Kamis, 30 April 2020

ajaibnya ayat Allah teng bumi

ajaibnya ayat Allah teng bumi mpun cukup, mboten perlu  wali munggah langit mirsani kekuasaane Allah. Nyamuk cilik niku wonten urate, cilik tur wonten bolongane, wonten urate, wonten ususe, ana kumane (ludahe nyamuk ana viruse arane dengue), coba pemahat dikon nggawe *patung nyamuk* cilike podo nyamuk? 😇 senajan sekolahe teng amerika inggris ga bisa, *Allah ora isi nggawe perumpamaan sekecil nyamuk atau lebih kecil dari nyamuk*

Senin, 27 April 2020

Air Nabeez, Infused Water

Resep Air Nabeez, Infused Water Favorit Rasulullah yang Sehat

Ramadan Masa Kini Baik dikonsumsi untuk sahur atau berbuka puasa nih

Air nabeez adalah air rendaman (infused water) kurma atau kismis. Kurma atau kismis yang dimasukkan ke dalam wadah tertutup yang sudah berisi air masak, dan direndam semalaman untuk diminum keesokan paginya.

Air nabeez ini merupakan minuman kesukaan Rasulullah SAW lho. Biasanya, beliau merendam kurma atau kismis di dalam wadah tertutup selama 12 jam. Kemudian, airnya diminum dan buah kurma yang sudah lembut langsung ditelan tanpa mengunyah terlebih dahulu.

Pada dasarnya, air nabeez ini sama seperti infused water kekinian. Bedanya, bahan yang diambil sarinya bukan buah-buahan segar seperti strawbery atau lemon melainkan kurma.

Yuk, simak cara membuat air nabeez yang benar.

1. Alat dan bahan yang harus disiapkan

Sebelum membuat air nabeez, ada beberapa bahan yang harus dipersiapkan terlebih dahulu:

Ambil beberapa butir kurma atau kismis, sebaiknya dalam jumlah ganjilSiapkan wadah atau gelas tertutupSiapkan juga air putih matang

2. Cara membuat air nabeez kurma

Cara pembuatannya air nabeez cukup mudah, berikut langkah pembuatannya:

Tuangkan air matang ke dalam wadahMasukkan kurma yang sudah dibuang bijinya, dan carik-carik isi kurmaTutup wadah yang sudah dimasukkan kurmaDiamkan selama 8-12 jamAir nabeez siap dinikmati

https://www.idntimes.com/food/recipe/rizna-m-hidayah/cara-membuat-air-nabeez-infused-water-favorit-rasulullah-yang-sehat-c1c2

Jumat, 24 April 2020

khutbah jumat

   KHUTBAH Khutbah Jumat: Menangkap Makna di Balik Merebaknya Virus Corona Jumat 27 Maret 2020 07:30 WIB Ilustrasi: seorang anggota Banser melakukan penyemprotan disinfektan di sebuah masjid di kawasan Jakarta Pusat. Khutbah I  
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ وَفَّقَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ، وَخَذَلَ مَنْ شَاءَ مِنْ خَلْقِهِ بِمَشِيْئَتِهِ وَعَدْلِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا شَبِيْهَ وَلَا مِثْلَ وَلَا نِدَّ لَهُ، وَلَا حَدَّ وَلَا جُثَّةَ وَلَا أَعْضَاءَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا وَعَظِيْمَنَا وَقَائِدَنَا وَقُرَّةَ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَصَفِيُّهُ وَحَبِيْبُهُ. اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ (ءال عمران: ١٩١)   Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.   Hadirin yang dirahmati Allah, Bulan Rajab sudah berlalu meninggalkan kita. Saat ini kita telah berada di bulan Sya’ban, gerbang menuju sebuah madrasah tempat bagi kita semua untuk menempa diri, yaitu bulan Suci Ramadhan. Madrasah Ramadhan kian dekat dengan kita, tapi musibah demi musibah belum juga beranjak dari kita. Semakin hari semakin banyak orang yang terinfeksi virus corona. Dari waktu ke waktu semakin banyak orang yang meninggal karena terpapar virus ini. Sebelum kita sampai pada madrasah Ramadhan, marilah kita menjadikan musibah mewabahnya virus corona ini sebagai pelajaran bagi kita semua. Kita yakin bahwa dalam setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Setiap kejadian pasti ada maknanya. Setiap musibah pasti ada pelajaran yang bisa dipetik darinya.   Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:   رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا (ءال عمران: ١٩١)   Maknanya: “Ya Tuhan kami, kami bersaksi bahwa tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia (melainkan mempunyai hikmah dan tujuan di balik ciptaan itu semua)” (QS Al ‘Imran: 191).   Pada kesempatan khutbah yang singkat ini, khatib akan menyampaikan khutbah dengan tema “menangkap makna di balik merebaknya virus corona”.   Hadirin rahimakumullah, Sebagaimana diberitakan bahwa virus corona ini bisa menyerang siapa pun. Tua, muda, kaya, miskin, laki-laki, perempuan, muslim, non muslim, orang yang shalat, orang yang tidak shalat. Siapa pun tanpa terkecuali. Hal ini mengingatkan kita akan apa yang ditanyakan Zainab binti Jahsy radliyallahu ‘anhu kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:   أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟   Maknanya: “Apakah kita akan binasa, padahal di antara kita masih ada orang-orang yang shalih?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:   نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ   Maknanya: “Iya, jika dosa dan maksiat sudah banyak dilakukan” (HR Muslim).   Melalui wabah virus corona, kita diingatkan bahwa dosa, maksiat, dan kemungkaran telah mewabah di lingkungan kita, di masyarakat kita. Melalui virus ini, kita juga ditegur bahwa banyak di antara kita yang acuh tak acuh terhadap kemungkaran yang menjalar di tengah-tengah kita. Kemungkaran, dosa dan maksiat itulah yang mengundang azab Allah kepada kita semua. Kita diingatkan untuk lebih giat lagi dalam beramar makruf dan bernahi mungkar. Tentu amar makruf kita harus dilandasi ilmu sehingga kita dapat beramar makruf dengan cara yang makruf, dengan cara yang baik, dan bernahi mungkar dengan cara yang tidak mungkar.   Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Melalui virus corona, kita juga diingatkan untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Allah dengan ibadah, dzikir dan lain sebagainya. Ibadah akan menenteramkan jiwa dan menenangkan hati. Ketenteraman dan ketenangan hati inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat daya tahan tubuh kita semakin kuat dan sistem imun dalam tubuh kita bekerja dengan baik. Seseorang yang daya tahan tubuhnya kuat, meskipun terinveksi virus corona—kata para ahli—maka ia bisa sembuh dengan sendirinya tanpa harus dirawat di rumah sakit. Kita diingatkan untuk memperbanyak istighfar dan bertobat dari semua dosa yang pernah kita lakukan. Karena musibah yang menimpa banyak orang seperti merebaknya virus corona ini, yang shalih dan yang fasiq kena, tiada lain dikarenakan banyaknya kemaksiatan yang menyebar di tengah-tengah masyarakat kita.   Hadirin yang dirahmati Allah, Melalui virus corona, kita juga diingatkan bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari takdir Allah. Virus ini dengan cepat telah menyebar ke 198 negara di dunia dan menginfeksi lebih dari 600.000 orang. Angka ini bisa saja terus bertambah dari hari ke hari. Segala ikhtiar sudah dilakukan. Semua usaha telah dikerahkan. Seluruh upaya, baik lahir maupun batin, sudah dikerjakan semaksimal dan seoptimal mungkin. Namun sampai detik ini tiada siapa pun yang dapat menghentikan penyebaran virus corona. Hal ini membuktikan bahwa apa pun yang diupayakan manusia, jika tidak dikehendaki dan ditakdirkan Allah, pasti tidak akan terjadi. Karena apa pun yang dikehendaki dan ditakdirkan Allah pasti terjadi, dan apa pun yang tidak dikehendaki dan ditakdirkan Allah pasti tidak akan terjadi. Akan tetapi keyakinan dan keimanan kita kepada takdir tidak boleh menghentikan ikhtiar kita. Berikhtiar tidaklah menggoyahkan keimanan kita kepada takdir. Karena kita tidak mengetahui apa yang Allah takdirkan pada diri kita kecuali setelah terjadinya. Sebelum sesuatu terjadi, maka tugas kita sebagai manusia adalah melakukan sebab dengan harapan kita akan menghasilkan akibat. Jika kita sudah melakukan sebab tetapi pada akhirnya tidak terjadi akibat, maka pada saat itulah kita baru mengetahui bahwa Allah tidak menakdirkan apa yang kita inginkan dan upayakan. Tugas kita selanjutnya apa?. Terus berikhtiar dan berusaha, siapa tahu di waktu yang akan datang Allah mewujudkan dan menakdirkan apa yang kita inginkan. Oleh karena itulah, pada waktu diberitahu bahwa di Syam ada wabah penyakit, Sayyidina Umar bin Khattab radliyallahu ‘anhu yang sudah di tengah perjalanan menuju Syam lantas memutuskan untuk kembali ke Madinah. Saat ditanya:   أَفِرَارًا مِنْ قَدَرِ اللهِ؟   Maknanya: “Apakah kita hendak lari menghindari takdir Allah?”   Sayyidina Umar menjawab:   نَعَمْ نَفِرُّ مِنْ قَدَرِ اللهِ إِلَى قَدَرِ اللهِ   Maknanya: “Benar, kita menghindari suatu takdir Allah dan menuju takdir Allah yang lain” (HR al-Bukhari).   Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Melalui virus corona, kita diingatkan untuk tawakal kepada Allah. Tawakal adalah menyerahkan hasil akhir ikhtiar kita kepada Allah. Karena kita hanya bisa berusaha, tapi Allah-lah yang menentukan segalanya. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan supaya kita terhindar dari virus corona tidaklah bertentangan dengan tawakal kepada Allah. Tawakal dilakukan setelah ikhtiar yang maksimal dari kita. Dalam Shahih Ibnu Hibban diceritakan bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Apakah aku melepas (tidak mengikat) untaku dan bertawakal kepada Allah?. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ikatlah dan bertawakkal-lah kepada Allah” (HR Ibnu Hibban).   Hadirin, Virus corona dapat menginveksi siapa pun, apa pun profesi dan status sosialnya. Tua, muda, kaya, miskin, pejabat, rakyat jelata bisa terpapar virus ini. Virus corona telah merenggut lebih dari 23.000 jiwa di seluruh dunia. Hal ini mengingatkan kita akan kematian. Siapa pun dia, di mana pun dia tinggal, apa pun profesi dan jabatannya, pastilah akan meninggalkan dunia yang fana’ ini. Kematian tidak bisa dimajukan atau dimundurkan barang sesaat pun.   Melalui virus corona kita juga diingatkan akan kelemahan kita sebagai makhluk Allah. Sebagai makhluk yang lemah yang memiliki banyak keterbatasan, tidak selayaknya kita menyombongkan diri. Hanya oleh makhluk yang sangat kecil saja, banyak orang dibuat tak berdaya, jatuh sakit dan bahkan meninggal dunia. Hanya Allah yang Mahakuasa dan tidak terkalahkan. Sedangkan kita adalah makhluk-makhluk lemah yang senantiasa membutuhkan Allah dalam setiap tarikan nafas kita.   Hadirin yang dirahmati Allah, Melalui virus corona kita juga diingatkan bahwa pengetahuan manusia tidaklah mampu menjangkau segala sesuatu. Pengetahuan manusia ada batasnya dan tidak sempurna. Allah-lah Sang Pemilik semua ilmu. Allah-lah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Obat penawar atau vaksin untuk virus corona sampai detik ini belum ditemukan. Beberapa penyakit yang lain. Seperti aids juga sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan:   إِنَّ اللهَ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً - أَوْ لَمْ يَخْلُقْ دَاءً - إِلَّا أَنْزَلَ - أَوْ خَلَقَ - لَهُ دَوَاءً عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ، وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ إِلَّا السَّامَ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا السَّامُ؟ قَالَ: المَوْتُ   Maknanya: “Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan penyakit kecuali Ia pasti menciptakan obat untuknya, kecuali kematian” (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak).   Hadirin yang dirahmati Allah, Virus corona mengingatkan kepada kita untuk selalu menjaga kesucian dan kebersihan. Penelitian membuktikan bahwa menjaga kebersihan adalah salah satu tindakan preventif yang efektif untuk menangkal berbagai virus, kuman dan bakteri yang membahayakan tubuh kita. Islam menganjurkan kita untuk hidup bersih dan suci melalui wudlu yang wajib maupun wudlu sunnah, mandi wajib dan sunnah, menyucikan benda yang terkena najis dan lain sebagainya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:   إِنَّ اللهَ نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ (رواه الترمذي)   Maknanya: “Sesungguhnya Allah Mahasuci dari segala kekurangan, dan mencintai kebersihan (badan dan pakaian)” (HR at-Tirmidzi)   Saudaraku seiman, Virus corona juga mengingatkan kita akan arti penting sabar dan syukur. Bersyukur apabila kita dihindarkan dari segala macam musibah dan bersabar pada saat kita ditimpa musibah. Syukur dan sabar adalah senjata bagi seorang mukmin dalam mengarungi kehidupan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:   عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ (رواه مسلم)   Maknanya: “Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya, dan hal itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang mukmin. Jika diberi sesuatu yang menggembirakan, ia bersyukur, maka hal itu merupakan kebaikan baginya, dan apabila ia ditimpa suatu musibah ia bersabar, maka hal itu juga baik baginya” (HR Muslim)   Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:   وَمَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَمْشِيَ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ لَيْسَ عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ (رواه أحمدُ وغيرُه)   Maknanya: “Bala’ akan terus menimpa seorang hamba sehingga ia berjalan di atas muka bumi dalam keadaan tidak mempunyai dosa sama sekali” (HR Ahmad dan lainnya).   Bala’ dan musibah, termasuk terpapar virus corona, yang menimpa seorang mukmin jika dihadapi dengan penuh kesabaran, maka dosanya akan dihapus dan diangkat derajatnya.   Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Virus corona juga mengingatkan kita akan pentingnya belajar ilmu, terutama ilmu agama. Karena orang yang tidak berilmu, maka ia tidak akan bisa menyikapi musibah dengan benar sesuai tuntunan Islam. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa menjaga kesucian dan kebersihan sebagaimana mestinya. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa bertawakal dengan benar. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa memetik hikmah, makna dan pelajaran dari setiap kejadian.   Hadirin yang dirahmati Allah, Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.   أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.   Khutbah II   إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.  
Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU h TRENDING NOW: Dua Kebahagiaan Bagi Orang yang Berpuasa10 Keistimewaan Umat Rasulullah Atas Khutbah Jumat: Merenungi Kekuasaan Allah dari Fenomena Covid-19 Khutbah Jumat: Keajaiban-keajaiban dalam Isra’ Nabi dan Hikmahnya Khutbah Jumat: Saat Hati Nabi Dibedah Malaikat Jelang Isra' Mi'raj Khutbah Jumat: ‘Memutihkan’ Kepribadian di Bulan Rajab Khutbah Jumat: Bulan Rajab dan Kualitas Shalat Kita Rekomendasi Pidato Rasulullah Menjelang Ramadhan Tiga Persiapan Penting Menyambut Bulan Ramadhan Beberapa Peristiwa Penting di Bulan Sya’ban Khutbah Jumat: Yang Sering Dilupakan di Bulan Sya'ban Melihat Corona dari Perspektif Aqidah dan Fiqih Doa Doa Penutup Majelis Taklim KHM Syafi’i Hadzami Doa Rasulullah agar Dibaca Pasien Covid-19 Doa Rasulullah agar Terhindar dari Wabah Penyakit seperti Covid-19 Doa Sapu Jagat Ini Doa saat Orgasme atau Ejakulasi Warta Video PBNU: Percepat Zakat di Awal Ramadhan! Kamis 23 April 2020 17:24 WIB Bahtsul Masail 1 Hukum Shalat Jumat Online atau Live Streaming via Media Sosial 2 Apakah Boleh Mengumandangkan Adzan Shallu fi Rihalikum atau fi Buyutikum? 3 Mengapa Umat Islam Tidak Shalat Jumat karena Covid-19? 4 Hukum Menjaga Jarak Jamaah dan Shaf Shalat Jumat dari Covid-19 5 Bolehkah Pemerintah Melarang Pasien Covid-19 Hadiri Shalat Jumat dan Keramaian Umum?  Syariah 1 Meneguhkan Fiqih yang Dinamis dan Maslahat (2) 2 Meneguhkan Fiqih yang Dinamis dan Maslahat (1) 3 Imam Mahdi Sang Khalifah Akhir Zaman, Siapakah Ia? 4 Pencegahan Covid-19 dan Hifzhun Nafs dalam Ushul Fiqih Lintas Zaman (2) 5 Pencegahan Covid-19 dan Hifzhun Nafs dalam Ushul Fiqih Lintas Zaman (1) Kontak kami Redaksi: (+6221) 391 4013/14 Sekretariat PBNU (+6221) 31908425 Gedung PBNU Lt.5 Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat 10430 Copyright © 2020 | All rights reserved | NU Online

Rabu, 22 April 2020

Khutbah Jumat: Takabur dan Azab Pedihnya

 KHUTBAH Khutbah Jumat: Takabur dan Azab Pedihnya Kamis 18 Mei 2017 09:41 WIB Share: Ilustrasi (pinterest.com) Khutbah I 
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صدق الله Sidang Jum’at rahimakumullah, Rasulullah SAW lewat beberapa hadistnya mengingatkan kepada kaum Muslimin bahwa takabur atau sombong dapat menghalangi seseorang masuk surga, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud R.A. sebagai berikut: 
لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ 
Artinya: “Tidak akan masuk surga orang-orang yang dalam hatinya terdapat rasa takabur atau sombong meskipun hanya sekecil biji sawi.” Hadits tersebut menegaskan bahwa kesombongan akan menjadi penghalang bagi kita untuk masuk surga betapapun halusnya kesombongan itu sehingga hanya diri sendiri yang mengetahui. Kesombongan itu ada 2 (dua) macam, yakni kesombongan yang tampak secara lahiriah dan kesombongan tersembunyi di dalam hati. Kesombongan yang tampak secara lahiriah akan mudah dilihat atau dirasakan orang lain. Kesombongan yang tersembunyi dalam hati sering kali hanya diketahui diri sendiri. Bahkan bisa jadi diri sendiri pun tidak menyadarinya. Pepatah mengatakan, “Dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati siapa tahu.” Pepatah ini mengungkapkan betapapun dalamnya laut, kita dapat mengukurnya. Terlebih sekarang dimana teknologi sudah sedemikian maju, seperti tersedianya alat yang disebut Echosounder, dalamnya laut dapat diketahui dengan mudah dan cepat. Tetapi pertanyaannya, siapa yang dapat mengetahui isi hati seseorang? Memang tidak mudah mengetahui isi hati seseorang, misalnya apakah seseorang bermaksud sombong atau tidak. Tetapi sebenarnya, hati itu bisa diibaratkan sebuah kendi. Kita tentu sulit mengetaui apa isi sebuah kendi karena di dalamnya gelap. Namun dari mengamati apa yang keluar dari mulut kendi, kita akan tahu apa isi kendi itu, apakah air, minyak ataukah sirup. Demikian pula kitapun sesungguhnya dapat mengetahui sebagian isi hati seseorang dengan melihat gejala-gejala yang tampak dari luar. Dari kata-kata yang keluar dari mulut seseorang, mungkin dapat dinilai apakah seseorang dalam hatinya terdapat kesombongan ataukah tidak. Dari sikap dan perilaku seseorang, mungkin dapat pula dirasakan apakah di dalam hatinya terdapat kesombongan ataukah tidak. Sidang Jum’at rahimakumullah, Di dalam Islam, baik kesombongan yang tampak secara lahiriah maupun kesombongan tersembunyi di dalam hati, dipandang sebagai perilaku yang tidak terpuji. Mengapa demikian? Pertanyaan itu dapat ditemukan jawabannya dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Ali bin Abi Thalib R.A. Rasulullah SAW bersabda: 
إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ: إِنَّ الْعِزَّ إِزَارِيْ وَالْكِبْرِيَاءَ رِدَائِيْ ، فَمَنْ نَازَعَنِي فِيْهِمَا عَذَّبْتُهُ 
Artinya: “Sesunguhnya Allah Ta’ala berfirman: “Kemuliaan adalah pakaian-Ku dan sombong adalah selendang-Ku. Barangsiapa yang mengambilnya dariku, Aku Azab dia.” Hadits di atas menegaskan barang siapa ber-takabur, sesungguhnya ia telah mengambil atau bahkan merampas pakaian Allah SWT. Ia dinilai telah mengambil posisi menantang Allah SWT sebagai Dzat satu-satunya yang berhak atas predikat al-mutakabbir. Al-mutakabbir artinya adalah yang pantas menyombongkan diri karena Allah memang Maha Segalanya, yang tak satu pun dapat menyamai-Nya. Al-mutakabbir juga bisa berarti Maha Pemilik Kebesaran. Itulah sebabnya dalam beberapa ibadah kita dianjurkan untuk mengucapkan takbir sebagai ungkapan jujur untuk menyatakan kebesaran Allah SWT. Maka barang siapa hendak menyaingi Allah dengan ber-takabur atau menyombongkan diri, Allah akan memberinya azab. Orang itu akan dibinasakan sebagaimana Raja Fir’aun yang dikenal sangat sombong karena mengaku sebagai Tuhan. Fir’aun hidup pada jaman Nabi Musa alaihis salam. Allah SWT menenggelamkan Fir’aun ke dalam Luat Merah yang memisahkan antara Benua Asia dan Afrika di Timur Tengah. Fir’aun akhirnya tewas mengenaskan di tengah-tengah laut tersebut.

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/78033/khutbah-jumat-takabur-dan-azab-pedihnya

Selasa, 21 April 2020

YA HANNAN YA MANNAN (al hikam)

“Ya, karena orang itu SUDAH PASTI masuk sorga walau disiksa terlebih dulu, sedang saya… belum tentu….”, maka menangislah seluruh jama’ah pengajian mendengar hal itu. (masyaAllah) wallahua’lam bissawab

Pilihan Lainnya

YA HANNAN YA MANNAN (Wahai Yang Maha Santun dan Maha Pemberi Anugerah); Kisah Rintihan Penghuni Neraka yang Menggetarkan Jiwa
❤️💚💛💜

Dalam sebuah hadist Qudsy Allah berfirman: ” Keluarkanlah dari neraka semua orang yang didalam hatinya ada iman walau sekedar biji zarrah ” (Shohih, Bukhory dan Muslim)
YA HANNAN YA MANNAN (Wahai Yang Maha Santun dan Maha Pemberi Anugerah); Kisah Rintihan Penghuni Neraka yang Menggetarkan JiwaMaka malaikat Malik si penjaga neraka segera menindak lanjuti perintah Allah itu dengan mengelilingi seluruh penjuru neraka. Sayup- sayup nun jauh disana ada suara rintihan dan rantapan dengan menggunakan nama Allah Yang Agung:

” YA HANNAN YA MANNAN YA DZALJALALI WAL IKROM”

(Wahai Yang Maha Santun dan Maha Pemberi Anugerah, wahai Allah Yang memiliki Keagungan dan Kemulya-an)

… demikian berulang- ulang dengan suara pilu, penuh nestapa dan sangat menggetarkan jiwa. Maka malaikat Malik pun mencari sumber suara dari seluruh penjuru neraka yang teramat sangat luas itu dengan amat teliti. Disisirnya lembah demi lembah neraka, gunung demi gunung dan jurang demi jurang dengan tak kenal lelah. Sudah berlalu satu hari… dua hari…. satu tahun… sepuluh tahun.. seratus tahun…bahkan seribu tahun lamanya, tapi sumber suara itu tidak bisa ia temukan saking luasnya neraka dan saking berjubelnya penduduk neraka dari sejak zaman Nabi Adam sampai hari kiamat, dan suara itu terus bergema :

” YA HANNAN YA MANNAN YA DZALJALALI WAL IKROM .

Maka malaikat Malik melapor kepada Allah: ” Ya Rob, sudah saya cari selama seribu tahun, namun tak kunjung ketemu juga, namun suara gema tauhid itu masih menggema di neraka “

Allah berfirman: Kalau begitu, kau harus cari lagi sampai ketemu karena tidak boleh ada seorang yang ber- iman padaku tinggal selamanya dalam neraka!”

Maka malaikat Malik pun segerakembali menyisir neraka denganteliti. Disisirnya lembah demi lembah neraka, gunung demi gunung dan jurang demi jurang dengan tak kenal lelah. Sudah pula berlalu satu hari… dua hari…. Satu tahun…sepuluh.. seratus tahun…bahkan seribu tahun lamanya, tapi sumber suara itu tidak bisa ia temukan saking luasnya neraka dan saking berjubelnya penduduk neraka dari sejak zaman Nabi Adam sampai hari kiamat, dan suara itu terus bergema :

” YA HANNAN YA MANNAN YA DZALJALALI WAL IKROM .

Malaikat Malik pun melapor kembali kepada Allah: : ” Ya Rob, sudah saya cari selama seribu tahun lagi, berarti sudah dua ribu tahun lamanya aku mencari, namun tak kunjung ketemu juga, namun suara dzikir itu masih menggema di neraka”.

Allah Berfirman “Kalau begitu, kau harus terus cari lagi sampai ketemu karena tidak boleh ada seorang yang ber-iman padaku tinggal selamanya dalam neraka!

” Maka malaikat Malik pun segera kembali menyisir neraka dengan lebih teliti. Disisirnya lembah demi lembah neraka, gunung demi gunung dan jurang demi jurang dengan tak kenal lelah. Sudah pula berlalu satu hari… dua hari…. Satu tahun… seratus tahun…bahkan seribu tahun lamanya, padahal satu tahun akherat itu setara dengan 50.000 tahun didunia!!! Tapi sumber suara itu tetap saja tidak bisa ia temukan, saking luasnya neraka dan saking berjubelnya penduduk neraka dari sejak zaman Nabi Adam sampai hari kiamat, dan suara itu terus bergema :

” YA HANNAN YA MANNAN YA DZALJALALI WAL IKROM .

Maka untuk ketiga kalinya malaikat Malik melapor setelah dua ribu tahun dia mencari. Allahpun berfirman: “Kau harus terus berusaha cari sampai ketemu, karena orang yang memiliki iman walau sebiji sawi tak boleh ia tinggal selamanya dalam neraka!!!”. Malaikat Malik pun patuh melaksanakan perintah Rob nya tanpa reserve dan tanpa banyak alasan, karena para malaikat tidak akan pernah mendurhakai Robb nya dan selalu akan mematuhi segala perintah Nya. Disisirnya lembah demi lembah neraka, gunung demi gunung dan jurang demi jurang dengan tak kenal lelah. Sudah pula berlalu satu hari… dua hari…. satu tahun… seratus tahun…bahkan seribu tahun lamanya, berarti sudah 3000 tahun x 50.000 tahun = 150.juta tahun dunia- orang itu tersiksa di neraka, duhai….betapa sengsaranya dia…. Tapi sumber suara itu tetap saja tidak bisa ia temukan saking luasnya neraka dan saking berjubelnya penduduk neraka dari sejak zaman Nabi Adam sampai hari kiamat, dan suara itu terus bergema:” YA HANNAN YA MANNAN YA DZALJALALI WAL IKROM .

Maka malaikat Malik pun akhirnya memutuskan untuk melapor kembali kepada Rob nya, Maka Allah berfirman: ”Baiklah, kalau begitu akan AKU jelaskan kepadamu karena Aku Maha Tahu. Carilah manusia ber- iman itu disini dan disini… di gunung ini dan dilembah ini… dibukit ini dan dijurang ini… di gedung tahanan nomor sekian dan kamar tahanan nomor sekian….”

Maka malaikat Malik segera mengerjakan perintah sesuai petunjuk Rob nya, dan ia temukan se- onggok arang hitam legam tak berbentuk yang terbelenggu disebuah tiang dengan dikelilingi ular, kelabang, kalajengking, dan sarana penyiksaan yang lain.

Yang membuat takjub malaikat Malik, mulut orang tersebut utuh tak terbakar api neraka dan lidahnya selalu bergetar: ” YA HANNAN YA MANNAN YA DZALJALALI WAL IKROM . Tatkala malaikat Malik mendekat, berteriaklah mulut yang berdzikir itu dengan amat sangat ketakutan:” Siksaan apalagi yang akan kau bawa untukku wahai malaikat Malik!!! Aku sudah tidak tahan lagi, tidak sanggup lagi aku menerima adzab yang demikian pedih karena dosa- dosaku tatkala aku hidup dahulu didunia ini…….

” Malaikat Malik menjawab: ” Aku datang bukan untuk menambahkan siksa, namun untuk memenuhi perintah Tuhanku membebaskanmu dari siksaan ini karena lisanmu terus bergetar berdzikir menandakan masih adanya iman dalam dadamu…”.

Malaikat Malik pun membawa orang tersebut ke Nahrul Haya (atau Nahrul hayat/ si perowi ragu). Orang itu pun dimandikan dalam “Sungai Kehidupan” itu. Seketika segala penderitaannya hilang dan seluruh badan jasmaninya kembali utuh bahkan lebih bagus dan cantik disbanding aslinya.

Orang itu pun kemudian datang merangkak menghadap Allah. Allah pun berfirman: ” Wahai hambaku, carilah tempatmu di sorga, karena sorga disediakan bagi siapapun yang memiliki iman!” Maka orang itupun masuk kesorga dan mencari tempatnya disana, tapi ia tak mampu menemukannnya. Yang ia lihat sorga sudah penuh terisi dengan penghuninya. Maka iapun kembali menghadap Allah dan berkata:”Ya Rob, sorga telah penuh”. Allah menjawab: ”Ada bagian kamu disana, carilah olehmu!”

Demikian bolak balik sampai tiga kali dan tetap orang tersebut melihat bahwa sorga telah penuh, maka iapun untuk ketiga kalinya menghadap Allah seraya mengatakan bahwa sorga telah penuh. Maka Allah kemudian berfirman: ” Baiklah kalau begitu, sekarang pikirkan olehmu, seandainya kamu memperoleh sorga, apa yang kamu pikirkan dan apa yang ada dalam angan- anganmu! Maka orang itu segera mematuhi perintah Rob nya dan segera berangan- angan, kepingin ini dan ingin itu, membayangkan ini dan membayangkan itu, ingin memiliki ini dan ingin memiliki itu…

Kemudian Allah berfirman: ”Sudahkah engkau berangan-angan?”. “Sudah, ya Rob”. Allahpun berfirman:”Untuk kamu dua kali lipat yang kau angan- angankan”. Itulah makna : “A’dadtu li ibaadii maa laa ainun ro’at walaa udzunun sami’at wala khothoro ‘ala qolbin basyar = Aku telah sediakan untuk hamba-hambaku besok disorga, apa yang mata belum pernah lihat, yang telinga belum pernah mendengar dan belum terpikir oleh angan- angan seorang manusia”

_________

Tatkala membacakan hadist ini dalam pengajian, Imam Hasan Al-Bashry menutup kajiannya dengan memanjatkan do’a: ”Semoga orang yang dimaksud dalam hadist tersebut adalah saya. Amiin…….”

Semua hadirin terkejut atas pernyatan beliau. Tatkala hal ini ditanyakan oleh jama’ah pengajiannya, beliau menjawab:

“Ya, karena orang itu SUDAH PASTI masuk sorga walau disiksa terlebih dulu, sedang saya…

belum tentu….”,

maka menangislah seluruh jama’ah pengajian mendengar hal itu.

(masyaAllah)

wallahua’lam bissawab


https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=539985893107358&id=138569006582384