Selasa, 12 Februari 2019

Gejala dan Penanganan Infeksi Bakteri Gram Negatif

Gejala dan Penanganan Infeksi Bakteri Gram Negatif



DokterSehat.Com– Mayoritas bakteri gram negatif adalah patogen karena karakteristik membran luar dinding selnya, escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang paling dikenal. Beberapa contoh lain bakteri gram negatif diantaranya termasuk Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, Shigella, Helicobacter, Acinetobacter, Neisseria, Haemophilus, Bordetella, Bacteroides, Enterobacter, dan lainnya.

Bakteri gram positif adalah bakteri yang bila dilakukan pewarnaan gram akan menghasilkan warna keunguan. Bakteri gram negatif adalah agen penyebab berbagai infeksi saluran pernapasan, penyakit menular seksual, maupun penyakit pencernaan. Bakteri gram negatif juga menjadi penyebab utama infeksi nosokomial.

Endotoksin yang terdapat di dinding sel bakteri gram negatif bila memasuki aliran darah akan menyebabkan endotoksemia, endotoksemia bisa terjadi melalui infeksi sistemik atau lokal atau melalui bakteri gram negatif yang terdapat dalam usus.

Saluran pencernaan manusia merupakan rumah beberapa bakteri gram negatif. Selama bakteri bereplikasi, endotoksin disintesis terus menerus dan berpindah ke aliran darah namun dalam jumlah yang rendah.

Kadar endotoksin yang rendah tidak akan menimbulkan kerusakan pada tubuh. Namun, kadar endotoksin yang meningkat akan menyebabkan peradangan jaringan dan mengaktifkan berbagai proses seluler sistem kekebalan tubuh. Pada kasus yang ekstrim, kondisi ini bisa menimbulkan syok endotoksik atau syok septik.

Beberapa gejala syok endotoksik diantaranya adalah sebagai berikut:

Demam dan menggigil, atau penurunan suhu tubuhPeradanganRuam kulitNapas cepatPeningkatan denyut jantungTekanan darah rendahGagal organ multiple

Penanganan
Membran luar yang unik membuat bakteri gram negatif resisten terhadap antibiotik maupun obat-obatan sehingga sulit diobati. Beberapa antibiotik tertentu cukup efektif untuk pengobatan infeksi bakteri gram negatif diantaranya streptomisin, kloramfenikol, dan sefalosporin.

Kombinasi antibiotik tersebut banyak digunakan untuk menangani infeksi gram negatif. Perawatan untuk menangani gejala diantaranya adalah menggunakan alat bantu napas serta obat-obatan untuk mengatur suhu dan fungsi jantung.

Tak Selalu Diabetes, Ini Penyebab Sering Kencing di Malam Hari

     

© 2018 Informasi Kesehatan dan Tips Kesehatan - Dokter Sehat - Informasi Kesehatan Indonesia. All Rights Reserved

Bakteri Streptococcus

Bakteri Streptococcus Bisa Sebabkan Penyakit Apa Saja? Ini Daftarnya

Oleh Kemal Al Fajar  Informasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Tania Savitri - Dokter Umum .

Streptococcus (disingkat strep) merupakan jenis bakteri gram positif yang terdapat di berbagai permukaan lingkungan sehingga sangat mudah untuk menyerang siapa saja. Bakteri Streptococcus juga memiliki berbagai macam jenis serta cara untuk menginfeksi manusia. Mulai dari sentuhan, luka terbuka, udara, dan cairan tubuh, hingga penularan yang terjadi saat proses melahirkan.

Infeksi bakteri Streptococcus juga dapat terjadi di berbagai organ tubuh, baik dari sistem saluran pernapasan dan pencernaan hingga sistem pembuluh darah dan jantung.

Infeksi Streptococcus dapat dibagi menjadi grup A, B, C dan G. Masing-masing memiliki cirinya tersendiri yang berkaitan dengan kemampuan menyebabkan infeksi.

Infeksi bakteri Streptococcus grup A

Streptococcus grup A (strep A) banyak ditemukan pada bagian permukaan kulit, di dalam tenggorokan, dan pada berbagai rongga tubuh. Termasuk rongga telinga dan kelamin. Infeksi strep A dapat terjadi pada siapa saja, terutama pada orang dewasa dan anak-anak.

Strep A dapat menyebar melalui partikel air ketika orang yang terinfeksi strep batuk atau bersin. Bakteri ini juga dapat bertahan hidup pada permukaan benda tertentu sehingga dapat menular melalui sentuhan.

Infeksi strep A dapat bersifat ringan ataupun invasif. Infeksi ringan dari strep A di antaranya:

Radang amandel atau radang tenggorokan yang ditandai dengan rasa sakit saat menelan dan pembengkakan kelenjar.Infeksi kulit impetigo ditandai dengan rasa perih dan benjolan yang berisi cairan (blister) pada bagian terluar kulit.Selulitis, yaitu infeksi kulit bagian dalam yang ditandai dengan adanya pembengkakan kulit berwarna merah serta disertai rasa sakit dan sensasi panas. Infeksi sellulitis dapat menyebar dan berpindah ke kulit bagian atas.Sinusitis adalah infeksi pada rongga kecil di sekitar dahi dan tulang pipi sehingga menyebabkan hidung tersumbat dan rasa nyeri pada bagian wajah.Infeksi telinga, terutama pada rongga udara hingga telinga bagian dalam.Scarlet feveryaitu infeksi bakteri yang menimbulkan ruam dan rasa kasar pada permukaan kulit.

Pada dasarnya, infeksi strep A dapat dengan mudah terjadi ketika seseorang mengalami penurunan daya tahan tubuh. Infeksi minor dari strep A dapat dengan mudah disembuhkan tanpa adanya komplikasi dan efek jangka panjang.

Namun, jika seseorang memiliki daya tahan tubuh yang sangat lemah seperti pada bayi, lansia, orang dengan diabetes, atau pasien kanker dan HIV, maka lebih mungkin terjadi infeksi strep A invasif yang jauh lebih serius. Misalnya penyakit-penyakit berikut ini.

Pneumonia, yakni infeksi paru yang ditandai dengan batuk tak kunjung sembuh, sesak napas dan nyeri pada dada.Sepsis, yaitu infeksi pada peredaran darah yang dapat menyebabkan gangguan kerja jantung, demam, dan napas yang memburu.Meningitis adalah infeksi bakteri streptococcus yang telah mencapai selaput otak. Penyakit ini ditandai dengan sakit kepala, muntah-muntah, leher kaku, dan ruam.Toxic shock syndrome (TSS), yaitu munculnya gejala syok seperti pusing, mual, diare dan pingsan akibat kuman strep A mengeluarkan racun pada aliran darah.Necrotising fasciitis adalah infeksi pada kulit bagian dalam dan area yang berdekatan dengan otot (fascia) yang menyebabkan rasa nyeri, bengkak, dan kemerahan. Infeksi ini bisa menyebar dengan cepat.

Infeksi strap invasif merupakan penyakit yang serius sehingga perlu penanganan yang tepat. Pada keadaan serius, satu dari empat orang yang mengalami strep A invasif dapat mengalami kematian.

Infeksi bakteri Streptococcus grup B

Infeksi bakteri Streptococcus grup B (strep B) pada umumnya tidak terlalu berbahaya. Namun bisa menimbulkan masalah kesehatan pada kelompok dengan daya tahan tubuh yang rentan.

Strep B banyak ditemukan pada saluran cerna dan di dalam vagina. Infeksi strep B termasuk langka dan biasanya berbahaya terhadap kondisi kehamilan dan pada bayi baru lahir.

Infeksi pada kehamilan

Strep B merupakan bakteri yang umum yang berada di dalam tubuh, sehingga memungkinkan terjadinya penularan pada bayi saat hamil. Meskipun demikian, risiko infeksi cenderung kecil di mana hanya 1 diantara 2.000 kasus paparan pada kandungan yang menyebabkan infeksi strep B pada bayi.

Infeksi strep B pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran dan lahir mati, namun hal ini sangat jarang terjadi.

Infeksi pada bayi baru lahir

Karena bayi baru lahir memiliki daya tahan yang sangat lemah, maka paparan strep B dapat dengan mudah menyebabkan infeksi serius seperti meningitis dan pneumonia. Gejala infeksi strep B dapat berupa demam, tidak dapat menyusui, muntah, dan kehilangan kesadaran.

Risiko jangka panjang dari infeksi tersebut dapat menyebabkan bayi tumbuh dengan gangguan panca indra dan gangguan fungsi otak seperti kesulitan berpikir dan berkonsentrasi.

Dalam pencegahannya, perlu diketahui faktor risiko adanya seperti adanya riwayat infeksi strep B pada ibu hamil dan pencegahan penyakit dengan penggunaan antibiotik saat proses melahirkan.

Infeksi bakteri streptococcus grup C dan G

Streptococcus grup C dan G (strep C dan G) memiliki hubungan dekat dengan strep A. Akan tetapi, cara penularannya berbeda. Strep C dan G pada umumnya ditemukan pada hewan dan menyebar melalui sentuhan atau bahan pangan yang masih mentah. Misalnya daging dan susu mentah yang terpapar oleh bakteri tersebut.

Kuman strep C dan G juga dapat hidup pada permukaan kulit, terutama pada kulit yang mengalami kerusakan seperti mengalamieksim dan jaringan mukosa lainnya seperti vagina dan saluran usus.

Kuman strep C dan G tidak dapat bertahan lama di lingkungan terbuka di luar tubuh manusia dan hewan. Infeksi strep C dan G pada umumnya menyerang sistem peredaran darah dan musculoskeletal seperti bacteremia, infeksi tulang, endokarditis, infeksi persendian, dan toxic shock syndrome.

Bagikan artikel ini:

Review Date: Oktober 16, 2017Last Modified: Oktober 16, 2017

Sumber

Hidup sehat ♡ Hidup bahagia