Selasa, 18 Desember 2018

NASEHAT RASULULLAH KEPADA UQBAH BIN AMR RADHIALLAHU ANHU

NASEHAT RASULULLAH KEPADA UQBAH BIN AMR RADHIALLAHU ANHU

عن عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ : قُلْتُ : يَارَسُولَ اللهِ ، مَا النَّجَاةُ ؟ قَالَ : أمسكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ.

Dari Sahabat Uqbah Bin Amr, aku bertanya kepada Rasulullah :" Wahai Rasulullah, apa yang menyelamatkan seorang mukmin? Maka beliau menjawab :" Tahanlah (jagalah) lisanmu, Perluaskan rumahmu, dan tingislah atas kesalahan kesalahamu".( HR. Al Mundziri dalam Targhib wa Tarhib 4/18, Ahmad 4/148 no.17467, Tirmidzi dalam sunannya no.2406, Al Bani dalam Kitab Silsilah Ash Shahihah no.888, Imam Tirmidzi mengatakan hadits HASAN).

Hadits di atas menjelaskan kepada kita beberapa perkara :

1. Perintah untuk menjaga lisan.
Rasulullah memerintahkan kepada ummatnya agar senantiasa menjaga lisannya, karena lisan adalah daging yang tidak bertulang, sehingga dengan mudah ia bergerak kekiri atau kekanan. Dan karena lisan juga manusia kebanyakan di masukkan oleh Allah ke dalam neraka. Sebagaimana hadits dari Muadz bin Jabbal radhiallahu anhu:
أَلا أُخْبِرُك برأسِ
الأمرِ وعمودِه وذُروةِ سَنامِه ؟ قلتُ : بلَى يا رسولَ اللَّهِ، قالَ : رأسُ الأمرِ الإسلامُ، وعمودُه الصَّلاةَ، وذُرْوَةِ سَنامِه الجهادُ ، ثمَّ قال : ألا أُخْبِرُك بملاكِ ذلكَ كلِّه ؟، قُلتُ : بلَى يا رسولَ اللهِ، فأخذ بلسانِه، قال : كُفَّ عليكَ هذا ، قلتُ : يا نبيَّ الله، وإنَّا لمُؤاخذونَ بما نتكلَّمُ بهِ ؟ فقال : ثِكِلَتْكَ أُمُّكَ، وهل يَكُبُّ النَّاسَ في النَّارِ على وجوهِهِم، أو مَناخِيرهم إلَّا حَصائدُ ألسنِتِهم . "
“Maukah aku beritahukan kepadamu pangkal agama, tiang dan puncak yang tertinggi?” Aku menjawab, “tentu wahai Rasulallah.” Beliau bersabda, “Pangkal (urusan) agama adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncak tertingginya adalah jihad.” Lalu beliau bersabda, “Maukah kamu aku beritahukan apa kunci dari semua itu?” Aku menjawab, “ tentu wahai Rasulullah.” Beliau memegang lidahnya seraya bersabda, “Jagalah ini!” Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa karena perkataan kita?” Beliau bersabda, “ Celakalah kamu Muadz, Bukankah kebanyakan orang yang terjerumus ke dalam neraka akibat dari lidah mereka?” (Shahih. HR. Tirmidzi no.2616, Ibnu Majah no.3973, Nasa'i dalam sunan Al Kubro', Ahmad dalam Musnadnya 5/231, 237, Al Hakim dalam Mustadrok 2/412, Ibnu Hibban dalam Shahihnya no.214. Imam Tirmidzi mengatakan hadits Hasan.). Dalam Hadits yang lain beliau mengatakan :

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ ، عَزَّ وَجَلَّ ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً ، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ. "
Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka Jahannam.” (Shahih.HR. Bukhari dalam shahihnya no. 6478, Ahmad 2/334 no.8392 ) Saudaraku.. Marilah kita berpikir sebelum berucap, apakah ucapan kita itu menyakiti saudara kita atau menjatuhkan nya? Atau membuat ia senang? Karena tergelincirnya kaki seseorang itu lebih baik dari pada tergelincirnya lisannya, karena ketika seseorang tergelincir kakinya maka ia bisa bangun kembali, namun ketika tergelincir lisannya maka tidak akan pernah bisa ia menarik kembali apa yang ia ucapkan. Maka jagalah lisan kita wahai saudaraku. Ada pepatah arab mengatakan :
فكر قبل أن تعزم
"Berpikirlah sebelum bertindak".

2. Perintah untuk memperluas rumah.
Sarana untuk mendapatkan kebahagiaan adalah adanya rumah yang luas? Apakah rumah yang luas di sini mutlak? Ternyata tidak. Karena Rasulullah sendiri rumahnya sempit dan mungil, sehingga suatu hari beliau shalat tahajjud yang mana di sisinya ada Aisyah yang sedang tidur, Setiap kali beliau turun sujud beliau menyingkirkan kakinya Aisyah. Ini membuktikan bahwa rumah beliau itu sempit. Lantas apa makna dari memperluas rumah? Di jelaskan oleh para ulama bahwa maknanya adalah menjadikan rumah itu sebagai rumah yang penuh dengan keberkahan, ketentraman, dan terasa sejuk ketika berada di dalamnya. Selalu di bacakan ayat ayat alquran, shalat sunnah, pengajian dan yang lainnya. Di tambah lagi dengan seorang suami yang bertanggung jawab mendidik istri dan anak anaknya dengan tarbiyah yang di ajarkan oleh Nabi. Sehingga rumah itu akan menjadi "Baitii jannatii". Rumahku surgaku....

3. Perintah untuk Menangisi kesalahan dan dosa. Manusia tidak ada yang terlepas dari dosa dan maksiat, semua kita pasti melakukan dosa. Oleh karenanya Rasulullah memerintahkan kita agar selalu memohon ampun kepada Allah agar semua dosa kita di ampuni olehNya. Karena sebaik baik manusia adalah seseorang yang melakukan kesalahan lalu ia bertaubat kepada Allah, ia menangisi dosa dosanya, sehingga ia akan meninggalkan semua kegelapan dosa yang telah ia kerjakan. Bahkan orang yang menangis karena dosa akan di lindungi oleh Allah ketika di padang Mahsyar nanti sebagimana hadits dari Abu Hurairoh. Rasulullah berpesan kepada Abu Dzar al Ghifari ketika beliau bersafar , Rasulullah bersabda
...وأتبع السيئة الحسنة تمحها
"Ikutilah kejelekanmu dengan kebaikan".(HR. Tirmidzi no.1987, Ahmad 5/153 dan yang lainnya) Semoga kita senantiasa berada di atas ketaatan kepada Allah.