Kamis, 27 Juni 2019

Fenomena Akhir Zaman

*ONE  DAY  ONE HADITS*
Ahad, 23 Juni 2019 M / 19 Syawal 1440 H

Fenomena Akhir Zaman

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
*سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ*

Dari Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu -,
dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud *Ruwaibidhah* ?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [1887] as-Syamilah).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1- Hadits ini menunjukan bahwa saat nilai sudah tumpang tindih dan tak begitu diindahkan: orang bohong dianggap jujur; orang jujur dianggap bohong; pengkhianat dianggap amanah; orang amanah dianggap pengkhianat. Di situlah muncul zaman Ruwaibidhah, yang dijelaskan nabi sebagai orang bodoh (pandir, dungu) tapi mengurusi orang umum.
2- Pentingnya kejujuran dan mengandung peringatan dari bahaya kedustaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wajib atas kalian untuk bersikap jujur, karena kejujuran akan menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menuntun ke surga. Apabila seseorang terus menerus bersikap jujur dan berjuang keras untuk senantiasa jujur maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai orang yang shiddiq. Dan jauhilah kedustaan, karena kedustaan itu akan menyeret kepada kefajiran, dan kefajiran akan menjerumuskan ke dalam neraka. Apabila seseorang terus menerus berdusta dan mempertahankan kedustaannya maka di sisi Allah dia akan dicatat sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu).
3- Pentingnya menjaga amanah dan memperingatkan dari bahaya mengkhianati amanah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila amanah telah disia-siakan maka tunggulah datangnya hari kiamat.” Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana amanah itu disia-siakan?”. Maka beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah kiamatnya.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).
4- Dari beberapa ciri tersebut, mengandung subtansi yang sama: orang rendahan, bodoh dan hina, tidak mengerti ilmu mengurusi urusan publik (seperti: menjadi pejabat, penguasa dan lain sebagainya) tapi diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk membicarakan atau mengurusi masalah orang umum. Ini gambaran jelas bahwa sesuatu tidak diserahkan kepada ahlinya. Sehingga, akan berdampak negatif secara sosial.
5- Jalan keluar ketika menghadapi situasi kacau semacam itu adalah dengan kembali kepada ilmu dan ulama. Yang dimaksud ilmu adalah al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman salafus shalih. Dan yang dimaksud ulama adalah ahli ilmu yang mengikuti perjalanan Nabi dan para sahabat dalam hal ilmu, amal, dakwah, maupun jihad.

Tema hadist yang berkaitan dengan
Al Qur'an:

- Peringatan akan bahaya berbicara tanpa landasan ilmu.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, itu semua akan dimintai pertanggung-jawabannya.” (QS. al-Israa’  (17) : 36).

Hindari Diabetes dan Maag dengan 7 pola makan teratur

7 pola makan teratur sehat

1. Biasakan makan teratur  setiap hari. Normal makan 3x, atau biasa makan 2x, atau biasa makan 1x.

2. Biasa makan teratur 3 kali
a. makan pagi jam 6.00
b. makan siang jam 11.00
c. makan sore  jam 17.00

3 Biasa makan teratur 2 kali setiap hari, tidak mengapa asal teratur misal :
a. makan siang jam 9.00
b. makan sore jam 17.00, atau

4. Biasa makan teratur 1 kali setiap hari misal setiap jam 11.00/jam 12.00/jam 13.00

5. Kosongkan perut malam hari selama 12 jam, maksudnya tidak makan antara jam :
a. 18.00 (sore) - jam 6.00 (pagi)
b. 17.00 (sore) - jam 5.00 (pagi)
kalau lapar di tengah malam menurut Dr. OS otak sedang kacau merespon lapar dan kenyang cobalah
a. minum air putih untuk menghilangkan lapar
b. kalau masih lapar cobalah makan hanya 1 biskuit dan air putih maka hilang rasa laparnya.

6. Hindari kebiasaan makan  di malam hari (kuliner), penyakit terdekat adalah :
a. maag
b. diabetes

7. Hindari kebiasaan habis makan tidur, effek terdekat adalah
a. obesitas
b. diabetes

Bagi muslim lebih afdhol lagi dengan puasa senin kamis, tapi tetap menjaga point no 6 hindari makan malam

semoga bermanfaat
selamat mencoba

Rabu, 26 Juni 2019

dakwah ben ora ngelu nang sirah

1. Kewajiban dakwah  hanya menyampaikan,  masalah orang tsb menerima dakwah atau tidak, urusan orang tsb dengan  Allah
وَمَا عَلَيْنَاۤ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ
"Dan kewajiban kami hanyalah *menyampaikan*(ajaran islam) dengan jelas."(QS. Ya-Sin 36: Ayat 17)

2. Dalam setiap dakwah islam tidak ada paksaan dalam menerima ajaran Islam
لَاۤ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ ۗ  قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
*Tidak ada paksaan* dalam agama (islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat QS. 2: 256

3.Pelaksanaan ajaran dakwah islam sesuai kemampuan

Allah SWT berfirman:

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ  لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَاعْفُ عَنَّا ۗ وَاغْفِرْ لَنَا ۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰٮنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ٪
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 286)

4. Dakwah dengan hikmah dan bijaksana

Senin, 24 Juni 2019

Soal Kesunahan Membunuh Cicak

Kajian Hadits Soal Kesunahan Membunuh Cicak

Hafiz, NU Online | Selasa, 13 Februari 2018 19:45

Saat masih kecil, kita beserta teman-teman di desa sering memburu cicak. Salah satu motivasi kita saat itu adalah kesunahan yang “katanya” didasarkan pada sebuah riwayat hadits.

Saat itu, kita sama sekali tidak mengerti bagaimana bunyi haditsnya. Namun saya saat itu sempat ditegur dan dimarahi orang tua. Kata orang tua, “Cicak juga ingin hidup nyaman seperti kita. Mereka punya keluarga. Kalau ia mati, siapa yang akan memberi makan anak-anaknya.”

Begitulah kiranya kata-kata orang tua saya sembari mencontohkan kalau cicak itu adalah orang tua saya sendiri. Tentu saya, bahkan kita semua tak akan mau jika orang tua kita meninggal karena dibunuh orang lain.

Dan ternyata memang benar, dalam hadits riwayat Muslim terdapat sebuah hadits yang menjelaskan beberapa keutamaan membunuh cicak.

مَنْ قَتَلَ وَزَغًا فِى أَوَّلِ ضَرْبَةٍ كُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَفِى الثَّانِيَةِ دُونَ ذَلِكَ وَفِى الثَّالِثَةِ دُونَ ذَلِكَ

Artinya, “Barang siapa yang membunuh cicak sekali pukul, maka dituliskan baginya pahala seratus kebaikan. Barang siapa memukulnya lagi, maka baginya pahala yang kurang dari pahala pertama. Barang siapa memukulnya lagi, maka baginya pahala lebih kurang dari yang kedua,” (HR Muslim).

Hal ini tentu menjadikan kita bertanya-tanya, benarkah Rasulullah sejahat itu? Padahal dalam riwayat hadits yang lain, tergambar jelas bahwa Rasulullah sangat menyayangi binatang. Tapi mengapa kepada hewan kecil sejenis cicak Rasulullah begitu kejam?

Hal ini tentu paradoks bagi kita. Oleh karena itu, marilah kita pahami hadits anjuran membunuh cicak tersebut dengan seksama, tentunya dengan ilmu pemahaman hadits (fiqhul matan hadits) sesuai yang diajarkan oleh para ulama kita.

Pertama, mengenai redaksi hadits yang digunakan. Dalam memahami hadits, kita harus memastikan redaksi kata yang dipakai dalam hadits tersebut digunakan untuk menyebutkan hal apa pada waktu dahulu. Bukan malah mengartikannya dengan arti yang digunakan manusia zaman sekarang.

Hal ini disebut oleh Al-Qaradhawi dalam Kaifa Nata‘amal ma'a Sunnah-nya sebagai "At-ta'kid min madlulati alfazhil hadits".

Maka kata harus memastikan, kata 'al-auzagh' dalam hadits tersebut apakah untuk menunjukkan kata cicak seperti cicak-cicak di rumah kita atau tidak.

Imam An-Nawawi dalam Syarah Muslim-nya menjelaskan bahwa auzagh yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah yang sejenis saamul abrash, yakni cicak yang dapat mendatangkan penyakit. Atau ditegaskan lagi oleh An-Nawawi sebagai al-hasyaratul mu'dzi (hewan yang dapat menyakiti).

قال أهل اللغة الوزغ وسام أبرص جنس فسام أبرص هو كباره واتفقوا على أن الوزغ من الحشرات المؤذيات وجمعه أوزاغ ووزغان وأمر النبى صلى الله عليه و سلم بقتله وحث عليه ورغب فيه لكونه من المؤذيات

Artinya, “Para ahli bahasa mengatakan bahwa cicak dan tokek belang adalah satu jenis, sedangkan tokek belang merupakan jenis cicak yang besar. Para ahli bahasa sepakat bahwa cicak merupakan binatang yang menyakiti. Bentuk jamaknya adalah auzag dan wazghan. Nabi SAW memerintahkan dan menganjurkan untuk membunuhnya karena ia merupakan salah satu hewan yang bisa membuat sakit,” (Lihat Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Minhaj Syarhu Sahihi Muslim, Beirut, Dar Ihya’it Turats, 1392 H, juz 14, halaman 236).

Dari penjelasan An-Nawawi ini, tergambar jelas bahwa kata auzagh dalam hadits tersebut sama sekali tidak untuk cicak-cicak yang hidup damai di rumah-rumah kita.

Kedua, mengapa diberikan kebaikan (hasanat) bagi membunuhnya dengan pukulan-pukulan tertentu?
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa anjuran membunuh jenis cicak dalam hadits itu karena ia dapat menularkan penyakit.
Menurut An-Nawawi, anjuran untuk membunuh hewan ini dengan pukulan tertentu karena semakin cepat dibunuh, maka akan semakin membuat diri kita aman dari penyakit.

وأما سبب تكثير الثواب فى قتله بأول ضربة ثم ما يليها فالمقصود به الحث على المبادرة بقتله والاعتناء به وتحريس قاتله على أن يقتله بأول ضربة فانه اذا أراد أن يضربه ضربات ربما انفلت وفات قتله

Artinya, “Adapun sebab banyaknya pahala yang akan didapatkan saat membunuh dengan sekali pukulan dan seterusnya adalah anjuran untuk membunuh secepatnya dan memusatkan perhatian serta menjaga pembunuhnya. Karena jika membunuhnya dengan beberapa kali pukulan ditakutkan lolos,” (Lihat Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Minhaj Syarah Sahihi Muslim, Beirut, Dar Ihya’ Turats, 1392 H, juz 14, halaman 236).

Tentunya jika cicak itu lolos, bisa menyakiti orang yang akan membunuhnya. Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa cicak dibunuh karena meniupi api agar membakar Ibrahim AS, berdasarkan hadits riwayat Bukhari.

عَنْ أُمِّ شَرِيكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِقَتْلِ الْوَزَغِ وَقَالَ كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلاَم

Artinya, “Rasulullah SAW memerintahkan untuk membunuh cicak. Beliau bersabda, ‘Dahulu cicak ikut membantu meniup api Ibrahim AS,’” (HR Bukhari).

Namun hadits ini juga tidak bisa dijadikan alasan untuk membunuh cicak karena illat sebenarnya dari hadits tersebut adalah membahayakan Ibrahim, sama seperti cicak pada masa Rasul saat itu yang dianggap menimbulkan penyakit kusta sebagaimana disebutkan Badruddin Al-Aini dalam Umdatul Qari:

ويصير ذلك مادة لتولد البرص

Artinya, “Cicak tersebut terdapat zat yang dapat menimbulkan penyakit kusta,” (Lihat Badruddin Al-Aini, Umdatul Qari Syarah Sahih Bukhari, Beirut, Dar Ihya Turats, tanpa tahun, juz XV, halaman 250).

Dengan demikian argumen yang seharusnya dibangun adalah karena hewan itu membahayakan kita, bukan karena yang lain, apalagi karena dendam atas Nabi Ibrahim AS.

Oleh karena itu hadits ini tidak boleh dipahami dengan bahasa yang digunakan sekarang yakni kata auzagh dalam hadits tersebut disamakan dan diartikan dengan cicak di rumah-rumah kita. Apakah cicak di rumah kita bisa menimbulkan penyakit?

Tentu akan sangat kasihan sekali jika cicaknya diburu oleh anak-anak kecil yang tak tahu apa-apa hanya karena iming-iming pahala mengerjakan sunah. Wallahu a'lam. (Muhammad Alvin Nur Choironi)

© 2016 NU Online. All rights reserved. 

Sudah Kuasa Allah, Posisi Maruf Amin Jadi Kunci Kemenangan Prabowo-Sandi

Penulis

 Heryanto

 

21 Juni 2019

    

Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun menyebutkan peluang Tim Kuasa Hukum Prabowo-Sandi memenangkan gugatan sengketa Pengitungan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK) relative kecil.

Alasan Refly tidak ada hal yang signifikan dari keterangan para saksi fakta dan saksi ahli untuk membuktikan dalil-dalil gugatan dari pemohon, dalam hal ini tim hukum Prabowo-Sandi. Meski demikian, Refly masih melihat ada kesempatan pihak pemohon agar gugatan mereka dapat dikabulkan majelis hakim MK.

Ini terkait posisi calon wakil presiden (cawapres) dari pasangan calon (paslon) 02 KH Maruf Amin yang hingga saat ini masih menduduki jabatan sebagai Ketua Dewan Pengawas Bank Mandiri Syariah dan Bank BNI Syariah.

“Kedua bank itu tak lain adalah anak dari perusahaan BUMN. Kita semua paham, pertandingan persidangan sudah mau berakhir, dan sejauh ini tidak ada hal-hal yang signifikan. Kalaupun ada yang signifikan, menurut saya yang tersisa hanya soal status Maruf Amin,” kata Refly saat diwawancara sebuah stasiun TVOne, Kamis malam (20/6).

Kesaksian mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu soal pejabat BUMN yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu direksi, dewan pengawas dan komisaris BUMN, kemudian direksi, dewan pengawas atau komisaris anak perusahaan BUMN dapat menjadi pintu masuk untuk kubu 02 dalam memenangkan persidangan.

Dijelaskan Refli, kalau misalnya Maruf Amin memang dikategorikan sebagai pejabat BUMN, maka bisa diberlakukan ketentuan Pasal 227 huruf P jo 229 ayat (1) huruf G UU Pemilu No. 7 Tahun 2017.

“Itu  artinya (Maruf) harus mundur karena harus menyertakan surat pengunduran diri. Paling itu saja yang harus dibantah pihak terkait, yang lain sudah selesai. Karena TSM (terstruktur, sistematis, massif) tidak terbukti, data yang sifatnya kuantitatif juga,” pungkas Refly seperti dilansir pada media indonesiamenang.online (Tim Hukum Prabowo Sandi).

Sementara itu beredar pesan berantai di media sosial (Medsos) Whatsapp (wa) relawan Prabowo Sandi maupun WA individu berupa video dari medsos youtube yang pesannya dilengkapi caption, seperti berikut:

Syarat Untuk Jadi Cawapres,

Jika terdaftar Sebagai Pejabat BUMN atau anak perusahaan harus mengundurkan diri Dari jabatannya ..

Nah syarat ini tidak dilakukan oleh Maruf Amin

Hal ini semua Sudah menjadi kehendak Allah Yang Maha Kuasa Untuk membatalkan atau Mendiskulifikasi  kemenangan Joko Widodo – Maruf Amin pada Pilpres 2019.

Ini bukan sengaja tapi hal ini disebabkan oleh

Pergantian Cawapres Joko Widodo secara Tiba Tiba Dari Prof Mahfud MD ke KH Maruf AminTim TKN dibuat lupa ,dihilangkan pengetahuannya oleh Allah Yang Maha Kuasa Kalau KH Maruf Amin itu adalah Salah satu Pejabat Di Bank BNI Syariah Dan Bank Mandiri Syariah Sebagai Dewan PengawasKenapa Allah Membiarkan itu terjadi Karena Allah Sudah Menentukan Bahwa Prabowo itu Yang Jadi Presiden RI 08.Nah MK sendiri pernah menguji UU BUMN pada Tahun 2018 terkait kedudukan Anak Perusahaan BUMN ,apakah merupakan BUMN atau Perusahaan Swasta ..nah Putusan MK Mengatakan bahwa ANAK perusahaan BUMN ya BUMN .bukan Perusahaan SwastaTerima Kasih Ya Allah Yang memiliki kekuasaan di Bumi kau Tunjukan Ke Muzizatan MuAllah Kuasa mengalahkan Segala Perkara kejahatan para penguasa Di Bumi

Anggota WA Group lain, Maman Azzamy Properti ikut share komen yang menegasi dasar hukum posisi Ma’ruf Amin bahkan disertai permintaan agar diviralkan sehingga sampai di Ketua Tim Kuasa Hukum Prabowo Sandi, Bambang Widjojanto.

“UU Bank Syariah No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, intinya yang mengharuskan adanya Dewan Pengawas Syariah. Tanpa Dewan Pengawas Syariah bukanlah Bank Syariah,” begitu kutip Maman sambil melanjutkan.

“Tolong secepatnya sampaikan kpd beliau, inilah dasar hukum untuk menggugat MA di MK,” tulisnya menutup.

Sebelumnya diberitakan, Ketua tim kuasa hukum Prabowo-Sandi Bambang Widjojanto yakin menang di MK. Salah satu senjatanya adalah putusan Mahkamah Agung (MA). Bambang membeberkan senjata itu dalam bincang santai bersama Juru Bicara BPN Vasco Ruseimy.

Dialog itu diunggah Vasco di Instagram dan channel YouTube, Mancan Idealis. Dalam video itu, Vasco bertanya, “Ada satu hal yang kuncian-kuncian yang kira-kira mereka ini ga bisa gerak lagi nih Pak misalnya?”

Bambang lalu menjawab bahwa salah satu pelanggaran kubu 01 adalah calon wakil presiden tidak memenuhi syarat sebagaimana yang tertuang pada Pasal 227 huruf p Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

Alasannya, KH Ma’ruf Amin masih menjabat di BUMN saat mencalonkan diri. Ma’ruf diketahui menjadi ketua dewan pengawas di Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah. Persoalannya, kedua bank syariah itu merupakan anak dari BUMN, yakni BNI dan Bank Mandiri.

Terjadi perdebatan status anak perusahaan tersebut. Kubu 01 menyebut kedua bank syariah itu tidak termasuk BUMN karena sahamnya tidak disuntik langsung pemerintah. “Ternyata, ada putusan Mahkamah Agung Nomor 21 Tahun 2017 ini hasil dari judicial review yang menyatakan bahwa anak perusahaan itu juga disebut sebagai BUMN,” tegas Bambang Widjojanto.

“Itu clear. Kalau mau lebih jelasnya itu ada di dalam halaman 41 dari 43 halaman di putusan nomor 21 P/HUM/2017. Kalau ditafsir secara bebas begini, bentuk BUMN yang menjadi anak usaha BUMN tidak berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) biasa, namun tetap menjadi BUMN ” ucap Bambang Widjojanto.

Rupanya tidak ada satu pernyataan yang menyangkal dia tidak menjabat lagi. “Bahkan Pak Ma’ruf Amin tidak menyangkal beliau masih menjabat sebagai pejabat dari BUMN atau Dewan Pengawas Syariah (DPS) Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah.

Tafsir Kuasa Hukum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Bambang Widjojanto, terkait BUMN, dianggap salah. Keputusan MA Nomor 21 Tahun 2017 halaman 41 disebut seperti yang dikatakan Bambang.

Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Inas Zubir, menegaskan keputusan MA ini sudah sangat jelas. Penyertaan modal negara (PMN) atau saham negara di BUMN kepada perusahaan atau BUMN lainnya, perusahaan itu tetap menjadi BUMN.

“Contohnya adalah PGN (Perusahaan Gas Negara) ketika saham negara sebesar 56,9 persen dialihkan kepada Pertamina sebagai penyertaan modal negara (PMN nonkas) ke Pertamina, sehingga berdasarkan keputusan MA ini maka PGN tetap sebagai BUMN,” kata Inas di Jakarta, Senin, 17 Juni 2019.

Bunyi keputusan MA itu menitikberatkan pada PMN di BUMN. Penyertaan saham negara kepada BUMN atau perseroan terbatas lain, tak bertentangan dengan aturan. BUMN yang menjadi anak usaha BUMN tetap menjadi perusahaan pelat merah.

Dalam pasal itu dibeberkan, urgensi keluarnya aturan yakni ketika suatu BUMN dijadikan anak perusahaan oleh BUMN lain. Hal ini bukan mengatur tentang status anak perusahaan BUMN.

“Ini sangat berbeda dengan PT Bank Syariah Mandiri yang negara tidak ada penyertaan modal di sana dan pemerintah juga tidak pernah menyerahkan sahamnya di PT Bank Mandiri (persero) Tbk kepada Bank Syariah Mandiri. Demikian juga PT Bank BNI Syariah,” tutur Inas.

Mantan Sekretaris Kementerian (Sesmen) BUMN periode 2005-2010 Said Didu menegaskan, pejabat BUMN itu adalah Komisaris, Dewan Pengawas, dan Direksi di perusahaan-perusahaan BUMN, maupun di anak dan cucu dari perusahaan BUMN.

Hal itu disampaikan Said Didu saat menjadi saksi yang diajukan tim hukum Prabowo-Sandi dalam sidang MK. Ia menyontohkan, jelang Pemilu 2009, ada dua pejabat BUMN, yakni Andi Arief dan Raden Pardede yang memilih mengundurkan diri sebagai Komisaris BUMN, karena memilih menjadi tim sukses pasangan calon presiden dan wapres tertentu.

Sedangkan mantan Kapolri Sutanto tetap memilih sebagai Komisaris Pertamina karena menolak masuk menjadi tim sukses paslon tertentu. Dilanjutkannya lagi, Direktur Semen Padang yang merupakan anak perusahaan dari perusahaan induk BUMN PT Semen Indonesia memilih mundurd dari jabatannya, karena hendak maju sebagai calon Gubernur Sumatera Barat dalam Pilkada 2010 lalu.

”Jadi PT Semen Indonesia itu ada empat anak perusahaan, PT Semen Gresik, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, dan perusahaan semen di Vietnam. Nah, direktur semen Padang ini memilih mundur. Ini dulu saya yang tangani langsung,” terang Said Didu di sidang Mahkamah Konstitusi, Rabu (19/5).

Dijelaskan Said Didu pula , sesuai praktek penegakan hukum, tiga unsur pejabat BUMN itu, yakni komisaris, dewan pengawas, dan direksi baik di perusahaan induk BUMN, anak perusahaan BUMN, maupun cucu perusahaan BUMN diwajibkan membuat Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara  (LHKPN) sesuai aturan di UU Tipikor.

”Jadi peraturan kewajiban segenap unsur pejabat BUMN untuk mengisi atau membuat LHKPN itu sudah kami terapkan sejak 2006 lalu. Peraturan itu pun berlaku bagi setiap pejabat BUMN yang hendak maju dalam Pilkada atau Pemilu, maka diharuskan mundur dari posisinya sebagai pejabat BUMN,” papar Said Didu.

Keterangan Said Didu sebagai saksi yang diajukan tim hukum Prabowo-Sandi terkait dengan posisi cawapres dari Paslon 01 Maruf Amin yang ternyata masih duduk sebagai Ketua Dewan Pengawas di Bank BNI Syariah dan Mandiri Syariah yang merupakan perusahaan anak BUMN.

Namun Said Didu kembali menegaskan, dalam penegakan hukum sesuai UU Tipikor dan UU Pemilu, maka aturan pejabat BUMN maupun anak dan cucu perusahaan BUMN, yakni komisaris, dewan pengawas, dan direksi BUMN wajib memilih mundur dari posisinya ketika memilih menjadi caleg, calon kepala daerah, maupun capres/cawapres dalam Pemilu dan Pilkada.

”Perlakuan terhadap pejabat BUMN itu harus sama dalam rangka penegakan hukum pada UU Pemilu, dan UU Tipikor, artinya mereka (pejabat BUMN) yang mau ikut Pemilu itu wajib untuk mundur, dan wajib membuat LHKPN. Namun dalam laporan keuangan terkait jumlah saham perusahaan maka perlakuannya agak berbeda,” pungkas Said Didu. (lin/net)

 

sumber: WA Group Garuda Perkasa Nasional, kiriman Djoko S dan Maman Azzamy (diteruskan), Jumat (21/6/2019).

    

© © semarak.co 2018.

Sabtu, 22 Juni 2019

Pesan di zaman fitnah

Pesan di zaman fitnah

*_"Malaikat Tidak Pernah Salah. Setan Tidak Pernah Benar. Manusia bisa benar, bisa salah. Maka kita dianjurkan saling mengingatkan, bukan saling menyalahkan."_*  KH. Ahmad Mustofa Bisri

ikuti *_ajaran yang dibawa_* para alim, para kyai, para ustadz yaitu  kitabullah *Al-Quran* dan sunah nabi *Al-Hadits* bukan ikuti sosok manusianya yg *bisa salah bisa benar* apalagi sampai *disembah* naudzubillah.
اَنْـتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُـنَا          (QS 36:15)
"Kamu ini hanyalah manusia seperti kami" 
Manusia tidak patut disembah karena perbuatan syirik yaitu mensekutukan Allah.  

Sebagaimana nabi isa as diperintah Allah SWT supaya pengikutnya hanya menyembah *kepada Allah saja,* karena pengikutnya *takjub* pada keajaiban-keajaiban *mukjizatnya,* nabi isa pun ikut disembah sebagai *tuhan anak,* atau tuhan yesus dan ibunyapun siti maryam ikut disembah sebagai *tuhan Ibu*, dikenal sebagai bunda maria.

Beginilah Allah  bertanya kepada nabi isa as yang *diabadikan* dalam QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 116 berikut :

وَاِذْ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَاَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوْنِيْ وَاُمِّيَ اِلٰهَيْنِ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ قَالَ سُبْحٰنَكَ مَا يَكُوْنُ لِيْۤ اَنْ اَقُوْلَ مَا لَـيْسَ لِيْ بِحَقٍّ ۗ اِنْ كُنْتُ قُلْتُهٗ فَقَدْ عَلِمْتَهٗ ۗ تَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِيْ وَلَاۤ اَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِكَ ۗ اِنَّكَ اَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, Wahai 'Isa putra Maryam! *Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua Tuhan selain Allah?* ('Isa) menjawab, Maha Suci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 116)

فَلَا تُزَكُّوْۤا اَنْفُسَكُمْ  ۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى 
*_Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa._"*
(QS. An-Najm 53: Ayat 32)

لَوْ لَمْ تَكُوْنُوْا تُذْنِبُونَ لَخِفْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُو أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبُ الْعُجْبُ
“Jika kamu tidak berbuat dosa, sungguh aku mengkhawatirkan kamu pada perkara yang lebih besar dari itu, yaitu ‘ujub, ‘ujub *(kagum terhadap diri sendiri)”* [Hadist Hasan Lighairihi, sebagaimana di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no.658

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْف عُصِمَ مِنْ فتنة الدَّجَّالِ.
*_Barangsiapa yang menjaga sepuluh ayat dari permulaan surah al-Kahfi (ayat 1-10), maka ia akan dijaga dari godaan Dajjal._*
(Hadits shahih riwayat Ahmad juz 5 hlm 196, Muslim [809], Abu Dawud [4323] dan al-Nasa’i dalam al-Sunan al-Kubra [10787]).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ 
Wahai sekalian manusia, *sebarkanlahuntuk salam,*
*berikan makan,*
*sambunglah silaturrahim,*
*shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur,* niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat.” (At-Tirmidzi  “Hadits ini hasan shahih, al-Hâkim berkata, “Shahih sesuai dengan syarat syaikhain (al-Bukhâri dan Muslim).” 

https://majlisdzikirnurulabror.blogspot.com/2019/06/pesan-pesan-kalimat-tauhid.html?m=1

Jika manusia mau menyembah hanya menyembah kepada Allah saja......

Sekiranya manusia mau hanya menyembah  kepada Allah saja..... maka Allah akan menjamin rezekinya dan menghilangkan ketakutan masa depan.....

فَلْيَـعْبُدُوْا رَبَّ هٰذَا الْبَيْتِ ۙ 
"Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka'bah),"
(QS. Quraisy 106: Ayat 3)

لَّذِيْۤ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ۙ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ
"yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan."
(QS. Quraisy 106: Ayat 4)

Menyembah kepada Allah saja  artinya tidakada yang bisa menguasai dirinya kecuali Allah dzat yang Maha Esa dan  tidak akan menyembah kepada penguasa yang zalim, tidak akan menyembah kedudukan hanya titipan, tidak akan menyembah hartatidak akan menduakan Alloh dengan perniagaantidak akan cinta dunia

Manusia dalam menyembah kepada Allah bila terlalu besar dan mendominasi rasa takut *(khauf)*, maka akan terjerumus dalam akidah *khawarij*  yang putus asa dari rahmat Allah pada percaya Allah Maha Pengasih.

Apabila terlalu besar dan mendominasi rasa *raja’* (berharap), maka akan terjerumus dalam akidah *murji’ah* yang menghilangkan rasa takut kepada Allah, hanya menonjolkan ampunan dan rasa harap padahal Allah juga “syadidul iqab” yaitu keras azabnya.

ibadah kepada Alloh semata, niat ikhlas ibadah  karena Allah saja, menghindarkan niat ibadah dengan tujuan dunia, menghindarkan #ibadah pamrih dunia#ibadah berharap rezeki#ibadah berharap sehat#ibadah berharap jabatan#ibadah berharap dunia#ibadah berharap harta#ibadah berharap jodoh

terus apakah manusia tidak boleh berharap dalam ibadah? tentu saja boleh asal berharap dalam ibadah tidak di letakkan dalam niat, berharap diperbolehkan dalam doa

https://muslim.or.id/38052-menyeimbangkan-antara-khauf-rasa-takut-dan-raja-berharap.html

manusia merasa ibadahnya sudah maksimal, dan paling baik diantara manusia lain, diantara golongan lain, walaupun ahli salat jamaaah, ahli ahli tahajud, ahli sadaqoh  ahli dzikir, ahli tahlil, gangguan terbesar manusia seperti ini akan terjerumus dalam sifat ujub

لَوْ لَمْ تَكُوْنُوْا تُذْنِبُونَ لَخِفْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبُ الْعُجْبُ

“Jika kamu tidak berbuat dosa, sungguh aku mengkhawatirkan kamu pada perkara yang lebih besar dari itu, yaitu ‘ujub, ‘ujub *(kagum terhadap diri sendiri)”* [Hadist Hasan Lighairihi, sebagaimana di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no.658

فَلَا تُزَكُّوْۤا اَنْفُسَكُمْ  ۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى.
*Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa."*
(QS. An-Najm 53: Ayat 32)

manusia dan rezekinya ga usah dikhawatirkan sudah dijamin Allah swt sampai sempurna rezekinya

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ

“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah no. 2144. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

https://majlisdzikirnurulabror.blogspot.com/2019/06/setiap-jiwa-tidak-akan-mati-sampai.html?m=1

manusia perlu beraungguh sungguh dalam segala hal

وَمَنْ جَاهَدَ فَاِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَـغَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

"Dan barang siapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam."

(QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 6)

*_"Malaikat Tidak Pernah Salah. Setan Tidak Pernah Benar. Manusia bisa benar, bisa salah. Maka kita dianjurkan saling mengingatkan, bukan saling menyalahkan."_*  KH. Ahmad Mustofa Bisri


ikuti *_ajaran yang dibawa_* para alim, para kyai, para ustadz yaitu  kitabullah *Al-Quran* dan sunah nabi *Al-Hadits* bukan ikuti sosok manusianya yg *bisa salah bisa benar* apalagi sampai *disembah* naudzubillah.

اَنْـتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُـنَا          (QS 36:15)

"Kamu ini hanyalah manusia seperti kami" 

Manusia tidak patut disembah karena perbuatan syirik yaitu mensekutukan Allah.  


Sebagaimana nabi isa as diperintah Allah SWT supaya pengikutnya hanya menyembah *kepada Allah saja,* karena pengikutnya *takjub* pada keajaiban-keajaiban *mukjizatnya,* nabi isa pun ikut disembah sebagai *tuhan anak,* atau tuhan yesus dan ibunyapun siti maryam ikut disembah sebagai *tuhan Ibu*, dikenal sebagai bunda maria.


Beginilah Allah  bertanya kepada nabi isa as yang *diabadikan* dalam QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 116 berikut :


Mengapa Denmark Menjadi Salah Satu Negara Termakmur Dunia ???.

🌎 *Mengapa Denmark Menjadi Salah Satu Negara Termakmur Dunia ???.*
  
*Oleh: Prof. Dr. H. Komaruddin Hidayat.*

👉 *Padahal negaranya tidak memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah,*
👉 *Padahal kondisi musim di negara itu sangat ekstrim karena dekat dengan kutub utara.*
👉 *Padahal di negeri ini matahari dan siang hari hanya sebentar saja, terutama di musim dingin.*

*Suatu hari tanpa sengaja, saya mengarahkan jari-jemari saya melalui google untuk membuka sejarah negara Denmark.*

*Dari info Wikipedia yang kebetulan saya baca ternyata :*

*"Denmark" adalah : negara paling nyaman untuk tempat tinggal manusia di dunia, negara dengan pendapatan penduduk paling tinggi di dunia, juga menjadi negara paling makmur di dunia paling bersih di dunia hingga mendapat gelar “Negeri Dongeng”.*

*Meskipun kemudian tingkat kenyamanannya tergeser oleh New Zealand.*

*New Zealand menempati urutan pertama negara paling nyaman untuk tempat tinggal manusia di dunia.*

*Sebagai seorang pendidik, saya langsung berpikir bahwa mungkin yang menjadi penyebab Denmark dan New Zealand menjadi negara termakmur adalah karena* *pendidikan mereka yang sangat baik.*

*Namun ternyata dugaan saya keliru. Orang-orang Denmark justru percaya bahwa penyebab dari negaranya menjadi negara termakmur, ternyaman dan teraman adalah karena masyarakatnya jujur.*

*Orang Denmark percaya bahwa semua kebaikan yang ada di negaranya berawal dari "kejujuran", pada saat seorang "jujur" maka semua fasilitas umum untuk rakyat akan terbangun dengan baik oleh pemerintah, sebagaimana mestinya sesuai standar mutu yang telah ditetapkan di segala bidang mulai dari kesehatan, pendidikan, kesejahteraan dll.*

*Masyarakat Denmark percaya bahwa : "Kejujuran bisa melahirkan segalanya."*

*Mereka percaya bahwa setiap manusia itu pintar, dengan kejujuran maka setiap kepintaran manusia akan menjadi manfaat bagi sesama dan seluruh negeri.*

*Mereka yakin jika setiap aparat pemerintah jujur, mulai dari pejabat, menteri, polisi dan seterusnya dan rakyatnya jujur maka sebuah negara bisa menjadi makmur tanpa perlu menjadi yang paling pintar di bidang pendidikan.*

*Ternyata memang benar, Denmark masuk dalam salah satu negara dengan tingkat korupsi nyaris nol, seperti juga di Finlandia dan New Zealand.*

*Karena kejujuran itulah akhirnya pendidikan di negara ini pun menjadi lebih baik dan sangat maju. Jadi tidak salah jika kita katakan bahwa ketidak jujuran (mental korup), akan melahirkan bencana berantai dalam sebuah negara.*

*Mereka begitu yakinnya bahwa : "Kejujuran" adalah :*
*Awal dari semua kebaikan dan bukannya kepintaran.*

*Kira-kira 10 tahun silam, kejujuran dan etika moral adalah prioritas utama, sedangkan kepintaran itu kita kembangkan kemudian, karena kita juga yakin bahwa setiap anak terlahir pintar.*

*Kita tidak terlalu pusing jika seorang anak belum bisa berhitung saat masuk SD atau bahkan setelah sekolah SD, tapi kami sangat peduli jika sorang anak tidak jujur dan beretika buruk.*

*Dan setelah membaca artikel ini sepertinya saya diingatkan kembali oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk tetap mempertahankan apa yang sudah kami yakini.*

*Bahwa karakter, perilaku dan kejujuran adalah landasan untuk membangun Indonesia yang kuat adil, makmur dan sejahtera, bukan sekedar angka-angka akademik yang tertera di buku-buku raport sekolah.*

😳 *Belajarlah juga dari pengalaman negara lain.*🌎

*Semoga kita bisa mengawali dari lingkup terkecil yakni keluarga dan sekolah kita.*

*“Sebagai warga negara 🇮🇩... Mari kita melakukan segala hal di Rebuplik ini dengan "JUJUR" dan "BERTANGGUNG JAWAB" demi Bangsa dan Negara Tercinta INDONESIA.*🇮🇩

Jumat, 21 Juni 2019

panitia nikahan


tugas ketua koordinator catering
1. ngecek lauk yg kosong saat prasmanan berlangsung
2. memastikan semua tamu sdh diberi snack dan minuman  
3. memastikan  semua tamu yg pulang dapat sdh berkat

tugas ketua koordinator penerima tamu
1. memastikan semua tamu sdh dapat tempat duduk
2. menyambut semua tamu saat awal acara berlangsung
3. memastikan  semua tamu yg pulang dapat sdh snack

Sabtu, 15 Juni 2019

Pesan Lurus di zaman fitnah

*_"Malaikat Tidak Pernah Salah. Setan Tidak Pernah Benar. Manusia bisa benar, bisa salah. Maka kita dianjurkan saling mengingatkan, bukan saling menyalahkan."_*  KH. Ahmad Mustofa Bisri

ikuti *_ajaran yang dibawa_* para alim, para kyai, para ustadz yaitu  kitabullah *Al-Quran* dan sunah nabi *Al-Hadits* bukan ikuti sosok manusianya yg *bisa salah bisa benar* apalagi sampai *disembah* naudzubillah.
اَنْـتُمْ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُـنَا          (QS 36:15)
"Kamu ini hanyalah manusia seperti kami"
Manusia tidak patut disembah karena perbuatan syirik yaitu mensekutukan Allah.  

Sebagaimana nabi isa as diperintah Allah SWT supaya pengikutnya hanya menyembah *kepada Allah saja,* karena pengikutnya *takjub* pada keajaiban-keajaiban *mukjizatnya,* nabi isa pun ikut disembah sebagai *tuhan anak,* atau tuhan yesus dan ibunyapun siti maryam ikut disembah sebagai *tuhan Ibu*, dikenal sebagai bunda maria.

Beginilah Allah  bertanya kepada nabi isa as yang *diabadikan* dalam QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 116 berikut :

وَاِذْ قَالَ اللّٰهُ يٰعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَاَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوْنِيْ وَاُمِّيَ اِلٰهَيْنِ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ قَالَ سُبْحٰنَكَ مَا يَكُوْنُ لِيْۤ اَنْ اَقُوْلَ مَا لَـيْسَ لِيْ بِحَقٍّ ۗ اِنْ كُنْتُ قُلْتُهٗ فَقَدْ عَلِمْتَهٗ ۗ تَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِيْ وَلَاۤ اَعْلَمُ مَا فِيْ نَفْسِكَ ۗ اِنَّكَ اَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, Wahai 'Isa putra Maryam! *Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua Tuhan selain Allah?* ('Isa) menjawab, Maha Suci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 116)

فَلَا تُزَكُّوْۤا اَنْفُسَكُمْ  ۗ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقٰى
*_Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa._"*
(QS. An-Najm 53: Ayat 32)

لَوْ لَمْ تَكُوْنُوْا تُذْنِبُونَ لَخِفْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُو أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبُ الْعُجْبُ
“Jika kamu tidak berbuat dosa, sungguh aku mengkhawatirkan kamu pada perkara yang lebih besar dari itu, yaitu ‘ujub, ‘ujub *(kagum terhadap diri sendiri)”* [Hadist Hasan Lighairihi, sebagaimana di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no.658

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْف عُصِمَ مِنْ فتنة الدَّجَّالِ.
*_Barangsiapa yang menjaga sepuluh ayat dari permulaan surah al-Kahfi (ayat 1-10), maka ia akan dijaga dari godaan Dajjal._*

(Hadits shahih riwayat Ahmad juz 5 hlm 196, Muslim [809], Abu Dawud [4323] dan al-Nasa’i dalam al-Sunan al-Kubra [10787]).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ 
Wahai sekalian manusia, *sebarkanlah salam,*
*berikan makan,*
*sambunglah silaturrahim,*
*shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur,* niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat.” (At-Tirmidzi  “Hadits ini hasan shahih, al-Hâkim berkata, “Shahih sesuai dengan syarat syaikhain (al-Bukhâri dan Muslim).” 

AMAL-AMAL YANG DAPAT MEMASUKKAN MANUSIA KE SURGA DENGAN SELAMAT


Amal-Amal Yang Dapat Memasukan Manusia Ke Surga Dengan Selamat

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه الله

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ: لَمَّا قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ ، اِنْجَفَلَ النَّاسُ إِلَيْهِ ، وَقِيْلَ : قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَجِئْتُ فِي النَّاسِ لِأَنْظُرَ إِلَيْهِ ، فَلَمَّا اسْتَبَنْتُ وَجْهَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهٍ كَذَّابٍ ، فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ: (( يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ )).

Dari ‘Abdullah bin Salâm, ia berkata: “Ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, orang-orang segera pergi menuju beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (karena ingin melihatnya). Ada yang mengatakan: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah datang, lalu aku mendatanginya ditengah kerumunan banyak orang untuk melihatnya. Ketika aku melihat wajah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , aku mengetahui bahwa wajahnya bukanlah wajah pembohong. Dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah, ‘Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat.”

A. TAKHRIJ HADITS
Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2485); ad-Dârimi (I/340); Ibnu Mâjah (no. 1334 dan 3251); al-Hâkim (III/13), Ahmad (V/451); Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (VIII/388, no. 25777 dan 26133) dan (XIII/30, no. 36858); ad-Dhiyâ’ dalam al-Mukhtârah (IX/431, no. 400); Abd bin Humaid dalam al-Muntakhab (no. 495), dan lain-lain.

at-Tirmidzi rahimahullah mengatakan, “Hadits ini hasan shahih.”; al-Hâkim berkata, “Shahih sesuai dengan syarat syaikhain (al-Bukhâri dan Muslim).” Dan adz-Dzahabi menyepakatinya. Diriwayatkan juga oleh al-Hâkim (IV/160) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu .

Imam Nawawi rahimahullah menyetujuinya dalam Riyâdhus Shâlihîn (no. 849). Demikian juga al-Hâfizh Ibnu Hajar menyetujui pernyataan imam at-Tirmidzi dan al-Hâkim dalam kitabnya Fat-hul Bâri Syarah Shahîh al-Bukhâri (XI/19). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahâdiits ash-Shahîhah (no. 569).

B. MUFRADAT HADITS
اِنْجَفَلَ النَّاسُ : Mereka pergi segera menuju kepadanya.
أَفْشُوْا السَّلَامَ: Kata perintah dari al-ifsyâ’, berarti menyebarkan dan menjadikannya umum atau merata.

صِلُوْا الْأَرْحَامَ : Kata perintah dari al-washl, yaitu menyambung dengan terus menerus berbuat baik kepada mereka dengan perkataan, perbuatan, dan lemah lembut. al-Arhâm yaitu semua kerabat dari segi nasab maupun pernikahan (ipar, menantu, mertua).

نِيَامٌ: Jamak dari nâ-im (orang yang tidur).
تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ : Kalian masuk Surga dengan sejahtera yaitu tanpa didahului adzab sebelumnya.[1]

C. SYARAH HADITS
1. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,( أَفْشُوْا السَّلَامَ) “Sebarkanlah salam.”
Sebarkanlah salam di antara kalian ! Jika engkau melewati saudaramu, ucapkanlah salam kepadanya ! Dan jika dia yang memulai salam kepadamu, maka jawablah salamnya, Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا

Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya…” [an-Nisâ’/4:86]
Menyebarkan salam itu akan menumbuhkan rasa cinta diantara manusia. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَا تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا ، وَلَا تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا ، أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أَفْشُوْا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

Tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian akan saling mencintai ? Sebarkanlah salam di antara kalian[2].

Karena menyebarkan salam itu menimbulkan rasa cinta, maka sebaliknya meninggalkan salam akan menyebabkan kesedihan. Ini sesuatu yang lumrah pada diri manusia. Jika ada orang yang lewat dan mengucapkan salam kepadamu maka engkau akan merasa senang dan cinta. Namun, jika yang lewat itu tanpa mengucapkan salam, maka engkau akan merasa ragu terhadapnya. Fakta ini menunjukkan bahwa salam memiliki urgensi yang tinggi. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Ada seorang yang bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Wahai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Islam yang bagaimanakah yang paling baik ?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :

تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ.

Engkau memberi makan dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal maupun yang tidak kenal.”[3]

Salam juga merupakan hak seorang muslim atas muslim lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Makna Menyebarkan Salam
Menyebarkan salam maksudnya selalu mengucapkannya setiap kali bertemu atau berjumpa meskipun sudah mengucapkan salam saat perjumpaan sebelumnya. Seorang Muslim yang tidak mau mengucapkan salam setiap kali bertemu dianggap bakhil. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجِزَ فِيْ الدُّعَاءِ وَأَبْخَلُ النَّاسِ مَنْ بَخِلَ بِالسَّلاَمِ.

Selemah-lemah manusia adalah orang yang lemah (malas) berdo’a kepada Allâh, dan sebakhil-bakhil manusia adalah orang yang bakhil mengucapkan salam[4].

Zaman sekarang ini ummat Islam sudah mulai jarang mengucapkan salam. Sebagian mereka beranggapan bahwa tadi sudah berjumpa dan sudah mengucapkan salam, maka apabila berjumpa lagi dalam waktu 20 menit atau 30 menit tidak perlu lagi mengucapkan salam. Padahal, teladan (contoh) dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya tidak demikian. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabat g apabila berjumpa, mereka saling mengucapkan salam, meskipun sudah mengucapkannya pada pertemuan sebelumnya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا لَقِيَ أَحَدُكَمْ أَخَاهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ ، فَإِنْ حَالَتْ بَيْنَهُمَا شَجَرَةٌ أَوْ جِدَارٌ أَوْ حَجَرٌ ثُمَّ لَقِيَهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ أَيْضًا

Apabila salah seorang dari kalian berjumpa dengan saudaranya sesama Muslim, hendaklah ia mengucapkan salam kepadanya ! Kemudian apabila keduanya terhalang pohon atau tembok atau batu lantas berjumpa lagi, maka hendaklah ia mengucapkan salam lagi[5].

Hadits ini dengan sangat gamblang menganjurkan salam kendati pun ia sudah mengucapkannya pada pertemuan sebelumnya. Hadits ini tidak membatasi hanya sekali salam, justru hadits ini menganjurkan agar setiap Muslim mengucapkan salam berkali-kali, karena ini merupakan kebaikan. Itulah yang dimaksud dengan ifsyâ-us salâm (menyebarkan salam).

Praktek menyebarkan salam seperti ini juga telah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik Radhiyallahu anhu mengatakan :

كُنَّا إِذَا كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتُفَرِّقُ بَيْنَنَا الشَّجَرَةُ فَإِذَا الْتَقَيْنَا سَلَّمَ بَعْضُنَا عَلَى بَعْضٍ

Kami (para shahabat) apabila berjalan bersama Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu kami terhalang oleh pohon lantas kami bertemu lagi, maka sebagian dari kami mengucapkan salam kepada sebagian lainnya.[6]

Hadits lain yang menjadi penguat hadits di atas adalah hadits yang sudah mayhur tentang seorang shahabat yang tidak thuma’ninah dalam shalatnya. Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, “Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memasuki masjid kemudian masuklah seorang laki-laki lantas mengerjakan shalat. Seusai shalat, ia mengucapkan salam kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau pun menjawab salamnya, lalu bersabda, ‘Ulangi shalatmu! Karena sesungguhnya engkau belum shalat.’ Kemudian ia pun mengulangi shalatnya seperti sebelumnya. Seusai shalat, ia pun kembali mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan salam kepada beliau… (hal ini dilakukannya hingga tiga kali).”[7]

Apabila umat Islam ini memahami dan menyadari betapa pentingnya ifsyâ-us salâm (menyebarkan salam), insya Allâh akan terwujud rasa saling menyayangi dan mencintai sesama kaum Muslimin.

Salam merupakan cara untuk memulihkan hubungan yang tidak baik sesama Muslim. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ. يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا ، وَخَيْرُهُمَا الَّذِيْ لَيَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ

Tidak halal seorang Muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya selama tiga malam, keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu pun berpaling. Akan tetapi orang yang terbaik dari keduanya adalah yang terlebih dahulu mengucapkan salam.[8]

Di atas sudah diterangkan bahwa mengucapkan salam yang diperintahkan tidak hanya terbatas satu kali, akan tetapi berkali-kali setiap kali bertemu.

Misalnya.
Pertama : Seorang karyawan Muslim bertemu dengan karyawan lainnya yang Muslim, maka hendaklah ia mengucapkan salam, ketika masuk maupun keluar kantor.

Kedua : Seorang ustadz bertemu dengan ustadz lainnya dalam satu sekolah atau dalam lembaga-lembaga dakwah, hendaklah selalu mengucapkan salam, meskipun beberapa kali bertemu.

Ketiga : Seorang ustadz atau guru hendaklah mengucapkan salam ketika masuk ke kelas, dan ketika keluar pun hendaklah ia mengucapkan salam.
Keempat, seseorang sampai dalam satu majlis hendaklah mengucapkan salam, dan ketika telah usai atau ia meninggalkannya hendaklah ia pun mengucapkan salam.[9]

Kelima : Seseorang yang masuk ke masjid atau mushalla atau surau hendaklah mengucapkan salam meskipun di dalamnya ada orang yang sedang shalat, atau ada yang sedang membaca al-Qur-an, atau ada yang sedang berdzikir. Sebab, para shahabat juga mengucapkan salam kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam padahal ketika itu beliau sedang shalat. Lantas, beliau pun menjawabnya dengan isyarat. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berkata-kata karena dalam shalat dilarang berkata-kata selain dzikir, tasbîh, dan membaca ayat al-Qur’ân.[10]

Tentang penyebutan isyarat dalam hadits tersebut, hal itu dilakukan dalam shalat. Adapun di luar shalat, isyarat tersebut tidak diperbolehkan karena menyerupai perbuatan Yahudi, kecuali, apabila diiringi dengan salam.

Keenam : Seorang anak, ibu, atau bapak yang hendak masuk rumah hendaklah mengucapkan salam, demikian pula ketika keluar rumah.

Ketujuh : Seorang pedagang hendaklah mengucapkan salam kepada pedagang Muslim lainnya, atau seorang pembeli hendaklah mengucapkan salam kepada pedagang-pedagang Muslim lainnya yang ada di pasar. Hal ini sebagaimana riwayat dari shahabat Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma.

Dari Thufail bin Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu anhu, suatu ketika ia mendatangi ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma, kemudian ia berjalan bersamanya ke pasar. Thufail berkata, “Setiap kali ia bertemu dengan tukang loak (pedagang barang bekas), pedagang, orang miskin, atau siapa saja, ia selalu mengucapkan salam.” Thufail melanjutkan, “Suatu hari aku datang lagi ke rumah Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, lalu ia ingin ikut menemaniku ke pasar. Aku pun bertanya, ’Apa yang engkau kerjakan di pasar sedangkan engkau tidak berjual beli, tidak menanyakan harga barang-barang, dan tidak pula mau duduk-duduk di pasar.’ Aku melanjutkan, ‘Sebaiknya kita duduk-duduk saja disini sambil bercakap-cakap.’ Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma langsung menjawab, ‘Wahai Abu Bathn[11] , sesungguhnya kita pergi ke pasar semata-mata hanya ingin mengucapkan salam saja, yaitu kita ucapkan salam kepada kaum Muslimin mana saja yang kita jumpai.’”[12]

Ucapan salam adalah kalimat yang disenangi oleh Allâh Azza wa Jalla , Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Apabila kalimat salam diucapkan oleh kaum Muslimin setiap saat, setiap waktu, setiap hari, maka insya Allâh ummat Islam ini akan selamat dari penyakit-penyakit hati dan ummat Islam akan mempunyai ‘izzah (harga diri) di hadapan ummat-ummat yang lain. Oleh karena itu, kita harus berupaya menyebarkan salam dan menghidupkan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini agar kita selamat dan mempunyai ‘izzah di hadapan orang-orang kafir.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَفْشُوْا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan selamat [13]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

أَفْشُوْا السَّلاَمَ كَيْ تَعْلُوْا

Sebarkanlah salam agar kalian menjadi tinggi (mempunyai ‘izzah)[14]

2.Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , (وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ) “Berikanlah makan.”
Yaitu berikanlah makan kepada orang-orang yang membutuhkan, kepada tamu dan tetangga. Ini merupakan akhlak mulia yang bisa menghantarkan pelakunya masuk surga. Orang yang memberikan makan kepada orang lain akan memiliki keistimewaan dan kedudukan di masyarakat. Orang yang memberikan maka akan mendapat rizki yang berlimpah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Rabbnya Azza wa Jalla disebutkan :

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ …

Sedekah tidak mengurangi harta…[15]

أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ

Berinfaqlah ! Niscaya Aku akan berinfaq kepadamu.”[16]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berkata kepada Asma’ binti Abu Bakar Radhiyallahu anhuma,

اِنْفَحِيْ ، أَوِ انْضَحِيْ ، أَوْ أَنْفِقِيْ ، وَلاَ تُحْصِيْ فَيُحْصِيَ اللهُ عَلَيْكِ ، وَلَا تُوْعِيْ فَيُوْعِيَ اللهُ عَلَيْكِ.

Infakkan, atau sedekahkan, atau nafkahkanlah, dan janganlah kamu menghitung-hitungnya sehingga Allâh akan menghitung-hitung pemberian-Nya kepadamu. Dan Janganlah kamu menakar-nakarnya sehingga Allâh menakar-nakar pemberian-Nya kepadamu.[17]

Orang yang memberi makan atau berinfak pasti akan diganti oleh Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ

…Dan apa saja yang kamu infakkan, Allâh akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.[Saba’/34: 39]

Adapun jika engkau menahan rizki yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepadamu, maka Allâh Azza wa Jalla juga akan menahan rizki-Nya kepadamu. Memberi makan memiliki keistimewaan yang agung, khususnya orang-orang yang memberi makan kepada para tamu dan orang yang membutuhkan. Mereka memiliki keutamaan yang besar, terlebih lagi orang yang tinggal di tempat umum (lalu mereka suka memberi makan). Namun yang perlu diingat, memberi makan dan berinfak serta ibadah-ibadah lainnya wajib dilakukan dengan ikhlas karena Allâh. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا ﴿٨﴾ إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allâh , kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. [al-Insân/76:8-9]

3.Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,) (وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ “Sambunglah tali silaturrahim.”
al-Arhâm adalah jamak dari rahim. Maksudnya kerabat yang memiliki hubungan kekeluargaan dari ibu atau bapak, seperti paman, bibi, kakek, nenek, sepupu, dan lainnya. Mereka adalah al-arhâm. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ

…Bertakwalah kepada Allâh yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan… [an-Nisâ’/4:1]

Maksudnya bertakwalah kepada Allâh Azza wa Jalla dan bertakwalah dalam urusan kekeluargaan agar engkau tidak memutusnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَآتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ

Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat… [al-Isrâ’/17:26]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ

“Dan beribadahlah kepada Allâh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat…” [an-Nisâ’/4:36]

Banyak ayat yang memerintahkan untuk menyambung tali silaturrahim dan ancaman bagi yang memutus tali silaturrahim. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ ﴿٢٢﴾ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ

“Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allâh ; lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya.” [Muhammad/47: 22-23]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman :

وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ ۙ أُولَٰئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ

“…Dan memutuskan apa yang diperintahkan Allâh agar disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi; mereka itu memperoleh kutukan dan tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” [ar-Ra’d/13:25]

Silaturrahim itu memiliki keistimewaan yang agung, merupakan sebab masuk Surga. Dan memutus silaturrahim menyebabkan laknat dan terjauhkan dari rahmat Allâh Azza wa Jalla .

4.Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : (وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ) “Shalatlah di waktu malam, di saat manusia sedang tidur.”

Ini mencakup shalat-shalat wajib, seperti shalat ‘Isya dan shalat Shubuh, juga mencakup shalat malam, karena malam adalah waktunya orang-orang tidur. Jika seseorang bangun dan shalat maka ini menunjukkan keimanannya karena dia lebih memilih shalat dari pada tidur dan istirahat. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya…” [as-Sajdah/32:16]

Seorang Muslim yang beriman kepada Allâh dan hari Akhir, dia berusaha untuk mengerjakan shalat wajib yang lima waktu berjamaah di Masjid. Dia juga berusaha untuk bangun di tengah malam untuk melakukan shalat Tahajjud di saat manusia sedang tidur. Di tengah malam dan di akhir malam dia gunakan untuk bermunajat kepada Allâh Azza wa Jalla , shalat malam, berdo’a dan minta ampun kepada Allâh Azza wa Jalla atas semua dosa-dosanya.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melakukan Tahajjud sampai kakinya bengkak, ketika beliau ditanya bukankah engkau sudah diampuni dosa-dosamu yang lalu dan akan datang. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidaklah pantas aku menjadi hamba-hamba Allâh Azza wa Jalla yang bersyukur ?” Shalat malam adalah kebiasaan orang-orang shalih, menghapuskan dosa-dosa dan merupakan kemuliaan bagi seorang Muslim. Mudah-mudahan Allâh Azza wa Jalla memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat merutinkan shalat malam meskipun sedikit.

Barangsiapa mengerjakan keempat amalan ini, yakni menyebarkan salam, memberi makan, menyambung tali silaturrahim, dan shalat malam ketika manusia tertidur, akan masuk surga dengan sejahtera, sebagaimana Allâh Azza wa Jalla berfirman :

ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ آمِنِينَ

Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera dan aman. [al-Hijr/15:46]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman :

ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ۖ ذَٰلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ

Masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai, itulah hari yang abadi. [Qâf/50: 34]

Itu adalah balasan mereka, pahala atau ganjaran yang sesuai dengan jenis amalan yang dikerjakan. Masuk surga merupakan cita-cita tujuan terbesar seorang Mukmin. Masuk surga itu mudah bagi siapa yang Allâh mudahkan. Semua yang ada dalam surga berupa kebaikan, kenikmatan, kelezatan dan kebahagiaan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allâh Azza wa Jalla . Amal-amal untuk masuk surga semuanya mudah dan tidak sulit. Ada seseorang berkata kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Wahai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tunjukkan kepadaku amalan yang bisa memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau telah bertanya sesuatu yang besar, tapi itu mudah bagi siapa yang Allâh mudahkan, yaitu beribadahlah kepada Allâh dan jangan menyekutukannya dengan suatu apa pun…”[18]

Ini adalah hadits yang agung, karena keempatnya termasuk akhlak yang mulia. Menyebarkan salam, memberi makan, dan menyambung tali silaturrahim manfaatnya untuk orang lain, sedangkan shalat malam di saat yang lain tertidur manfaatnya untuk orang yang melakukan amalan tersebut.

D. FAWAID HADITS
1. Sangat dianjurkan menyebarkan salam kepada seluruh kaum Muslimin, yang dikenal maupun yang tidak.
2. Salam merupakan syi’ar agama Islam dan merupakan salah satu keindahan syari’at Islam.
3. Haram hukumnya mengganti ucapan salam dengan kalimat-kalimat lain.
4. Orang yang lebih dahulu mengucapkan salam adalah orang yang dicintai Allâh Azza wa Jalla .
5. Mengucapkan salam hukumnya sunnah yang sangat ditekankan, sedangkan hukumnya menjawab salam wajib
6. Haram hukumnya memberi salam kepada Yahudi, Nashrani, dan orang-orang kafir lainnya.
7. Anjuran memberi makan kepaa orang miskin, orang yang susah, dan orang yang membutuhkan.
8. Orang yang memberi makan mendapat ganjaran yang besar.
9. Orang yang berinfaq dan memberi makan maka tidak berkurang hartanya.
10. Wajib menyambung silaturrahim dan haram memutuskannya
11. Silaturrahim melapangkan rezeki dan memanjangkan umur
12. Sangat ditekankan (sunnah muakkadah) bangun tengah malam untuk shalat Tahajjud saat orang sedang tidur.
13. Shalat malam (Tahajjud) kebiasaan orang-orang shalih.
14. Shalat malam memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan seorang Muslim.
15. Shalat malam membuat seorang Muslim mulia.
16. Amal yang disebutkan dalam hadits di atas bila dikerjakan dengan ikhlas dan ittibâ’ akan memasukkan seorang Muslim ke dalam surga.
17. Seluruh amal-amal ketaatan dalam Islam adalah mudah bagi orang yang diberikan hidayah taufiq oleh Allâh Azza wa Jalla .

MARAAJI.
1. Kutubus Sittah dan Musnad Imam Ahmad.
2. Riyâdush Shâlihîn dan syarahnya.
3. Bulûghul Marâm min Adillatil Ahkâm.
4. Taudhîhul Ahkâm Syarah Bulûghul Marâm.
5. Tashîlul Ilmân bi fiqhil Ahâdiits min Bulûghil Marâm, syarah: Syaikh DR. Shaleh Fauzan bin ‘Abdulllah al-Fauzan.
6. ar-Rasâ-il jilid 3, oleh Penulis, cet. 1, Media Tarbiyah.
7. Dan kitab-kitab lainnya.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XVI/1433H/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Taudhîhul Ahkâm (VII/503).
[2].Shahîh: HR. Muslim (no. 54) dan lainnya, dari shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu
[3]. Shahîh : HR. al-Bukhâri (no. 12) dan Muslim (no. 39), dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma
[4]. Hasan: HR. at-Thabarani dalam Mu’jamul Ausath (no. 5587) dan lainnya. Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 601).
[5]. Shahîh : HR. Abu Dâwud (no. 5200).
[6]. Hasan: HR. at-Thabarani dalam Mu’jamul Ausath (no. 7983). Lihat Majma’uz Zawâ-id (VIII/34).
[7]. Shahîh: HR. al-Bukhâri (no. 757, 793, 6251, 6252, 6667), Muslim (no. 397), dan yang lainnya.
[8]. Shahîh: HR. al-Bukhâri (no. 6077, 6273), Muslim (no. 2560), Ahmad (V/416, 421, 422), Abu Dâwud (no. 4911), dan at-Tirmidzi (no. 1932) dari shahabat Abu Ayyûb Radhiyallahu anhu.
[9]. Shahîh : HR. Abu Dâwud (no. 5208), at-Tirmidzi (no. 2707), dan lainnya.
[10]. Shahîh : HR. Abu Dawud (no.927) dengan sanad jayyid (baik).
[11]. Panggilan untuk Thufail karena perutnya besar.
[12]. Shahîh : HR. Malik dalam al-Muwaththa’ (no. 912), dishahihkan oleh Syu’aib al-Arna-uth. Lihat Riyâdish Shâlihîn (no. 848).
[13]. Shahîh : HR. al-Bukhâri dalam al-Adabul Mufrad dan Ahmad. Lihat Shahîh al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 1098).
[14]. Shahîh : HR. ath-Thabarani. Lihat Shahîh al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 1099).
[15]. Shahîh : HR. Muslim (no. 2588).
[16]. Shahîh : HR. al-Bukhâri (no. 4684) dan Muslim (no. 993) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
[17]. Shahîh : HR. al-Bukhâri (no. 1433) dan Muslim (no. 1029). Lafazh ini milik Muslim.
[18]. Shahîh: HR. at-Tirmidzi (no. 2616) dan Ibnu Mâjah (no. 3973) dari Mu’âdz bin Jabal Radhiyallahu anhu

https://almanhaj.or.id/4066-amal-amal-yang-dapat-memasukan-manusia-ke-surga-dengan-selamat.html