNya sendiri. Yakni dianugerahkan kepada para Nabi,  berupa mukjizat yang luar biasa. Hingga nampak jelas kekuasaanNya bagi semua makhluqNya. Tidak terlihat sebagai gejala alam biasa,  namun luar biasa. Namun,  sayang sekali, kebanyakan manusia malah menganggapnya sebagai sihir.!

QS 7. Al A'raaf:96 

وَلَوأَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوْاْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلأَْرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَـٰهُمْ بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ 

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. "

Bab: Cemas dengan Perolehan Rejeki?
Sesungguhnya rejeki itu seperti ajal ...
Telah ditetapkan dalam diri tiap2 makhluq sejak Roh ditiupkan kedalam dirinya ...
Jika ia lari menghindari rejeki, maka rejeki itu akan mengejarnya, seperti seseorang yang lari menghindari Al Maut, namun Al Maut tetap saja mengejarnya ...
Jika makhluq itu sambat perolehan rejekinya lambat, maka ketahuilah, Al Maut juga bisa lambat datangnya ...
Jika makhluq itu sambat perolehan rejekinya sedikit sehingga ia sengsara, maka ketahuilah, Al Maut juga bisa sengsara datangnya ...
Jika makhluq itu menyangka usahanya pasti dapat mendatangkan banyak rejeki, maka ketahuilah, Al Maut juga bisa tidak segera datang, walaupun makhluq itu menghendaki kematian ...

Karena itu, wahai makhluq, janganlah mengejar rejeki secara serampangan, namun carilah dengan cara yang baik ...
Atau kalau Anda meninggalkan rejeki itu karena memilih ibadah, maka ketahuilah, rejeki itu yang akan mengejarmu, jika rejeki itu memang bagianmu ...

Jangan takut rejekimu disabotase orang lain, karena rejekimu tidak akan bisa pindah ke orang lain, jika rejeki itu memang bagianmu ...
Namun takutlah ibadahmu kurang, karena tidak ada satupun orang lain yang bersedia beribadah untuk dirimu ...!
Segala sesuatu dari rejeki yg engkau dapatkan, itulah bagianmu ...
Dan segala sesuatu dari rejeki yg luput dari perolehanmu, itu memang bukan bagianmu ...
Buat apa kecewa, sedih, dongkol, cemas dan lebay, kalau memang bukan bagian dari rejekimu ...?

Anda mengenal Al Maut, dan sudah pasti Anda akan berusaha menghindari Al Maut, hingga Anda ke dokter ketika sakit, Anda berjalan di pinggir jalan supaya tidak tertabrak mobil, dan Anda berhenti ketika kereta api lewat didepan Anda ...
Demikian juga dengan perolehan rejeki, tentu Anda akan berusaha mencari rejeki, dan tidak hanya berpangku tangan dalam mencari rejeki ...

Itulah persamaan antara Rejeki dan Al Maut ...!

Hadis riwayat Abdullah bin Masud Radhiyallahu’anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. sebagai orang yang jujur dan dipercaya bercerita kepada kami:
Sesungguhnya setiap individu kamu mengalami proses penciptaan dalam perut ibunya selama empat puluh hari (sebagai nutfah). Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula. Selanjutnya Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat perkara yaitu:
Menentukan rezekinya, 
Ajalnya, 
Amalnya, serta 
Apakah ia sebagai orang yang sengsara ataukah orang yang bahagia. 
Demi Zat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya salah seorang dari kamu telah melakukan amalan penghuni surga sampai ketika jarak antara dia dan surga tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga ia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah ia ke dalam neraka. Dan sesungguhnya salah seorang di antara kamu telah melakukan perbuatan ahli neraka sampai ketika jarak antara dia dan neraka tinggal hanya sehasta saja namun karena sudah didahului takdir sehingga dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga. (Shahih Muslim No.4781)

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.[Hud/11:6].

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rizkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rizki kepadanya juga kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [al Ankabut/29:60].

Apakah itu Rejeki?

هُوَ كُلُّ مَا تَنْتَفِعُ بِهِ مِمَّا اَبَاحَهُ اللهُ لَكَ سَوَاءٌ كَانَ مَلْبُوْسٌ اَوْ مَطْعُوْمٌ … حَتَّى الزَّوْجَة رِزْق، الاَوْلاَدُ وَ البَنَاتُ رِزْقٌ وَ الصِّحَةُ وَ السَّمْعُ وَ العَقْلُ …الخ

“Segala sesuatu yang bermanfaat yang Allah halalkan untukmu, entah berupa pakaian, makanan, sampai pada istri. Itu semua termasuk rezeki. Begitu pula anak laki-laki atau anak peremupuan termasuk rezeki. Termasuk pula dalam hal ini adalah kesehatan, pendengaran dan penglihatan.”
(Rumaysho.Com juga dari hasil mengaji dengan Prof. Dr. KH, Husein Aziz sekitar tahun 1993 yl)

Sesungguhnya segala sesuatu yang halal, bermanfaat dan kita habiskan di Dunia ini, itulah rezeki, sehingga rezeki bisa berupa:
1. Pakaian yang kita pakai hingga rusak
2. Makanan yang kita makan hingga habis
3. Istri yang mendampingi kita hingga wafat
4. Anak laki-laki atau anak perempuan kita
5. Kesehatan
6. Pendengaran dan penglihatan
7. Harta yang kita sedekahkan dijalan Allah
8. Tanah, rumah, pekarangan yang kita wakafkan dijalan Allah
Itu semua termasuk rezeki kita.

Yang bukan termasuk rezeki, namun malah menjadi bumerang/siksaan yang sangat dahsyat:
1. Pakaian yang tidak kita pakai, namun rusak karena terlalu lama di simpan.
2. Makanan yang kita tidak kita makan, dan mubazir.
3. Istri yang menjadikan kita tidak syukur nikmat kepada Allah
4. Anak laki-laki atau anak perempuan kita yang durhaka dan menentang Allah, RasulNya dan kita
5. Harta yang kita habiskan untuk sesuatu yang sia-sia, meskipun murah atau sedikit, seperti beli petasan, mercon, kembang api dan narkoba
6. Harta yang kita peroleh dengan cara haram, misalnya korupsi, memalak, merampok, mencuri dan mencopet.
7. Tabungan, deposito, giro, dan saham yang kita tinggalkan karena kita wafat, itu milik ahli waris.
8. Tanah, rumah, pekarangan yang tidak kita manfaatkan dijalan Allah. Termasuk juga yang kita wariskan (ketika kita wafat) itu juga sebenarnya bukan milik kita, itu sudah menjadi harta milik ahli waris.

Ada yang bertanya, "bagaimana dengan perolehan rejeki yang haram?"
Jawaban:
Sesungguhnya rejeki itu adalah segala sesuatu yang halal yang kita manfaatkan dan habiskan di dunia ini untuk kepentingan kita, baik itu untuk tujuan dunia (makan, minum pakaian) ataupun akhirat (sedekah, wakaf, infaq).
Harta adalah bagian dari rejeki, karena rejeki itu sangatlah luas, seperti terdapat pada keterangan sebelumnya.
Jika harta itu haram, tentunya bukan dari bagian rejeki kita. Lho mengapa? Karena harta itu tidak bisa kita manfaatkan untuk kebaikan tubuh kita di dunia ini apalagi di akhirat kelak. Daging yang tumbuh dari rejeki yang haram adalah bagiannya Neraka, sedangkan sedekah dari sesuatu yang haram adalah tertolak !.

Andaikan seseorang telah korupsi hingga trilyunan rupiah, maka sesungguhnya itu juga bukan hartanya. Apakah mungkin ia seorang diri bisa menghabiskan harta trilyunan rupiah, apalagi harta itu adalah harta yang haram, yang jelas2 daging yang tumbuh dari yang haram adalah bagiannya Neraka.
Sisa harta haram yang ditinggalkannya itu menjadi milik ahli warisnya. Sehingga dapat dikatakan ia mewariskan harta yang haram dan menjadikan keluarganya menjadi bagian dari siksa Neraka ...
Dan itu bukanlah rejeki, dan ia tidaklah mewariskan rejeki kepada keluarganya, namun mewariskan Neraka ...
Na 'udzubillahi min Dzalika ...

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ صَلاةً بِغَيْرِ طَهُورٍ ، وَلاَ صَدَقَةً مِنْ غُلُولٍ

"Allah tidak akan menerima shalat seseorang tanpa berwudlu (bersuci), dan tidak akan menerima sedekah dengan harta ghulul (curian/korupsi, merampok, palak, mencopet dll)" [HR. Muslim]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا أَدَّيْتَ زَكَاةَ مَالِكَ فَقَدْ قَضَيْتَ مَا عَلَيْكَ، وَمَنْ جَمَعَ مَالًا حَرَامًا ثُمَّ تَصَدَّقَ مِنْهُ لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيهِ أَجْرٌ وَكَانَ إِصْرُهُ عَلَيْهِ

"Jika engkau telah menunaikan zakat hartamu maka engkau telah melaksanakan kewajiban dan barang siapa yang mengumpulkan harta dari jalan yang haram, kemudian dia menyedekahkan harta itu, maka sama sekali dia tidak akan memperoleh pahala, bahkan dosa akan menimpanya". [HR. Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân dalam Shahihnya]

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ

"Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari makanan haram." [HR. Ibn Hibban dalam Shahîhnya]

Dari Ka’ab bin ‘Ujrah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحتٍ إلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَولَى بِهِ

"Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, tidaklah daging manusia tumbuh dari barang yang haram kecuali neraka lebih utama atasnya." [HR. Tirmidzi]

Kata السحت dalam hadits di atas maksudnya adalah semua yang haram dalam segala bentuk dan macamnya, seperti hasil riba, hasil sogokan, mengambil harta anak yatim dan hasil dari berbagai bisnis yang diharamkan syari’at.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَوْفِي رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ خُذُوْا مَا حَلَّ وَدَعُوْا مَا حَرُمَ.

“Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam mencari nafkah. Karena sesungguhnya seseorang tidak akan mati hingga sempurna rizkinya. Meskipun (rizki itu) bergerak lamban. Maka, bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam mencari nafkah, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram”.[HR Ibnu Majah no. 2144, Ibnu Hibban no. 1084, 1085-Mawarid, al Hakim (II/4), dan Baihaqi (V/264), dari Sahabat Jabir Radhiyallahu ‘anhuma. Dishahihkan oleh al Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah al Ahadits ash-Shahihah no. 2607.]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan penjelasan tentang rizki ini dengan perumpamaan yang sangat mudah dipahami, dan setiap orang hendaknya dapat mengambil pelajaran darinya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ؛ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا.

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Dia akan memberi kalian rizki sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung, yang pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang”.[Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (I/30 dan 52), at-Tirmidzi no.2344, Ibnu Majah no. 4164, Ibnu Hibban no. 730, Ibnul Mubarak di dalam kitab az-Zuhd no. 559, al-Hakim (IV/318), al Baghawi dalam Syarhus-Sunnah no. 4108, Abu Nu’aim dalam kitab al Hilyah (X/69), dan lain-lainnya. Dari Sahabat ‘Umar bin al Khaththab. At-Tirmidzi berkata,”Hasan shahih.” Al Hakim juga menilai hadits ini shahih, dan disetujui oleh adz-Dzahabi]

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berjalan mencari maisyah (pekerjaan/usaha) untuk mendapatkan rizki. Allah Ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Dia-lah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. [al-Mulk/67:15].

Rizki akan mengejar manusia, seperti maut yang mengejarnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

إِنَّ الرِّزْقَ لَيَطْلُبُ الْعَبْدَ كَمَا يَطْلُبُهُ أَجَلُهُ.

“Sesungguhnya rizki akan mengejar seorang hamba seperti ajal mengejarnya”.[HR Ibnu Hibban (1087-Mawarid) dan lainnya, dari Sahabat Abud-Darda’. Hadits ini memiliki penguat dari Sahabat Jabir yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul-Auliya`. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah al-Ahadiits ash-Shahihah no. 952]
----------------------------------------------------

Bab: Susahnya Mencari Rejeki hingga Disibukkan dengan Dunia
Ada yang mengatakan, “Mencari yang haram saja susah, apalagi yang halal!”, sehingga ia berlaku korup, menipu, transaksi riba, pergi ke dukun dan cara lain yang diharamkan.

QS. al-Baqarah: 268

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir, korup, menipu, transaksi riba, atau pergi ke dukun dll); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.

Atau mereka meninggalkan yang haram, namun karena mengkhawatirkan dirinya fakir, maka ia-pun tenggelam dengan kesibukan mencari penghasilan, hingga menelantarkan kewajiban dan ketaatan kepada Allah. Ketika itu, berarti ia telah mentaati setan dan mempercayai ancaman setan. Padahal, karakter setan itu ‘kadzuub’, pendusta.
Berapa banyak dari kita yang menghabiskan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memikirkan dan memburu harta. Di hari-hari biasa mereka sibuk belajar ilmu duniawi, yang lain lagi hanya fokus dengan bisnis duniawi, sementara hari libur dipergunakan untuk rekreasi. Lantas kapan mereka sempatkan belajar ilmu syar’i, kapan pula mereka pikirkan nasib ukhrawi?.
Bagaimana masuk akal ketika seseorang menyiapkan bekal untuk hidup selama 60 atau 70 tahun dengan bekerja seharian, namun mereka melupakan bekal untuk akhirat yang lamanya tak berujung?

Padahal, rejeki itu mutlak dalam kekuasaan Allah. Dia memberi atau menahan rejeki bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya dan mencegah siapapun yang Dia kehendaki. Meski dengan cash flow yang meyakinkan, rencana yang jitu, peluang yang menjanjikan, tetap saja Allah yang menjadi Penentu,

أَمَّنْ هَٰذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ ۚ بَلْ لَجُّوا فِي عُتُوٍّ وَنُفُورٍ

“Atau siapakah dia yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?” (QS. al-Mulk: 21)

Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi n, bahwa beliau bersabda,

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِى أَمْلأْ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ وَإِلاَّ تَفْعَلْ مَلأْتُ يَدَيْكَ شُغْلاً وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, “Wahai Anak Adam, luangkanlah olehmu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi dadamu dengan kekayaan, dan aku tutup kefakiranmu. Jika tidak, niscaya Aku akan penuhi tanganmu dengan kesibukan, dan tidak Aku tutup kefakiranmu.” (HR Tirmidzi, al-Albani mengatakan “shahih”)
---------------------------------------------------

Bab. Siapakah yang Beruntung dan Terbaik disisi Allah?

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْمُكْثِرِينَ هُمُ الْمُقِلُّونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، إِلاَّ مَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ خَيْرًا ، فَنَفَحَ فِيهِ يَمِينَهُ وَشِمَالَهُ وَبَيْنَ يَدَيْهِ وَوَرَاءَهُ ، وَعَمِلَ فِيهِ خَيْرًا

Sesungguhnya orang-orang yang memperbanyak (harta) adalah orang-orang yang menyedikitkan (kebaikannya) pada hari Kiamat, kecuali orang yang Allâh Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadanya kebaikan, lalu dia memberi kepada orang yang di sebelah kanannya, kirinya, depannya, dan belakangnya; dan dia berbuat kebaikan pada hartanya (HR. al-Bukhâri, no. 6443; Muslim, no. 94)

al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Yang dimaksudkan dengan ‘memperbanyak’ adalah dengan harta, dan ‘menyedikitkan’ adalah dengan pahala akhirat. Ini (terjadi) pada diri orang yang memperbanyak harta, akan tetapi dia tidak memenuhi sifat dengan yang ditunjukkan oleh pengecualian setelahnya, yaitu berinfaq”. [Fathul Bari 18/261]

"Sesungguhnya orang-orang yang memiliki banyak harta, adalah orang-orang yang sedikit kebaikannya pada hari Kiamat, kecuali yang menggunakan hartanya itu di jalan Allah"
Kebanyakan orang yang memiliki banyak harta, menggunakan hartanya itu untuk hal2 yang mubah (kalau tidak mau dikatakan haram). Beli mobil mewah, motor mewah, atau motor yang bagus. Dan mereka menginfakkan hartanya, kecuali hanya sekedarnya saja.
Bandingkan dengan mukmin yang memiliki harta cuman jutaan atau bahkan jauh lebih kecil dari itu, namun berinfak jauh lebih banyak dari itu, padahal mereka termasuk miskin.
Orang2 mukmin tersebut tidak terlena oleh kehidupan dunia, mereka lebih mementingkan perintah Allah, daripada kebutuhan dirinya sendiri. Tidak jarang mereka mengalami kesulitan2 dalam dunianya, karena perbuatannya itu namun karena cintanya kepada Allah, mereka tidak menggubrisnya.
Memang tidak berdosa mukmin yang menggunakan hartanya untuk kemegahan dirinya, selama tidak menyalahi syariat Islam. Namun mukmin yang seperti itu, pahalanya kelak diakhirat jauh lebih sedikit daripada Mukmin yang miskin, atau Mukmin yang kaya namun menggunakan kekayaannya dijalan Allah.
----------------------------------------------------

janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil 




Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat

“Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah:42) Dan dirikanlah shalat, tunaikanlab zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah:43)

Melalui firman-Nya ini Allah melarang orang-orang Yahudi dari kesengajaan mereka mencampuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan, serta tindakan mereka menyembunyikan kebenaran dan menampakkan kebatilan. “Dia berfirman, janganlah kamu mencampuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan. Dan janganlah kamu menyembunyikan kebenaran itu sedang kamu mengetahui.”

Dengan demikian Dia melarang mereka dari dua hal secara bersamaan serta memerintahkan kepada mereka untuk memperlihatkan dan menyatakan kebenaran. Oleh karena itu, dari Ibnu Abbas, adh-Dhahhak menjelaskan ayat ini, ia mengatakan, artinya janganlah kalian mencampuradukkan yang hak dengan yang batil dan kebenaran dengan kebohongan.

Sementara Qatadah mengatakan, Dan janganlah kamu mencampuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan.” Artinya janganlah kalian mencampuradukkan antara ajaran Yahudi dan Nasrani dengan ajaran Islam sedang kalian mengetahui bahwa agama Allah adalah Islam.

Sedangkan mengenai firman-Nya, “Dan janganlah kamu menyembunyikan kebenaran itu sedang kamu mengetahui.”

Muhammad bin Ishak meriwayatkan dari Muhammad bin Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “Artinya, janganlah kalian menyembunyikan pengetahuan yang kalian miliki mengenai kebenaran Rasul-Ku dan juga apa yang dibawanya, sedangkan kalian mendapatkannya tertulis dalam kitab-kitab yang berada di tangan kalian.” Boleh juga ayat tersebut berarti, sedangkan kalian mengetahui bahwa dalam tindakan menyembunyikan pengetahuan tersebut mengandung bahaya yang sangat besar bagi manusia, yaitu tersesatnya mereka dari petunjuk yang dapat menjerumuskan mereka ke neraka jika mereka benar-benar mengikuti kebatilan yang kalian perlihatkan kepada mereka, yang dicampuradukkan dengan kebenaran dengan tujuan agar kalian dapat dengan mudah menyebarluaskannya ke tengah-tengah mereka. Al-Kitman artinya penyembunyian, lawan kata penjelasan dan keterangan.

Firman-Nya, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku.”

Mengenai firman Allah swt- kepada ahlul kitab; wa aqiimush shalaata (“Dan dirikanlah shalat,”) Muqatil mengatakan, artinya, Allah swt. memerintahkan mereka untuk mengerjakan shalat bersama Nabi “Dan tunaikanlah zakat,” artinya, Allah memerintahkan mereka untuk mengerluarkan zakat, yaitu dengan menyerahkannya kepada Nabi “Dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’,” artinya Allah menyuruh mereka untuk ruku’ bersama orang-orang yang ruku’ dari umat Muhammad, maksudnya Dia berfirman, ikutlah bersama mereka dan bagian dari mereka.

Mengenai firman-Nya, “Tunaikanlah zakat,” Mubarak bin Fudhalah meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, katanya: “Pembayaran zakat itu merupakan kewajiban, yang mana amal ibadah tidak akan manfaat kecuali dengan menunaikannya dan dengan mengerjakan shalat.”

Sedangkan firman-Nya: “Dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’. “Artinya, jadilah kalian bersama orang-orang mukmin dalam berbuat yang terbaik, di antara amal kebaikan yang paling khusus dan sempurna itu adalah shalat. Banyak ulama yang menjadikan ayat ini sebagai dalil yang menunjukkan kewajiban shalat berjama’ah. Dan insya Allah, kami akan menguraikannya dalam Kitab al-Ahkam.

untung sugiyarto


Orang-orang Terbaik Menurut Rasulullah

Orang-orang Terbaik Menurut Rasulullah

Mahbib, NU Online | Kamis, 09 November 2017 18:30

Khutbah I

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Jika seseorang bertanya kepada kita tentang siapa orang-orang terbaik, tentu kita harus menjawab pertanyan itu berdasarkan petunjuk Rasulullah SAW.  Beliau telah menyebutkan kelompok orang-orang terbaik sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hadits beliau sebagai berikut: 

Pertama, orang terbaik adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari sebagai berikut: 

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Rasulullah SAW tidak saja mengajurkan kita belajar Al-Qur’an, tetapi juga mendorong  siapa saja supaya mau mengajarkannya kepada orang lain.  Artinya seseorang sesungguhnya tidak cukup jika hanya berhenti pada belajar Al-Qur’an. Ia sebaiknya juga mengajarkannya kepada orang lain setelah cukup menguasainya. Oleh karena itu dalam belajar Al-Qur’an sebaiknya hingga sampai tingkat mahir, yang  tidak saja  mahir membacanya, tetapi juga mahir memahami kandungannya, dan bahkan mahir mengamalkan isinya. Bukankah al-Quran bukan sekedar bacaan, tetapi sekaligus harus diamalkan karena merupakan kitab suci sebagai petunjuk dari Allah SWT bagi seluruh kaum Muslimin.   

Kedua, orang terbaik adalalah orang yang paling baik sikapnya terhadap keluarganya. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi sebagai berikut: 

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” 

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Rasulullah SAW memberikan suri teladan bagaimana sebaiknya seorang suami bersikap kepada keluarganya. Beliau mengatakan bahwa beliau adalah orang yang paling baik sikapnya terhadap keluarga. Ini artinya untuk menjadi suami yang baik, kita bisa mengikuti beliau. Sayyidah Aisyah RA menuturkan bahwa Rasulullah SAW sebagai seorang suami banyak melayani keluarga seperti  menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Beliau bahkan menjahit pakaian sendiri, mengesol sandal sendiri, memerah susu kambing sendiri, hingga berbelanja ke pasar untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan sebagainya. Oleh karena itu, sebagaimana sabda beliau diatas, orang terbaik adalah orang yang paling baik sikapnya terhadap keluarganya.    

Ketiga, orang terbaik adalah orang yang  paling bisa diharapkan kebaikannya dan paling sedikit keburukannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi sebagai berikut:

خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ

Artinya: “Sebaik-sebaik kalian adalah orang yang (paling bisa) diharapkan kebaikannya  dan (paling sedikit) keburukannya hingga orang lain merasa aman.”

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Setiap orang memiliki sisi baik dan sisi buruk. Orang terbaik adalah orang yang sisi kebaikannya jauh lebih besar dari pada sisi keburukannya hingga orang lain merasa aman di sampingnya. Dengan kata lain orang terbaik adalah mereka yang, di satu sisi, dapat memberikan manfaat besar kepada orang lain, di sisi lainnya, dapat mengendalikan potensi buruknya hingga banyak orang merasa aman dan tenang di dekatnya karena terhindar dari peri laku buruknya.  

Keempat, orang terbaik adalah orang yang  memberikan makanan kepada orang lain. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad sebagai berikut:

خَيْرُكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang memberikan makanan.” 

Makanan sesungguhnya dibagi menjadi dua, yakni makanan jasmani dan makanan ruhani. Makanan jasmani adalah seperti nasi, roti, buah dan sebagainya yang berguna untuk pengembangan diri yang bersifat fisik atau material. Sedangkan makanan ruhani adalah seperti ilmu, nasihat, dan sebagainya yang berguna untuk pengembangan diri yang bersifat mental spiritual.  Maka orang terbaik berdasarkan hadits ini adalah mereka yang bersedia memberikan makanan, baik jasmani maupun ruhani, kepada orang-orang yang membutuhkan demi menjaga keberlangsungan hidup dan kesehatan mereka baik jasmani maupun ruhani.

Kelima,  orang terbaik adalah orang yang paling baik dalam membayar hutang. Hal ini sebagaimana ditegaskan beliau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim sebgai berikut: 

 خَيْرُكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً 

Artinya:“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang.”

Fakta membuktikan bahwa tidak setiap orang bisa menepati janji-janjinya terkait dengan hutang-hutangnya kepada orang lain. Maka ada dua macam pembayar hutang, yakni pembayar yang baik dan pembayar yang tidak baik. Pembayar yang baik adalah mereka yang bisa menyelesaikan kewajiban hutangnya sesuai waktu yang telah disepakati, atau bahkan lebih awal dari itu. Pembayar hutang yang tidak baik adalah  mereka yang tidak disiplin, seperti para pengemplang dan sebagainya, hingga sering membuat marah orang yang telah berbaik hati memberikan pinjaman. 

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Mungkin kita bertanya, apakah orang-orang terbaik itu hanya sebatas mereka yang telah disebutkan diatas? Jawabnya, tentu saja tidak sebab masih ada kelompok orang lain yang juga termasuk orang-orang terbaik sebagaimana pertanyaan seorang Arab Badui kepada Rasulullah SAW sebagai berikut:

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ : مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

Artinya: “Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?” Beliau menjawab: “Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.”(HR: Tirmidzi) 

Jadi, orang-orang terbaik sesungguhnya tidak dimonopoli oleh kelompok orang tertentu, tetapi terbuka lebar bagi siapa saja tanpa memandang latar belakang ataupun bidang-bidang tertentu sebab substansi dari hal ini adalah tentang seberapa besar kebermanfaatan seseorang kepada orang lainnya secara nyata sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW dalam haditsnya yang diriwayatkan dari Jabir berikut:  

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).” 

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Mudah-mudahan apa yang telah saya uraikan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya pribadi dan para jamaah Jumat pada umumnya. Apapun profesi, asal usul  dan status sosial kita, semoga kita semua dapat memberikan manfaat sebesar-sebesarnya kepada orang sebanyak-banyaknya. Amin ya rabbal alamin.   

جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا 

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ.  إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta

Setiap Kebaikan adalah sedekah 1 Ù€ 

Akhlaq yang Baik (bagian ke-1): Setiap Kebaikan adalah Sedekah

A. Setiap Kebaikan adalah sedekah

1 ـ  
عن جابر بن عبد الله ـ رضي الله عنهما ـ عن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قال :” كل معروفٍ صدقة ”. رواه البخاري ، ومسلم .

Dari Jabir bin Abdullah RA, dari Nabi Muhammad saw bersabda: “Semua kebaikan itu adalah sedekah.” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Penjelasan:

كل معروف
Setiap ٍKebaikan yang lahir dari manusia dalam bentuk perbuatan aktif, atau meninggalkan perbuatan tertentu. Dicatat pahala sedekah baginya.

Kebaikan adalah semua yang diketahui berdasarkan dalil syar’i termasuk dalam amal kebaikan. Maka termasuk dalam al ma’ruf itu adalah nafkah kepada keluarga, senyum berwajah cerah ketika berjumpa dengan saudaranya, memberi minuman, sadaqoh tenaga untuk pembangunan masjid, menyingkirkan duri di jalan, menahan untuk tidak melakukan keburukan adalah salah satu bentuk kebaikan.

2 ـ 
عن أبي موسى الأشعري ـ رضي الله عنه ـ قال : قال النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ : ” على كل مسلم صدقة . قالوا : فإن لم يجد ؟ قال فيعمل بيديه ، فينفع نفسه ، ويتصدق . قالوا : فإن لم يستطع ، أو لم يفعل ؟ قال : فيعين ذا الحاجة الملهوف : قالوا : فإن لم يفعل ؟ قال : فيأمر بالخير ـ أو قال بالمعروف . قال : فإن لم يفعل ؟ قال فليمسك عن الشر ، فإنه له صدقة “

Dari Abu Musa Al Asy’ariy RA berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Setiap muslim harus bersedekah.” Para sahabat bertanya: “Jika tidak memiliki sesuatu untuk bersedekah?” Jawab Nabi: “Bekerja dengan tangannya, sehingga bermanfaat bagi dirinya dan bersedekah.” Para sahabat bertanya lagi: “Jika tidak mampu atau tidak melakukannya?” Jawab Nabi: “Membantu orang yang memerlukan yang mengharapkan bantuan.” Para sahabat bertanya lagi: “Jika tidak mampu?” Jawab Nabi: “Menyuruh yang baik –atau ma’ruf.” Ada yang bertanya lagi: “Jika tidak mampu?” Jawab Nabi: “Hendaklah menahan diri dari keburukan, karena sesungguhnya itu adalah shadaqah.”

Penjelasan:

Sabda Nabi Muhammad SAW: 
فيعمل بيده فينفع
Bekerja dengan tangannya, pekerjaan apa saja yang bisa dikerjakannya seperti : kerajinan tangan, dagang, dll.

لنفسه 
Bisa membiayai diri sendiri dan orang yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga tidak meminta-minat kepada orang lain.

ويتصدق 
Dan bersedekah sehingga bermanfaat bagi orang lain, dan berpahala.

فإن لم يستطع ، أو لم يفعل
Jika tidak mampu melakukannya, atau tidak mengerjakannya karena malas. Ada keraguan perawi.

Jawab Nabi:
 فيعين 
maka membantu dengan ucapan atau perbuatan, atau kedua-duanya.

ذا الحاجة الملهوف 
Orang yang memerlukan, teraniaya, meminta pertolongan, berduka, atau dalam kesulitan.

فإن لم يفعل ” ذلك عجزاً ، أو كسلاً 
Jika ia tidak melakukannya karena tidak mampu atau malas?
Jawab Nabi:

 فيأمر بالخير أو قال بالمعرو 
menyuruh yang baik atau yang ma’ruf, perawi hadits ini ragu.

Ar Rhaghib berkata: Al Ma’ruf adalah nama untuk semua perbuatan yang dikenal baik menurut syariah maupun akal sehat. Maka semua yang ma’ruf adalah baik.

قال 
Berkata salah seorang sahabat yang ada ketika Rasulullah menyampaikan hal ini.  Jika tidak mampu? Jawab Nabi:

 فليمسك عن الشر فإنه له صدقة
Hendaklah ia menahan diri dari perbuatan buruk. Karena sikap ini adalah sedekah baginya.

Dari hadits ini dapat diambil pelajaran anjuran bersedekah dengan harta, tenaga, setidaknya menahan diri dari perbuatan buruk, dan menjaga kehormatan diri dari meminta-minta.

Dari hadits ini dapat pula diambil pelajaran anjuran berbuat kebaikan semaksimal mungkin. Dan bahwa seseorang yang telah berniat melakukan kebaikan kemudian mengalami kesulitan hendaklah berpindah kepada kebaikan lainnya. Karena semua perbuatan baik adalah ma’ruf, dan semua yang ma’ruf adalah sedekah.

Konten ini telah dimodifikasi pada 3 Maret 2019 06.33 pm

https://majlisdzikirnurulabror.blogspot.com/2018/11/setiap-kebaikan-adalah-sedekah-1.html?m=1

dakwatuna.com.