Sabtu, 15 Januari 2022

KISAH SEORANG WAHABI YANG BERMIMPI DICAMBUK OLEH RASULULLAH SEBAB INGIN MEMBAKAR KITAB IHYA ULUMUDDIN

KISAH SEORANG WAHABI YANG BERMIMPI DICAMBUK OLEH RASULULLAH SEBAB INGIN MEMBAKAR KITAB IHYA ULUMUDDIN

RUMAH-MUSLIMIN.COM - Dulu ada seorang Imam besar yg bernama Abu Hasan Ali bin Hirzim yg merupakan seorang fakih terkenal di Maroko yg ditaati & didengar ucapannya & juga seorang ulama yang dulunya sangat mengingkari kitab Ihya Ulumuddin. Suatu saat ia memerintahkan untuk mengumpulkan naskah kitab Ihya dan ingin membakarnya di masjid jami pada hari Jumat.

Kemudian pada malam jumatnya ia bermimpi Rasulullah SAW, bersama beliau juga terlihat Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar bin Khatab serta Imam Ghazali yang berada di samping Rasulullah SAW.
Ketika ibnu Hirzim berada di hadapan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Imam Ghazali mengadu kepada Rasulullah:

“Ya Rasulullah, dia telah menuduhku bahwa aku telah membuat kitab sesat, jika perkara yang terjadi sebagaimana yang disangka, maka aku bertaubat kepada Allah dan aku akan mengikuti nasehatnya. Akan tetapi jika kitab tersebut kitab yang baik maka sesuatu yang aku dapat itu dari keberkahanmu dan mengikuti sunnahmu, maka ambillah hak ku dari orang ini.”

Kemudian diberikanlah kitab Ihya kepada Nabi SAW, lalu beliau membukanya selembar demi selembar dari awal kita hingga akhir kitab.

Kemudian Nabi SAW bersabda: “Demi Allah sesungguhnya ini adalah sesuatu yang bagus.”

Kemudian kitab itu diberikan kepada Sayyidina Abu Bakar dan melihat isi kitab tersebut dan juga menganggapnya baik dan berkata: “Benar, demi zat yang mengutusmu dengan hak, sesungguhnya ini Sesuatu (kitab yang baik).”
Kemudian kitab itu juga diberikan kepada Sayyidina Umar bin Khatab, dan beliau melihat isi kitab itu, kemudian beliau juga memuji kitab itu sebagaimana pujian yang dilontarkan oleh Sayyidina Abu Bakar As Siddiq.
Kemudian Nabi SAW memerintahkan untuk mencambuk Ali ibnu Hirzihim sebagai hukuman, serta dihad dengan hadnya pelaku pembuat kebohongan, kemudian ia dicambuk dan dipukul. Ketika telah dicambuk sebanyak lima kali, Sayyidina Abu Bakar memintakan maaf untuknya dan beliau berkata:

“Ya Rasulullah Mungkin ia (Ali ibnu Hirzihim) menyangka di dalam kitab Ihya isinya menyalahi sunnahmu, kemudian dia salah dalam sangkaannya.”

Mendengarkan demikian, maka Imam Ghazali meridhainya dan kemudian Rasulullah pun menerima permintaan maaf tersebut. Kemudian Ibnu Hirzihim pun terbangun dari tidurnya, sedangkan luka bekas cambukan yang ada dalam mimpinya berbekas dipunggungnya. Lalu beliau memberi tahu para pengikutnya (perihal mimpinya tersebut) dan bertaubat kepada Allah SWT. terhadap pengingkarannya terhadap Imam Ghazali.

Sekalipun telah bertaubat dan memohon ampun, masih saja tersisa rasa sakit akibat cambuk tersebut dalam waktu sangat lama, dan ia terus memohon ampun kepada Allah dan meminta Syafaat kepada Rasulullah SAW. hingga beliau kembali bermimpi bertemu Nabi, dalam mimpi itu Nabi mengusap punggung Ibnu Hirzihim dengan tangan beliau yang mulia, kemudian ibnu Hirzihim pulih dari sakitnya dengan izin Allah bekas cambukannya sudah tidak terasa sakit.
Setelah itu beliau selalu istiqamah untuk membaca kitab Ihya Ulumiddin, maka Allah membukakan (hijab ilmu) untuknya dan memperoleh Ma’rifatu billah. Kemudian beliau menjadi pembesar ulama, ahli ilmu batin dan zahir. Ketika Ibnu Hirzihim Wafat dikatakan oleh seorang yang ketika itu memandikan jenazah bahwa ada bekas cambukan di punggung beliau. Wallahu a’lam

Demikian Kisah Ulama Bertemu Nabi Karena Ingin Membakar Kitab Ihya Ulumuddin, semoga

bermanfaat

Sumber: Habib Muhammad bin Husain bin Anis bin Alwi bin Ali bin Muhammad bin Husain Al Habsyi

(Penulis: Ahmad Hasan Mashuri)

Artikel ini tayang di bangkitmedia.com dengan judul : " Kisah Ulama Bertemu Nabi Karena Ingin Membakar Kitab Ihya Ulumuddin "

Demikian Artikel " Kisah Seorang Wahabi Yang Bermimpi Dicambuk Oleh Rasulullah Sebab Ingin Membakar Kitab Ihya Ulumuddin "

Semoga Bermanfaat

Wallahu a'lam Bishowab

Allahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim

Jumat, 14 Januari 2022

Kalimat yang Ngawur, Begini Penjelasan Gus Baha


Kamis, 13 Januari 2022  
Banyak orang yang tidak bisa menempatkan kalimat Insya Allah dalam keadaan yang tidak tepat.

Alhasil itulah yang menjadikan Insya Allah merupakan kalimat yang ngawur ketika diucapkan secara sembarangan.

Simak penjelasan Gus Baha berikut, 

Beliau menjelaskan, suatu ketika Nabi Muhammad bertanya kepada para sahabat, “Apa tanda-tanda kalian orang beriman.”

Para sahabat menjawab bahwa bukti seorang mukmin (beriman) itu adalah sabar dalam menghadapi cobaan.

Lalu, bersyukur atas nikmat kehidupan yang diberikan oleh Allah. Maksudnya adalah bersyukur dalam setiap waktu kata Gus Baha.

Kemudian, ridha atas ketetapan-Nya yang sudah terjadi dan diatas perkara tersebut sudah ditetapkan sejak zaman azali yang sudah terjadi.

Rasul bersabda, “Kamu adalah mukmin sejati, kalian semua adalah orang yang beriman dengan sepenuhnya.”
Semua orang Islam berhak mengatakan, ‘saya seorang mukmin’ bahkan ada orang yang ditanya jawabnya selalu Insya Allah,” jelas Gus Baha.

Contohnya semisal ketika ditanya, “Hutangmu mau dibayar tidak?, jawabannya Insya Allah.

Sayangnya kenyataannya orang kebanyakan jika menjawab seperti itu maka tidak akan membayar hutangnya menurut Gus Baha.

“Itu kalimat yang sembrono (ngawur), karena sebenarnya kalimat Insya Allah tidak boleh digunakan untuk sesuatu yang nyata (jelas),” ujarnya.

Beliau menjelaskan alasannya, sebab kewajiban iman (kepada Allah) itu nyata maka tidak boleh seorang mukmin mengatakan Insya Allah.

Itulah mengapa terkadang orang yang sopan itu lebih buruk dibandingkan orang yang tidak sopan.

“Karena hal-hal yang sudah jelas itu jangan malah mengucapkan Insya Allah,” ucap Gus Baha.

Sehingga seharusnya ketika ditanya semisal tentang hutang, segera beri kepastian sekiranya kapan membayar. Jangan gunakan kalimat Insya Allah.

Namun memang ada suatu keadaan secara terpaksa memang diriwayatkan secara jelas bahwa terdapat kalimat Insya Allah sekalipun itu terhadap sesuatu yang sudah jelas.

“Akan tetapi tujuan mengucapkan Insya Allah tersebut adalah tabaruk (supaya berkah),” ujarnya.

bukan makna Insya Allah yang menggantungkan hukum pada Allah,” sambungnya.

Gus Baha memberikan contoh, ketika pergi ke kuburan entah itu sanak saudara, keluarga, dan sebagainya.

Disunnahkan untuk mengucapkan salam, “Assalamualaikum daara qaumin mu’minin, wa inna insya Allah bikum lahiquun.”

Kamu mengatakan insya Allah padahal kamu pasti nyatanya akan mati, karena kalimat ini sakral maka tujuan mengucapkannya hanya karena mencari berkah, sudah cukup begitu saja,” ungkap Gus Baha.

“Itulah mengapa lafal Insya Allah disini kata para ulama tidak bermakna menggantungkan hukum kepada Allah namun berniat tabaruk (mencari berkah),” pungkasnya.

Ijazah Amalan Anti Fakir dari Gus Baha, Baca ketika Masuk Rumah saat Tak Ada Siapa-siapa di Rumah


Jumat, 14 Januari 2022  

 Dalam pengajiannya, Gus Baha mengijazakan sebuah amalan anti fakir.

Suatu amalan bisa lebih mantep apabila langsung dijazakan, begitu pula amalan anti fakir dari Gus Baha ini.

Ijazah amalan anti fakir dari Gus Baha ini dibacakan setiap akan masuk rumah.

"Pokoknya ini sekaligus saya ijazahkan, Insyaallah kamu gak bakal fakir," ujar Gus Baha 

Gus Baha mengatakan jika saja amalan anti fakir dari Gus Baha ini diamalkan sesuai dengan pentunjuknya akan terhindar dari fakir.

Amalan ini dibaca saat akan masuk rumah, ketika di rumah tidak ada siapa-siapa.
Atau saat mengucapkan salam, namun tidak ada yang menjawab salam dari dalam rumah, maka bacalah salam yang di ijazahkan Gus Baha ini.
"Kamu kalau masuk rumah yang pas tidak ada orangnya, atau ada orangnya tapi enggan menjawab, kamu sebaiknya baca salam untuk diri sendiri dengan membaca," tutur Gus Baha.

السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين، 

"Assalamu 'alaina wa ala 'ibadillahissholihin".
Artinya:
"Keselamatan bagi kami dan bagi hamba-hamba Allah yang sholeh".
Silahkan diterima Ijazah amalan anti fakir dari Gus Baha ini dengan hanya mengucapkan "qobiltu".
Lalu silahkan untuk diamalkan sesuai petunjuk yang disarankan oleh Gus Baha.
Semoga amalan dari Gus Baha ini bermanfaat dan dapat memberikan keberkahan serta semangat bagi yang mengamalkannya.
Demikian Ijazah amalan anti fakir dari Gus Baha ini ditulis, semoga berkah

Kamis, 13 Januari 2022

Talbis Iblis [ Membongkar Tipu Daya Iblis ],

Talbis Iblis [ Membongkar Tipu Daya Iblis ], karya al Imam al Hafizh Abdurrahman ibn al Jawzi (W 579 H),  ulama  rujukan dalam madzhab Hanbali.

“Mereka yang memahami sifat2 Allah dalam makna indrawi ada beberapa golongan. Mereka berkata bahwa Allah bertempat/bersemayam di atas arsy dengan cara menyentuhnya, jika DIA turun (dari arsy) maka DIA pindah dan bergerak. Mereka menetapkan ukuran penghabisan (bentuk) bagi-NYA. Mereka mengharuskan bahwa Allah memiliki jarak dan ukuran. Mereka mengambil dalil bahwa Dzat Allah bertempat/bersemayam di atas arsy [–dengan pemahaman yang salah–] dari hadits nabi: “Yanzil Allah ilassama’ ad Dunya”, mereka berkata: “Pengertian turun (yanzil) itu adalah dari arah atas ke arah bawah”.

Mereka memahami makna “nuzul” (dalam hadits tersebut) dalam pengertian indrawi yang  hanya khusus sbg sifat2 benda. Mereka adalah kaum Musyabbihah yang memahami sifat2 Allah dalam makna indrawi (meterial). Dan Telah kami paparkan perkataan2 mereka dalam kitab  kami “Minhaj al Wushul ila ‘ilm al Ushul”.

Imam Ibn al Jawzi al Hanbali menegaskan bahwa KEYAKINAN ALLAH BERTEMPAT/BERSEMAYAM DI ATAS ARSY ADALAH KEYAKINAN MUSYABBIHAH.  Beliau adalah ulama besar  madzhab Hanbali, jauh sebelum  Ibnu Taimiyah lahir dengan faham2 Tasybih-nya. Ratusan tahun sebelum  Mr. Hempher, orientalis Yahudi dan muridnya Muhammad bin Abdul Wahhab Annajed dengan faham2 Tajsim-nya.

Nasrani dan Yahudi berakidah Mujassimah dan musyabbih berkeyakinan Allah bersemayam/bertempat di atas arsy.  Demikian pula  dengan salafi Wahabi, wahdah islamiah, Ikhwanul muslimin, HTI, ISIS, JAD, JI, LDII dan semua varian wahabi serta Syi'ah berkeyakinan sama, walaupun dengan konteks sedikit beda, walaupun mengaku AHLUSSUNNAH dan  beribadah sama seperti umat Islam. Mereka mengaku TAK BERMADZHAB, dalilnya addurarussaniah juz 3 : 56 MBAW  berkata bahwa ilmu fiqih dalam kitab2 madzhab adalah ilmu syirik dan keempat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) adalah setan2, manusia dan jin.
Akidah Wahabi  mengekor jg dengan akidah Hasyawiyyah, Karramiyyah, Mujassimah, Bayaniyyah, dan sekte-sekte kaum Musyabbihah lainnya…

Catatan Penting:

Bedakan antara Ibn al-Jauzi (W 579 H) dengan Ibn Qayyim al-Jauziyyah atau Muhammad ibn Abi Bakr az-Zar’i (w 751 H) murid dari Ibnu Taimiyah yang dalam keyakinannya = Ibnu Taimiyah; dua-duanya sesat dan menyesatkan.

Ibn Qayyim; yang juga persis dgn keyakinan gurunya al:
1. tawassul dengan Nabi atau orang2 saleh adalah orang musyrik,
2.  Ziarah ke makam Rasulullah adalah perjanan maksiat,
3. Berkeyakinan Allah duduk di atas Arsy secara hakekat.
4.  Neraka akan punah dan siksaan  akan habis, dll.

Ingat… Akidah Rasulullah, para sahabatnya, dan akidah semua umat Islam adalah :

ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH.

Imâm Ibnul Jauzi berkata (daf'u syubhah attasybih bi akaffi attanzih 98 -101):

“Aku melihat ada beberapa orang dalam madzhab Hanbali ini yang berbicara dalam masalah akidah dengan pemahaman2  ngawur. Ada 3 org;
1. Abu Abdillah bin Hamid,
2. Abu Ya’la (murid Abu Abdillah bin Hamid),
3. Ibn az-Zaghuni.
Mereka menulis kitab2 yang telah merusak madzhab Hanbali, bahkan  mereka telah turun ke derajat orang2 yang sangat awam. Mereka memahami sifat2  Allah secara indrawi, misalkan mereka mendapati teks hadits: “إن الله خلق ءادم على صورته”, lalu mereka menetapkan adanya “Shûrah” (bentuk) bagi Allah.  Mereka juga menambahkan “al-Wajh” (muka) bagi Dzat Allah, dua mata, mulut, bibir, gusi, sinar bagi wajah-Nya, dua tangan, jari-jari, telapak tangan, jari kelingking, jari jempol, dada, paha, dua betis, dua kaki, sementara tentang kepala mereka berkata: “Kami tidak pernah mendengar berita bahwa Allah memiliki kepala”, mereka juga mengatakan bahwa Allah dapat menyentuh dan dapat disentuh, dan seorang hamba bisa mendekat kepada Dzat-Nya secara indrawi, sebagian mereka bahkan berkata: “Dia (Allah) bernafas”.
Lalu mereka mengelabui orang2 awam dengan berkata:

“Itu semua tidak seperti yang dibayangkan dalam akal pikiran”.

Dalam masalah nama2 dan sifat2 Allah mereka memahaminya secara zahir (literal).
Tatacara mereka dalam menetapkan dan menamakan sifat2 Allah = tatacara yang dipakai oleh para ahli bid’ah, sedikitpun mereka tidak memiliki dalil untuk itu, baik dari dalil naqli maupun dari dalil aqli. Mereka tidak pernah menghiraukan teks2 yang secara jelas menyebutkan bahwa sifat2 itu tidak boleh dipahami dalam makna literalnya, juga mereka tidak pernah mau melepaskan makna sifat2 tersebut dari tanda2 kebaharuan.

Catatan :
  Penjelasan mendalam tentang kedustaaan faham akidah  Ibnu Taimiyah   mengikuti aqidah Yahudi kitab taurat dan Injil yang dipalsukan  Mathius 23: 22 "Bersumpah lah demi Arsy dan demi Dia yang bersemayam di atasnya.
Akidah Trilogi Tauhid yakni :
1. Rubiah,
Abu Jahal lebih bertauhid dari pada umat Islam yang bertawassul padahal nabi Muhammad Saw pernah bertawassul dan tabarruk kepada sahabatnya assiddiq dan dua syahid untuk menghentikan gempa bumi di gunung Uhud. Nabi Adam bertawassul kepada nabi Muhammad Saw.
2. Uluhiyah,
Menggunakan bid'ah sebagai hukum
3. Asma wassifa,
yang di dalamnya terdapat Sifat2 khabariah yang terdiri dari :
- Sifat  fi'liyah atau perbuatan seperti Allah bersemayam atau bertempat di atas Arsy, menetap tinggi di atas langit atau Allah di atas, tidak lebih besar dan tidak lebih kecil daripada Arsy, turun 1/3 malam dengan tidak menyebabkan Arsy jadi kosong, marah, tertawa, dll.
- Sifat zaatiyah seperti Allah punya dua tangan dua mata, satu wajah, dua kaki dan jari jari secara hakekat atau  secara zahir,  dll. Demikian pula dengan akidah Syi'ah yang meyakini bahwa Allah punya mata, tangan, kaki dan anggota badannya tidak terbuat dari daging dan darah, atau unsur nya beda, juga berdiam di atas Arsy.
Akidah ini ditentang oleh para ulama dan semua umat Islam dari masa ke masa.
Mohon di share untuk melindungi umat Islam dari pemurtadan akidah Islam menjadi akidah Yahudi kitab taurat dan Injil yang dipalsukan mujassim dan musyabbih Ibnu Taimiyah serta Syi'ah Imamah

Minggu, 02 Januari 2022

penambangan kec sadong wiwit

I’m on my way. See my trip progress and arrival time on Maps: https://maps.app.goo.gl/oFxWoxf3wqVhBaXa7